Mohon tunggu...
Mifta AwaliyahSarino
Mifta AwaliyahSarino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa yang memiliki hobi menari. Saya tertarik dengan isu ekonomi, kesehatan, politik, sosial, seni dan budaya terutama yang berkaitan dengan kajian administrasi publik. Saya tergabung dalam sebuah komunitas bernama Pemuda Kie Seni yang merupakan wadah untuk memberdayakan para pemuda desa sehingga dapat mengembangkan bakat dan minatnya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Diplomasi Budaya Indonesia di Korea Selatan

21 April 2024   07:46 Diperbarui: 21 April 2024   07:55 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Penulis

Saat ini seluruh dunia sedang mengalami fenomena demam Korean Wave atau Hallyu () begitu juga di Indonesia (Valenciana & Pudjibudojo, 2022). Hallyu merupakan Bahasa Mandarin yaitu Hanliu yang berarti gelombang Korea (Aikal, 2022). Menurut Shim, 2006 istilah ini dapat dimaknai sebagai penyebaran budaya pop Korea di seluruh dunia seperti K-Drama, K-Pop, film, acara televisi, Korean food, festival budaya, produk elektronik, fashion, style, make up dan skincare (Valenciana & Pudjibudojo, 2022). Awalnya pada tahun 2000an terdapat stasiun televisi di Indonesia yang menayangkan serial K-Drama, kemudian ternyata dapat menarik minat penonton yang terus bertambah sehingga banyak stasiun TV lain yang ikut menayangkan drama Korea. Korean Wave ini banyak digemari oleh generasi Y dan Z di Indonesia yang kemudian mempengaruhi perilaku dan gaya hidup mereka. Selain itu maraknya Korean Wave juga membuat minat masyarakat Indonesia semakin tinggi untuk berlibur atau berkunjung ke Korea Selatan. Hal ini merupakan salah satu bentuk upaya diplomasi budaya yang dilakukan oleh Pemerintah Korsel di Indonesia.

Selain Pemerintah Korsel, Pemerintah Indonesia juga melakukan berbagai upaya diplomasi budaya untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya yang ada di Indonesia. Warsito dan Wahyuni K. mendefinisikan diplomasi kebudayaan merupakan usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui aspek kebudayaan yang pada pelaksanaannya memiliki unsur-unsur seperti eksebisi, propaganda, kompetisi, penetrasi, negosiasi, dan pertukaran ahli (Iriani, 2023). Sedangkan Richard T. A. menyampaikan jika diplomasi budaya menjadi sebuah cara yang efektif untuk mendapatkan pengaruh dan hasil dalam hubungan internasional antar negara karena membantu menciptakan dasar kepercayaan terutama bagi pembuat kebijakan agar dapat mencapai kesepakatan ekonomi, politik dan militer (Putri, 2020). Diplomasi budaya ini tentunya tidak lepas dari adanya kerjasama bilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Korsel. Hubungan diplomatik Indonesia-Korsel sudah terjalin semenjak 18 September 1973. Pada tahun 2000 kedua negara menandatangi "Perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Korea terkait Kerjasama Kebudayaan" yang berdampak terhadap perkembangan Korean Wave di Indonesia (Iriani, 2023). Kemudian Kerjasama tersebut diperkuat dengan diadakannya Joint Cultural Commision dan penandatanganan Cultural Cooperation pada tahun 2008 di Yogyakarta. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan adanya pertukaran kebudayaan di bidang seni tari tradisional, kerajinan, film, musik, dan pariwisata (Putri, 2020).

Melalui berbagai bentuk perjanjian dan kesepakatan yang dilakukan oleh kedua negara, maka Pemerintah Indonesia tentunya berkesempatan untuk melakukan upaya diplomasi budaya untuk memperkenalkan, mengedukasi, memperomosikan berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga dapat menarik minat wisawatan. Berikut adalah upaya diplomasi budaya Indonesia di Korsel:

1. Program Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iriani, 2023 BIPA merupakan program dari Kemendikbudristek yang berfokus pada skill belajar berbahasa Indonesia bagi penutur asing dengan tujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia melalui bahasa serta menjadikannya sebagai media dalam menyampaikan informasi mengenai Indonesia mencakup aspek budaya, identitas dan masyarakatnya. Semenjak adanya kebijakan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) banyak pelaku bisnis Korsel yang tertarik untuk berinvestasi dan mendirikan perusahaan di Indonesia, oleh karena itu Pemerintah Indonesia membuat program BIPA yang mana akan membantu masyarakat Korsel dalam belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia. Di Korea Selatan program BIPA mulai berjalan sejak tahun 2021 dan terdapat hal yang unik berbeda dari program BIPA di negara lain, karena para pemelajarnya mendapatkan kelas batik dan gamelan. Dalam program ini Kedutaan Besar RI di Seoul bekerjasama dengan Hankuk University of Foreign Studies (HUFS). Menurut Iriani, 2023 upaya diplomasi budaya yang dilakukan oleh Indonesia di Korsel dalam program BIPA menggunakan unsur eksebisi dan kompetisi. Pada unsur eksebisi di dalamnya terdapat program kelas bahasa dengan keterampilan menyimak dan berbicara, kelas bahasa dengan keterampilan membaca dan menulis, dan kelas membatik serta gamelan. Kemudian pada unsur kompetisi mengadakan Lomba Karya BIPA Batch#1, Batch#2, hingga Batch#3 dengan berbagai kategori mulai dari pidato, jurnalistik, membuat vlog, membuat video ulasan makanan khas Indonesia, promosi pariwisata Indonesia, penceritaan cerita rakyat Indonesia, lomba menyanyi lagu nasional, baca puisi dan mendongeng karya pujangga Indonesia. Upaya diplomasi budaya melalui program BIPA ini memberikan pengaruh terhadap aspek ekonomi yaitu adanya peningkatan pariwisata karena di dalamnya terdapat pembelajaran terkait pesona Indonesia, keunikan budaya dan kuliner asli Indonesia. Terdapat kenaikan jumlah wisatawan Korsel dari tahun 2021 sebesar 9.497 menjadi 121.273 pada tahun 2022. Kemudian secara tidak langsung program BIPA juga berdampak pada peningkatan investasi yang masuk ke Indonesia dimana Korsel berada di urutan ketiga sebagai negara yang melakukan realisasi terbanyak pada investasi asing di Indonesia. Selain itu adanya program BIPA tentunya juga berdampak pada aspek sosial budaya yang mana pada tahun 2022 Kedutaan Besar RI di Seoul menggandeng Busan University Foreign Studies (BUFS) untuk membangun Indonesia Centre yang didalamnya menyediakan dan menampilkan berbagai informasi mengenai sosial, budaya, pariwisata, alam, agama, dan UMKM Indonesia.

2. Program Rumah Budaya Indonesia (RBI)

Program ini juga berasal dari Kemendikbudristek dan Korsel menjadi negara pertama yang dipilih sebagai lokasi pembangunan RBI di tahun 2009 bersamaan dengan Jerman. RBI yang ada di Korsel menonjolkan keberagaman bentuk rumah dan pakaian adat di Indonesia. RBI memiliki visi menjadikan pariwisata sebagai leading sector dalam pembangunan dan memiliki misi pembangunan kebudayaan di luar negeri (Putri, 2020). RBI mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai culture learning atau tempat WNA untuk belajar budaya Indonesia, culture expression yaitu mengadakan festival kebudayaan, kemudian advocay and promotion dengan membuat kegiatan kebudayaan. Program RBI dibentuk atas dasar kesadaran terhadap potensi pariwisata Indonesia dimana jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara dari tahun 2010-2016 meningkat 3,03% dan pada Desember 2017 meningkat sebesar 8% (Putri, 2020). Adanya RBI menjadi sebuah upaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia dengan membangun citra nasional bangsa di mata dunia. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri, 2020 RBI memiliki beberapa program yaitu:

  • Program pekan promosi budaya Indonesia yang dilakukan dengan mengadakan pameran foto Indonesia, kerajinan dan kesenian, pengenalan musik Angklung dan Poco-Poco, demontrasi pembuatan pisang goreng, dan diskusi antara mahasiswa Indonesia-Korea.
  • Program pertukaran budaya melalui penyiaran yang dilakukan dengan penyiaran film-film Indonesia di bioskop atau pada saat KBRI Seoul mengadakan event kebudayaan.
  • Program RBI dan Rumah Budaya ASEAN, pembangunan RBI di Korsel ternyata meningkatkan minat warga Korsel terhadap budaya Asia, oleh karena itu Pemerintah Korsel berinisiatif untuk membangun Rumah Budaya Asia dan menggandeng RBI. Pemerintah Indonesia juga berkolaborasi dengan dinas kebudayaan dari berbagai daerah seperti Bali, Sumatera Utara, DKI Jakarta dan DIY untuk melengkapi koleksi di Rumah Budaya ASEAN. Selain itu, RBI juga mengadakan street festival dengan pertunjukkan tari tradisional, atraksi reog, dangdut, campur sari dan kuliner Indonesia.
  • Kolaborasi budaya dalam program Korea-Indonesia Week yang dilakukan dengan menampilkan idol K-Pop, peragaan pakaian khas Korsel yang dikombinasikan dengan batik, dan masyarakat diberikan pengalaman untuk mencicipi kuliner khas Korsel dengan cita rasa Indonesia.

Program RBI memberikan dampak yang positif dimana presentase wisatawan asing dari tahun 2009-2017 terus mengalami peningkatan dan tumbuh hingga mencapai 5%. Selain itu Pemerintah Korsel juga memberikan dukungan dengan membentuk lembaga pendidikan dan kebudayaan Indonesia-Korsel yaitu Indonesian Korea Culture and Study (IKCS). Program RBI menjadi suatu langkah diplomasi budaya untuk meningkatkan sektor parisiwata agar dapat berdampak pada sektor perekonomian negara.

3. Diplomasi Budaya Melalui Batik

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya, 2022 batik menjadi salah satu alat diplomasi budaya Indonesia di Korea Selatan yang berlangsung sejak tahun 2010 melalui berbagai program seperti pameran budaya batik Indonesia, program pendidikan mengenai batik, penyiaran batik Indonesia di saluran TV internasional Korea Selatan, dan pemberian hadiah busana batik kepada Duta Besar Korsel, Idol K-Pop seperti Yesung dan Leeteuk Super Junior, member NCT, dan Aktor Korea Selatan seperti Park Soe Joon. Program tersebut dapat memperkenalkan dan menunjukkan kekayaan Indonesia sehingga meningkatkan awarenesss terhadap batik Indonesia. Tingginya minat masyarakat Korea Selatan terhadap batik memberikan kontribusi pada penjualan produk batik dan penetrasinya pada pasar digital Korsel. Hal ini dapat dilihat dari penjualan pada tahun 2020 mencapai 1 Milyar dan mendapatkan rekor MURI. Kemudian pada tahun 2021, produk batik Indonesia dapat menembus pasar digital Korsel yaitu Idus.com.

Dari penjelasan sebelumnya dapat dipahami bahwa diplomasi budaya merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui aspek kebudayaan agar dapat berdampak pada adanya kesepakatan antar negara dalam menentukan arah kebijakannya. Pemerintah Indonesia melakukan diplomasi budaya di Korea Selatan melalui tiga upaya yaitu membentuk program BIPA, RBI, dan diplomasi batik. Ketiga program tersebut telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan perkembangan sektor pariwisata serta sektor ekonomi di Indonesia.

REFERENSI

Aikal, Fikri. (2022). "Analisis Hubungan Indonesia-Korea Selatan Melalui Korean Wave pada Tahun 2019-2021". Skripsi. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

Iriani, Firda. (2023). "Diplomasi Budaya Indonesia di Korea Selatan Melalui Program Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA) Tahun 2021-2022". eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 11 (2), 511-525.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun