Hidup manusia penuh dengan misteri, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dikehidupan mendatang. Roda kehidupan terus selalu akan berputar. Mungkin saat ini Anda sedang mencicipi kehidupan yang penuh dengan kemewahan, kemudahan rejeki,segar bugar tanpa kekurangan suatu apapun.Â
Namun jangan sampai Anda lengah dan pongah, apa yang Anda cicipi hari ini belum tentu akan Anda dapatkan selama-lamanya, bisa jadi besok atau lusa atau bahkan dalam kedipan mata saja, semua bisa berubah kalau Allah berkehendak.
Banyak sekali kejadian-kejadian disekitar kita, yang sudah membuktikan itu semua. Dalam sekejap tiba2-tiba harta benda ludes terbakar. Hari ini dalam kondisi sehat, tiba-tiba besoknya sudah dirawat dirumah sakit.Â
Atau bahkan kalau kemaren-kemaren usaha berjaya, sekarang dalam kondisi kebangkrutan. Siapa yang tahu bolak baliknya kehidupan, manusia hanya bisa berusaha, Allah jualah yang menentukan. Demikian juga halnya dengan dinamika kehidupan pasangan suami istri.
Saya punya sebuah cerita tentang suatu kehidupan rumah tangga. Sepasang suami istri yang awalnya memiliki kehidupan rumah tangga yang cukup harmonis, walaupun diawal pernikahan ekonomi masih pas-pasan.Â
Berbekal ikatan pernikahan yang kuat, mereka benar-benar membangun ekonomi mulai dari bawah. Membangun usaha bersama-sama. Dari tidak memiliki apa-apa saat awal menikah, sampai memiliki kehidupan yang cukup mapan, terlebih dengan kehadiran anak dalam kehidupan mereka.Â
Diawali dari kehidupan di kos-kosan dengan keterbatasan keuangan, sampai akhirnya berhasil memiliki rumah sendiri dan membangun usaha sendiri. Itu semua berhasil mereka lalui dengan cukup sempurna tanpa riak-riak yang berarti.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, tanpa disadari kegoncangan perlahan-lahan mulai muncul disaat kondisi jaya-jayanya kehidupan mereka. Entah bagaimana awal mulanya, tanpa disadari tiba-tiba keuangan proyek dan usaha dari sang suami yang awalnya lancar mulai seret.Â
Semakin hari semakin seret, semakin lama semakin macet. Tagihan-tagihan mulai tidak terbayar, mulai berhutang kesana kemari, selain untuk pemenuhan kebutuhan usaha, juga untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.Â
Gali lubang tutup lubang sudah menjadi menu sehari hari. Padahal kalau dipikir-pikir, kehidupan kekurangan sudah berhasil mereka lewati di awal pernikahan, namun untuk yang kesekian kali ini mereka tidak berhasil melewatinya. Sampai akhirnya mencapai suatu titik dimana mereka memutuskan untuk menggadaikan rumah yang mereka tempati untuk membantu menutupi keuangan usaha mereka.
Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, termasuk juga mereka. Perekonomian yang goyah dalam rumah tangga turut mempengaruhi kehidupan mereka dalam berumah tangga.Â
Sang suami kemudian memutuskan untuk merantau ke kota lain untuk mencari kehidupan yang lebih baik, sementara anak istrinya tetap melanjutkan kehidupan dikota asal. Waktupun  berlalu, kehidupan ekonomi masih saja memburuk. Bahkan di kota asal sang istri ikut banting tulang serabutan untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi.
Bukannya lebih baik namun malah semakin memburuk, sebab dengan hubungan suami istri jarak jauh seperti itu, komunikasi menjadi tersendat. Mereka melewati kehidupan masing-masing dengan semakin hambar, semakin disibukan dengan kegiatan sendiri-sendiri yang tidak ada ujung pangkalnya.Â
Sampai akhirnya suami memutuskan untuk kembali lagi ke kota asal untuk berjuang lagi dengan usaha baru, namun hal tersebut juga tidak membuahkan hasil.
Ekonomi yang suram benar-benar mengguncang rumah tangga mereka. Ada saja hal-hal yang menyebabkan pertengkaran diantara mereka berdua. Hutangpun semakin lama semakin menumpuk dan tidak terbayarkan lagi.Â
Satu sama lain saling menyalahkan, saling curiga satu sama lain. Masing-masing dari mereka mulai mencari kesenangannya sendiri-sendiri. Ikatan kuat yang dulu sempat terjalin diawal pernikahan semakin lama semakin rontok.Â
Sampai akhirnya terjadi perpisahan diantara mereka. Perceraian mereka anggap keputusan terbaik dalam mengatasi kemelut tersebut. Miris sekali bukan. Apa yang salah dari kejadian tersebut diatas, kehidupan berjalan mengalir saja mengikuti arus tanpa bisa dihentikan. Itu menjadi bahan perenungan bagi kita semua.
Saat kita sedang berada diatas janganlah lupa untuk selalu bersyukur, selalu melihat kebawah, tidak lupa berbagi, dan harus selalu siap bila suatu saat roda kehidupan tidak berpihak kekita.Â
Sedangkan saat kita berada dibawah, janganlah merasa sebagai orang yang paling sengsara, jangan selalu melihat keatas, perbanyak introspeksi, tetap semangat, tetap bersyukur dan ikhlas dengan ketetapan Allah.
Begitu juga dengan kehidupan suami istri, susah senang harus selalu dihadapi bersama. Saat kondisi ekonomi berada diatas, sesungguhnya itu adalah ujian untuk suami. Karena biasanya dengan kondisi bergelimang harta,suami lebih merasa diatas angin dan menginginkan sesuatu yang lebih dari yang dipunya sekarang. Cobaan berupa harta, tahta dan wanita menjadi godaan tersendiri yang cukup sulit untuk dilewati.Â
Sedangkan saat kondisi ekonomi berada dibawah itu menjadi ujian terutama bagi istri, sanggupkah melewatinya bersama suami, menjadi penyemangat suami, dan sama-sama berjuang lagi dengan penuh keikhlasan. Bagi yang tidak sanggup umumnya lebih memilih berpisah.
Kehidupan manusia itu naik turun memang benar adanya, kadang susah, senang, kemudian susah lagi, lalu senang lagi dan begitu seterusnya. Jadi kalau kita dalam kondisi senang harus siap-siap untuk berikutnya mendapat kondisi susah.Â
Demikian juga sebaliknya bagi yang sedang dalam kondisi susah jangan khawatir, untuk berikutnya pasti Anda akan mendapatkan kondisi kesenangan. Perbanyaklah bersyukur dalam segala hal sekecil apapun, akan nikmat yang diberikan oleh Allah.Â
Dengan banyak bersyukur, niscaya Allah akan menambah nikmat itu. Rejeki tidak hanya melulu tentang materi, bisa juga berupa kesehatan, kebahagiaan hidup, terhindar dari musibah, dan lain sebagainya. Akhir kata, kunci dalam menghadapi semua dinamika dalam kehidupan adalah banyak bersyukur dan selalu ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H