Mohon tunggu...
Fahmi Awaludin
Fahmi Awaludin Mohon Tunggu... Guru, Dosen -

Guru (kelas) SD; Dosen B. Inggris Niaga; Suka buat modul; chatting; beristri dan memiliki anak cantik... hehehe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

6 KOMPONEN DASAR SISTEM INSTRUKSIONAL

12 November 2015   13:23 Diperbarui: 12 November 2015   13:35 2694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sekolah adalah lembaga formal yang diakui di Indonesia dimana didalamnya terdapat hal-hal yang memenuhi kriteria disebut sekolah diantaranya ada pendidik dan peserta didik juga pendukungnya yakni bangunan itu sendiri, dan lainnya. Berbicara sekolah tentu tidak terlepas dari sistem instruksional.

Tetapi sebelum menyampaikan komponen-komponen dasar, baiknya kita memahami terlebih dahulu pengertian dari sistem. Menurut Filbeck (1974: hal. 18) dalam M. Atwi Suparman (2014: hal. 38) bahwasannya sistem adalah objek atau peristiwa yang terdiri atas bagian-bagian atau fase yang terpisah dan himpunan seluruh bagian atau fase tersebut berfungsi secara terpadu untuk satu tujuan bersama.

Pada saat ini saya akan berbagi pengalaman mengenai 6 komponen dasar yang ada didalamnya.

  1. Peserta didik

Berrbicara peserta didik tentu tidak terlepas dari karakteristik dan perilaku awal (entering behavior) dimana terdiri dari 3 aspek yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau yang ada dalam dirinya.

     Ada 9 hal yang harus kita ketahui setidaknya mengenai peserta didik.

1. Latar belakang pendidikan dan pengalaman

Dengan mengetahui latar belakang peserta didik tentu akan memudahkan memetakan dan membuat strategi ke depan. Kenapa? Hal ini berkaitan dengan proses instruksional yang akan dihadapi dan dilaluinya kelak.

     Bisa dibayangkan jika kita seorang pendidik tidak mengetahui bagian pertama ini. Kesulitan yang akan segera muncul dan hambatan lainnya yang akan memengaruhi proses instruksional. Dan sebenarnya berbicara akan solusi ini yakni mendapatkan portfolio (diri dan produk) yang telah dimilikinya. Karena disinilah kita tahu segalanya yang berkenaan dengan peserta didik di tempat atau sekolah sebelumnya. 

2. Motivasi belajar

Suatu hari ada anak sedang mengeluh akan proses instruksional yang telah dilaluinya dan ini jangan dibiarkan. Secara umum motivasi terdiri dari 2 yakni internal dan eksternal seperti yang diungkapkan (Sadirman, 1996:90) dalam blog, Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya peransang dari luar.

Jadi sebelum kita menilai akan pencapaian peserta didik yang belum mencapai tujuan atau KKM, baiknya untuk mengetahui 2 faktor tersebut karena ini akan membantu pertanyaan dari permasalahan yang ada.

3. Akses terhadap sumber belajar

Bagaimana peserta didik akan mencapai tujuan instruksional yang berkaitan dengan materi yang tengah dipelajari jika sumber belajar tidak tersedia atau mendukung tentu akan menghambat.

Adapun yang termasuk sumber belajar adalah berbagai informasi, data-data ilmu pengetahuan, gagasan-gagasan manusia, baik dalam bentuk bahan-bahan tercetak (misalnya buku, brosur, pamlet, majalah, dan lain-lain) maupun dalam bentuk non cetak (misalnya film, film strip, kaset, video cassette, dan lain-lain).

4. Kebiasaan belajar

Dengan mengetahui kebiasaan belajar peserta didik baik dengan tatap muka atau mandiri, diharapkan akan membantu dalam proses instruksional. Kebiasaan peserta didik belajar dengan mandiri misalnya, tentu akan memiliki efek positif bagi dirinya, karena ia sadar dengan atau tanpa pendidik, ia akan terus belajar. Dalam benaknya, belajar adalaj kebutuhan dan bukan kewajiban semata apalagi sekadar menggugurkan kewajiban. 

5. Tempat tinggal

Jarak tempuh dari rumah ke sekolah misalnya akan memengaruhi intensitas mereka terhadap kegiatan instruksional, dengan catatan memiliki motivasi yang sama besar baik jauh maupun dekat. Keberadaan jarak yang dekat dengan lembaga pendidikan tentu akan memudahkan baginya untuk mendapatkan pengetahuan, berbagi pengalaman, meningkatkan kegiatan intra dan ekstra didalam lembaga sekolah.

6. Akses terhadap saluran komunikasi dan media instruksioanal

Ketersediaan saluran komunikasi baik berupa telepon, laptop, computer, buku atau media cetak lainnta seperti koran, tabloiad, koran, majalah, dll akan mendorong keinginan untuk menggunakannya dalam kegiatan instruksional.

7. Kebiasaan dan disiplin dalam mengatur waktu belajar

Kebiasaan mengatur waktu belajar dengan memiliki jadwal belajar misalnya akan memengaruhi pesrta didik dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik.

8. Kebiasaan belajar secara sistematik (secara teratur)

Kebiasaan ini akan memengaruhi penguasaan dalm bahan instruksional lebih baik, cepat dan tepat.

9. Kebiasaan belajar sambil berpikir

Hal ini akan meningkatkan motivasi belajar dalam dirinya.

 

  1. Lulusan yang berkompetensi seperti yang diharapkan

Lulusan yang dimaksud didukung oleh tiga pihak, yaitu masyarakat pengguna lulusan (perusahaan, kantor, dll), penyelenggara pendidikan (yayasan/lembaga pemerintah) termasuk pendidik serta peserta didik. Jika ketiga pihak saling berkaitan dan dirumuskan dalam tujuan instruksional dipandang relevan bagi pengguna lulusan dan peserta didik dalam mendapatkan materi sesuai kebutuhan.  

 

  1. Proses instruksional

Dasar dalam proses instruksional dibangun berdasarkan strategi instruksional (instructional strategy). Benny A. (2010, hal. 26) dalam buku M. Atwi Suparman (2014: hal.43) menyatakan bahwa “sistem menerima masukan atau input dari lingkungannya dan put melalui sebuah proses atau transformasi untuk mengubah input menjadi output.

 

  1. Pengajar

Pengajar yang baik akan menggunakan kegiatan instruksional dengan sebaik-baiknya secara kreatif dan inovatif. Disebut kreatif karena pengajar mampu memilih metode dan alat instruksional sesuai kebutuhannya sesuai dengan tujuan instruksional yang ada. Kenapa harus berganti metode? Hal ini menjaga rasa bosan peserta didik dalam proses instruksional termasuk bagi dirinya, pengajar itu sendiri.

Kegiatan instruksional yang kreatif pandangan peserta didik merupakan suatu inovasi. Biasanya inovasi cenderung kea rah benda, gagasan atau prosedur baru dan itu diharapkan bagi peserta didik.

 

  1. Kurikulum

Dalam konteks sempit dimaknai bahwa kurikulum merupakan daftar materi pelajaran yang terorganisasi (tersusun) dengan logis (masuk akal) untuk mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan. Dan perlu diingat bahwasannya pihak yang berhak menentukan kurikulum adalah pengajar, penyelenggara, dan penanggung jawab satuan pendidikan. Disisi lain pengembangan kurikulum yang terlibat yakni peserta didik dan pengguna lulusan.

 

  1. Bahan instruksional

Bahan instruksioanal itu disusun berdasarkan TIU dan TIK, karakteristik peserta didik, dan strategi instruksional untuk setiap tujuan instruksional.

Bahan innstuksional terdiri dari tiga:

  1. Bahan instruksional untuk tatap muka disebut bahan kompilasi. Peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan seperti tercantum dalam tujuan instruksional melalui proses belajar yang aktif, dinamis, dan bermakna.
  2. Bahan instruksional mandiri dimana sering digunakan pada pembelajaran jaraj jauh seperti di Universitas Terbuka (UT). Modul adalah media yang tepat dan berisi panduan lengkap, siapa melakukan apa, dll. isitilah modul sendiri berasal dari teknologi peswat luar angkasa Amerika Serikat dimana terdiri dari bagian dan setiap bagian itu disebut modul.
  3. Bahan instruksional kombinasi artinya paduan keduanya. Contohnya di perkuliahan pada umumnya atau sekolah paket A, B, dan C untuk kesetaraan.

 

Saudara, ke-6 komponen dasar ini merupakan persyaratan minimal karena ada komponen pendukung dan komponen suprasistem dimana kesemuanya saling berkaitan dan merupakan sistem pembelajaran berbasis teknologi pendidkan dengan 17 komponennya.

 

REFERENSI BACAAN

https://taufikudin.wordpress.com/category/pengertian-motivasi-belajar-siswa-menurut-para-ahli-definisi/

http://www.m-edukasi.web.id/2013/07/pengertian-sumber-belajar.html

http://kbbi.web.id/sistematik

http://sistematik-ilmu.blogspot.co.id/

  1. Atwi Suparman, 2014, Desain Instruksional Modern, Jakarta: Penerbit Erlangga.

 

Semoga Bermanfaat. (Fahmi Awaludin)

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun