Suatu hari ada tiga pasang suami-istri tengah sibuk dengan sarapan paginya.
Begini ceritanya…
Suatu pagi ketika mama sedang memasak roti bakar kesukaan papanya tiba-tiba telepon rumah berdering dan segera bergegas tanpa pikir panjang apa yang tengah terjadi di dapur, diangkatlah telepon kemudian kembali lagi ke dapur dengan keadaan gosong.
Dan lihatlah ke-3 aksi dan reaksi pasutri dibawah…
Pasutri pertama.
Papa : Mama, mana roti buat papa?
Mama : Ini rotinya, papa, tapi rotinya gosong.
Papa : Lho kenapa rotinya hangus?
Apa kamu tidak bisa membuatkan roti bakar yang benar sampai gosong begini?
Mama : “Ya sudah kalau begitu, papa saja yang buat sendiri”.
Ucap mama sembari memperlihatkan wajah kesal mama.
Wajah bingung dan geram papa pun tampak jelas melihat jawaban mama.
Pasutri kedua.
Papa : Mama, rotinya sudah matang?
Mama : Ini rotinya, papa, tapi roti bakarnya gosong.
Papa : Tidak apa-apa mama, mungkin mama kecapean pagi ini.
Mama : Terima kasih sayang sudah mengerti mama.
Pasutri ketiga.
Papa : Mama, rotinya sudah matang?
Mama : ini rotinya, papa rotinya gosong.
Papa : Mari ayah ajarkan membuat roti bakar buat mama tersayang.
Mama : Speechles…. Ayah mengerti banget mama. Terima kasih ya sayangku.
Begitu pula dengan didunia pendidikan, tak beda jauh.
Intisari ringkasan 3 dialog sederhana diatas bahwa setiap pasutri harus memiliki sikap kebutuhan dasar manusia yakni: aman (dari rasa bersalah); bernilai (tanpa mendikte); dipahami (mengerti perasaan apakah sibuk, lelah, kecapean, sakit, dll); dihargai (tanpa celaan); dicintai (kehadirannya tulus).
Semoga bermanfaat. (Fahmi Awaludin)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H