Mohon tunggu...
Zulhamidi
Zulhamidi Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan; Analis; Kerja di bilangan jalan thamrin, senang traveling, adventur, membaca dan menulis

Senang menulis, karena menulis hakikatnya adalah menghimpun yang terserak dan mengabadikan maknanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Pelapisan Generasi

4 Februari 2016   14:35 Diperbarui: 4 Februari 2016   16:25 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita dikejutkan dengan berita akan adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) besar-besaran dari berbagai perusahaan multinasional. Belum lama ini, Ford mengumumkan akan menutup perusahaannya, dan akan mengembalikan menjadi dealer umumnya. Yang terbaru, perusahaan Panasonic dan Toshiba pun berencana merampingkan perusahaannya sehingga ada beberapa lokasi pabrik mereka yang akan ditutup dan digabungkan operasionalnya di daerah lain. 

PHK ini memberikan dampak psikologis bagi para netizen. PHK yang sifatnya masif dalam jumlah besar, di tengah situasi global yang sedang mengalami resesi, menambah kekhawatiran akan dampak domino bagi ekonomi negara.

Beberapa kali, pembahasan di grup whatsapp yang penulis ikuti, membahas panjang lebar tentang situasi ekonomi kekinian. Misal apakah dengan kondisi perekonomian Indonesia yang siap menghadapi pasar bebas ASEAN ? lalu bagaimana dengan rencana penutupan dan pengurangan karyawan dari berbagai perusahaan besar karena berbagai alasan ? Pemerintah memang sejauh ini tidak tampak panik, dan cenderung mengajak masyarakat untuk tetap tenang dan yakin bisa melewati kondisi saat ini. 

Lalu, yang menjadi pembahasan selanjutnya apakah yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi situasi sulit seperti ini. Belum lama ini penulis pun bekerja sampingan dengan mengajar di berbagai lembaga bimbingan belajar untuk siswa pelajar. Disana malah terdapat banyak kekosongan pengajar terutama untuk pelajaran yang sulit seperti pelajaran fisika, kimia dan matematika. Belum lagi di grup-grup whatsapp yang penulis ikuti, sering ada mendapatkan pesan berantai tentang informasi lowongan pekerjaan di berbagai lembaga pendidikan seperti sekolah dan bimbingan belajar. 

Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi penulis, ternyata di luar hiruk pikuk PHK massal yang penulis rasakan, disana di luar pabrik pabrik besar tersebut, di pelosok kota dan kampung-kampung, masih ada banyak posisi dan lowongan kerja yang terbuka lebar untuk dijalani.

Penulis merasakan sulitnya untuk mencari pelapis dan pengganti untuk mengajar Fisika dan matematika SMP dan SMA nanti. Apalagi bila beban kerja dari pekerjaan utama penulis sebagai karyawan, bertambah, tentu akan kesulitan memenuhi kebutuhan siswa didik untuk belajar-mengajar.

Ah, ternyata benar juga yah, di saat ini, banyak orang yang tidak ada pekerjaan dan banyak juga pekerjaan yang tidak ada orangnya. Hal ini perlu menjadi perhatian kita semua untuk meng-link and match-kan antara kompetensi dengan pekerjaan yang tersedia. Juga perlu diperhatikan sebaran SDM yang terlatih untuk menyebar dan tidak terpusat di kota-kota besar. 

Saya pun salut dengan program pemerintah yang mulai menyebar sarjana-sarjana terdidik untuk menjadi guru, dokter dan penyuluh-penyuluh di berbagai wilayah terluar, perbatasan dan terpencil. Tentu dengan dukungan gaji, upah dan jenjang karir yang menarik. Karena bagaimanapun, selama manusia masih ada, tentu ada banyak pekerjaan yang tidak bisa dilakukan sendiri dan membutuhkan satu sama lain. 

Semoga menjadi renungan buat kita bersama. Salam belajar dari saya, mahasiswa abadi dari universitas kehidupan. 

Jakartam 04 Februari 2016. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun