Mohon tunggu...
Michael Aleng
Michael Aleng Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I was born in Manado, North Celebes, Indonesia in 1983. Graduate from De La Salle University of manado majoring Information Technology Engineering (2001/2005). During my works (current formal job) in an one of National Energy Corp in Papua island, i discovered my first passion – Traveling. After a few years the second passion – Photography, followed the first one. Up until now I have spent most of my free time traveling around Nusantara (Indonesia) especially Papua island. I specialize in landscape, Waterscape, and Nature photography and prefer the Hot beauty and wilderness of Hinterlands Papua. I started with Prosumer cameras, nowadays I continue with Digital SLR cameras and using new techniques giving more possibilities in landscape photography (HDR, etc)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Rakahomouw - Menyingkap Kecantikan Tersembunyi Pesisir Danau Sentani (Bag.1)

29 September 2010   05:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:52 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turis lokal sedang memilih corak lukisan kulit kayu.

Menyingkap Kecantikan Tersembunyi Pesisir Danau Sentani (Bagian I)

RAKAHOMOUW

Tradisi Lukisan Kulit Kayu di balik keheningan Pulau Ohei

Foto & Naskah oleh Michael L. Aleng

-

Pagi itu, sekitar pukul 05:30 ketika langit merah merona di atas kota Jayapura, pancaran mentari mulai terasa hangat, kami Tim Forum NGI Regional Papua berangkat dari Jayapura menuju Danau Sentani. Perjalanan memakan waktu kira-kira 45 menit menggunakan motor dengan kecepatan rata-rata 65km/jam menyusuri sepinya kota Abepura hingga dinginnya kabut pagi pesisir danau Sentani dengan pemandangan pagi Danau Sentani yang jarang dilihat orang.

Akhirnya tiba juga di Kampung Kalkhote Sentani. Di ujung Kalkhote terdapat dok (dermaga kecil) yang digunakan masyarakat sekitaran danau Sentani memarkir perahu-perahu saat membawa hasil bumi, ikan, dan kerajinan mereka di pasar tradisional kampung Kalkhote. Kita harus meninggalkan motor di sini, selanjutnya menyeberang ke pulau Ohei menggunakan perahu motor. Beruntungnya kita langsung mendapatkan perahu motor pagi itu untuk menyeberang, saya bilang beruntung karena tidak perlu menunggu hingga penumpang penuh, kami bertiga dengan Bapak Konstan orang Ayapo sang empunya perahu motor ketika menyeberang ke pulau Ohei saat itu.

[caption id="" align="aligncenter" width="426" caption="Rute Jayapura-Sentani (atas), Rute Penyeberangan ke Pulau Ohei (bawah)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Bapak Konstan dari kampung Ayapo. Sehari-hari menawarkan jasa penyeberangan ke pulau Ohei (Kampung Asei)."]

Bapak Konstan dari kampung Ayapo. Sehari-hari menawarkan jasa penyeberangan ke pulau Ohei (Kampung Asei).
Bapak Konstan dari kampung Ayapo. Sehari-hari menawarkan jasa penyeberangan ke pulau Ohei (Kampung Asei).
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Tugu masuknya Injil di Kampung Asei menjadi ikon selamat datang di pulau ini."]
Tugu masuknya Injil di Kampung Asei menjadi ikon selamat datang di pulau ini.
Tugu masuknya Injil di Kampung Asei menjadi ikon selamat datang di pulau ini.
[/caption]

Hanya perlu 5 menit untuk sampai di dok Kampung Asei di pulau Ohei. Saya bersama Ghani Novianto, terasa cukup ideal jumlahnya, melihat suasana Kampung Asei yg hening, sesekali ramai oleh kunjungan turis baik lokal maupun mancanegara.

Di pintu masuk pulau ini terdapat Tugu berbentuk Salib sebagai peringatan masuknya Injil di Kampung Asei. Sejak awal tujuan kita di pulau Ohei adalah melihat dari dekat proses pembuatan Lukisan Kulit Kayu yang dalam bahasa setempat disebut Rakahomouw. Kami bertanya kepada seorang gadis yang kebetulan duduk di Pendopo, menanyakan rumah Bapak Hermanus Yoku, orang yang paling berpengalaman dengan tradisi Rakahomouw di Kampung Asei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun