Dia juga tidak pernah menyiapkan press conference atau press release yang sudah dibuat dan diatur-atur sedemikian rupa ketika lagi menghadapi suatu masalah, sebab bagi dia kebenaran tidak untuk ditutup-tutupi. Jadi, pertanyaan apa saja yang diajukan wartawan akan dijawab secara spontan, lugas, serta tanpa dibuat-buat. Pertanyaan apa saja dia akan jawab tanpa diatur-atur terlebih dahulu. Silakan Anda cari tau di youtube, banyak videonya.
Semua rapat-rapat dan pertemuannya dengan siapa saja, bila itu berhubungan dengan kepentingan publik dan kotanya, maka selalu saja diupload ke youtube secara terbuka dan transparan.
Meskipun pada akhirnya ternyata banyak orang yang berpikiran picik dan licik yang kadang mengutip sepenggal-sepenggal video tersebut lalu disambung-sambung seakan-akan dan seolah-olah....Tentu dengan maksud dan tujuan mereka sendiri. This is kind of stupid!
Agar dapat mewujudkan perampingan birokrasi pegawai negeri sipil (PNS) yang dinilai gemuk, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI bersama Tim Kajian Reformasi Birokrasi melakukan pemetaan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) PNS yang ideal di lingkungan Pemprov DKI. Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat juga sudah pernah mengatakan bahwa gaji yang diterima PNS DKI cukup tinggi, namun hal itu tidak sebanding dengan beban pekerjaan yang diemban PNS itu sendiri. Makanya perlu ada reformasi.
5. Pemangkasan Anggaran yang Tak Perlu
Ini adalah ide brilian Ahok, ia tak mau meniru gubernur-gubernur sebelumnya yang terlalu ‘takut’ terhadap tidak tercapainya penyerapan anggaran.
Ahok ini lain. Dalam sebuah wawancara dengan Najwa Shibab, ada seorang ahli pemerintahan kota yang bertanya kepadanya waktu itu, sambil berkata bahwa katanya pemerintahan Ahok ini kalau dilihat dari penyerapan anggaran maka adalah yang terburuk dalam 30 tahun terkahir, penyerapan anggaran katanya lagi hanyalah berkisar di angka 40%.
Lalu apa jawab Ahok? Ia. Penyerapan anggaran mungkin sedikit atau paling rendah di jaman ia memimpin, tetapi dengan itu ia telah justru menyelamatkan dana sebesar triliunan rupiah. Ini adalah yang terbanyak dalam sejarah di Jakarta ini.
Apa gunanya bangga dengan penyerapan anggaran sih? Kalau pun anggaran yang terserap itu 100%, lantas apa yang mau dibanggakan coba? Kalau penggunaannya benar dan tepat sasaran ya iya, tapi kalau nggak? Â Bila kenyataannya di lapangan tidak ada satupun yang terlihat jelas yang sudah dibangun, terus buat apa penyerapan anggaran tersebut? Apa yang dibangun tahun-tahun sebelumnya oleh gubernur-gubernur sebelumnya dengan serapan anggaran yang besar?
Sudah bukan rahasia lagi, hampir di setiap daerah, penyerapan anggaran adalah ladang mencari untung para penguasanya. Alasan beli ini dan itu padahal tidak dibeli. Alasan bangun ini dan itu padahal tidak ada pembangunan sama sekali, atau kalaupun ada maka sudah dikebiri kiri-kanan. Pokoknya yang penting anggaran terserap. Ini yang justru mau diubah oleh Ahok, karena dia bukanlah gubernur yang mata duitan. Itu. Tetapi banyak orang salah kaprah soal serapan anggaran ini.
Ada contoh bagus untuk itu. Provinsi DKI Jakarta dua tahun lalu memangkas anggaran pendidikan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tau nggak berapa yang berhasil dipangkas setelah diselidiki penganggaran tersebut ternyata banyak nggak benernya? Anggaran yang dipangkas jumlahnya tak kurang dari Rp 2,4 triliun.