Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Politik atau Doa Positif?

19 Agustus 2016   15:19 Diperbarui: 19 Agustus 2016   15:27 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoalah karena banyak yang patut disyukuri dan jangan hanya ketika kita butuh sesuatu (Ilustrasi - FB)

Entah kenapa bila saya mendengar ada orang berdoa, dengan cara apapun ia berdoa, maka seakan ada rasa damai dan teduh di dalam hati dan jiwa ini. Doa adalah sarana atau alat kita berkomunikasi dengan Tuhan, Sang Pencipta Alam Semesta dan segala isinya. Doa juga adalah cara kita ‘berkeluh kesah’ kepada Tuhan. Dan, dengan cara yang sama, yaitu berdoa, kita punya kesempatan juga untuk menyampaikan rasa syukur kita atas segala penyertaan Tuhan dalam hidup kita.

Ada banyak yang dapat kita syukuri dalam hidup ini. Jangan hanya selalu berkeluh kesah tanpa pernah mensyukuri segala nikmat yang sudah Tuhan berikan. Berdoa adalah keniscayaan. Doa ibaratnya ‘nafas kehidupan’. Tanpa doa, kita bahkan bisa kehilangan segalanya.

Cara orang berdoa tentu saja berbeda-beda. Ada yang buka mata ada pula yang tutup mata. Ada yang bersujud ada yang berlutut, ada juga yang bertelut. Ada yang lipat tangan ada yang menengadahkan tangan. Ada yang angkat tangan ada yang tanpa gaya apapun. Semuanya tidak menjadi soal sebetulnya, sepanjang doa yang dinaikkan itu tulus dan sepenuh-penuhnya untuk kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan sesama manusia. Isi hati seseorang menentukan isi doa yang ia panjatkan.

Bila hati kita penuh kebencian, kemarahan, rasa pesimis, putus asa, iri hati, kemunafikan, lalu kemudian hal itu tidak kita kontrol, maka ungkapan hati seperti itulah juga yang akan terpancar dari doa-doa yang kita ucapkan. Bersihkan hatimu dulu sebelum engkau berdoa.

Lalu, belum lama ini saya mendengar ada orang berdoa dengan begitu keras dan lantang, amat menggugah. Saya tidak mendengarnya doa itu dipanjatkan di rumah ibadah, tetapi di gedung megah milik rakyat. Melalui TV saya mendengar doa itu dengan khusuk meskipun saya punya keyakinan berbeda dengan sang pendoa itu. Tetapi alangkah terkejutnya saya mendengar isi doa orang itu. Bulu kuduk saya berdiri mendengar cara dia berdoa, juga isinya. Ruangan tempat dimana ia berdoa sontak tenang tak bersuara mendengar lantunan doa yang dinaikkan orang itu. Lantas kenapa bulu kuduk saya meremang? Bukan oleh karena saya melihat setan. Sama sekali tidak. Tetapi oleh karena isi doanya yang begitu menggetarkan kalbu.

Saya tidak tahu cara berkomunikasi dengan Tuhan macam apa yang tengah dipertontonkan sang pendoa itu, tetapi muatan dalam doa itu, bagi saya yang baru pertama kali mendengar isi doa semacam itu langsung dapat berkesimpulan bahwa doa tersebut ada muatan politisnya. Seberapa tidak percayapun orang-orang akan hal itu. Ruangan yang tadinya tenang dan teduh tiba-tiba jadi gaduh dan riuh oleh tepuk tangan dan sorak sorai orang.

Baru pertama kali dalam sejarah saya menyaksikan ada orang berdoa dan disambut dengan tepuk tangan riuh menggemuruh dari kawan-kawan si pendoa yang hadir di ruangan itu. Ini sesuatu yang langka dan ajaib. Kalau tidak ada muatan politis, maka doa semacam itu mustahil akan disambut tepuk tangan seperti itu.

Saya kurang tahu, yang mereka soraki itu adalah si pendoa atau Tuhan YME. Apapun itu, saya akhirnya bisa berkesimpulan bahwa doa yang saya dengar di TV itu tak lebih dari sekedar orasi politik dibungkus dan dibingkai dengan ‘alasan’ doa. Dengan kata lain, dengan bahasa gamblangnya, doa itu telah diperalat untuk mengkritisi, ‘meyerang’ orang lain. Pertanyaannya, apakah memperalat doa direstui Tuhan sang pemberi kehidupan? Anda sendiri yang dapat menjawabnya.

Lihat dan dengarkanlah doa Menteri Agama, atau doa beberapa pemuka agama lainnya yang dapat dengan mudah Anda jumpai di youtube, lalu bandingkanlah, saya percaya Anda akan menemukan keteduhan dan rasa damai mendengar doa-doa tersebut. Lalu dengar baik-baik isi doa di gedung milik rakyat itu yang muatannya sangat tendensius dan nyinyir terhadap pemerintah tanpa rasa berdosa memakai tameng doa. Luar biasa. Yang berdoa mungkin lupa, bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui pastilah tahu betul isi hati setiap manusia yang berdoa kepadaNya.

Ini ‘doa politik’ paling menggemaskan dan (maaf) palingnorak yang pernah saya dengarkan. Simak beberapa penggalan isi doa politikus tersebut berikut ini: “Jauhkan kami ya Allah dari pemimpin yang hianat yang hanya memberikan janji-janji palsu. Harapan-harapan kosong. Yang kekuasaannya bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini. Tapi seakan-akan arogansi kekuasaan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat.”

“Di mana-mana rakyat digusur tanpa tau ke mana mereka harus pergi. Di mana-mana rakyat kehilangan pekerjaan. Allah, di negeri yang kaya ini rakyat.....wahai Allah. Tidak ada jaminan kehidupan mereka.”

Ya Allah, kalau ada mereka yang ingin bertaubat, tapi kalau mereka tidak bertaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negeri ini ya Allah.”

Itu kira-kira penggalan doa sarat muatan politis yang sangat mudah ditelaah. Doa-doa seperti ini tentu sangat jauh panggang dari api menilik kesakralan sebuah doa. Betapa berbahayanya bila doa diplintir dan dipakai sebagai alat untuk menyerang seseorang. Apakah sang pendoa ini benar-benar yakin bahwa Tuhan bisa lalu kemudian diperalat untuk menjawab (misalnya) sebuah fitnahan atau kritikan tak berdasar semacam itu?

Sebagai catatan tambahan, sampai saat Jokowi sudah menjadi Presidenpun, katanya sang pendoa ini masih memasang foto orang lain di ruang kerjanya yang dia anggap sebagai Presiden. Ya namanya saja politikus, maka tak terlalu heran ada doa politik semacam itu. Kenapa bukan menteri Agama yang dimintai untuk membawakan doa pada saat itu ya? Kenapa harus seorang politikus (meskipun katanya dia sudah biasa berdoa sejak kecil) Ah, sudahlah...itu urusan mereka. Yang menjadi soal sebetulnya sederhana saja, bahwa jangan sekali-kali memperalat doa supaya Anda tidak kualat. Serius.

Isi doa itu saja sudah penuh dengan keluh kesah, hampir semua materi doa itu isinya keluh kesah. Jadi rupanya Anda ingin jadikan Tuhan sebagai pendengar keluh kesahmu semata? Mendengar segala keburukan dan kegagalan orang lain yang menurut Anda pribadi memang sudah seperti itu, kendatipun umpamanya itu sekedar fitnah atau kenyinyiran Anda semata?

Bayangkan saja Tuhan di atas sana diajak untuk mendengar keluh kesah tanpa ada positifnya sama sekali. Doa macam apa itu. Bandingkan dengan isi doa yang seperti ini umpamanya, “Ya Allah...bantulah bangsa kami yang sementara giat bekerja untuk menjadi bangsa yang besar. Pemerintah bersama rakyat sementara berjuang bersama untuk membangun bangsa ini, semoga kiranya diberikan kemudahan dan kekuatan....”

“Ya Allah, di dunia ini tidak ada pemerintahan yang sempurna, namun kami sebagai bangsa yang besar selalu berusaha membangun kehidupan yang lebih baik dari hari ke hari....Tolong curahkan rahmatMu atas kami semua...”  dan sebagainya dan seterusnya. Itu contoh ‘doa positif’.  Jangan mengeluh terus my man!

Kita sendiri yang dapat menilai diri kita tatkala berdoa. Apakah doa kita itu tulus atau tidak. Bagi sebagian yang masih suka memperalat doa sebagai senjata untuk nyinyirdan menyerang orang lain semoga cepat sadar. Jangan Anda memperalat dan mempermainkan DOA. Bagi orang beriman, kuasa doa itu sangat besar dan sangat nyata. Tetapi bagi orang nyinyir, doa yang dipanjatkan tidak akan mendatangkan kuasa pun keberkahan, tetapi justru akan mendatangkan badai pembulian, meskipun sudah disambut tepuk tangan meriah kawan-kawan seprofesi di gedung yang sama itu. Sadarlah!! ---Michael Sendow---

“DOA ada tidak semata karena Anda butuh sesuatu, tetapi DOA harus ada karena begitu banyak yang dapat Anda syukuri dalam hidup ini” ---Mich

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun