Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doa Politik atau Doa Positif?

19 Agustus 2016   15:19 Diperbarui: 19 Agustus 2016   15:27 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoalah karena banyak yang patut disyukuri dan jangan hanya ketika kita butuh sesuatu (Ilustrasi - FB)

Ya Allah, kalau ada mereka yang ingin bertaubat, tapi kalau mereka tidak bertaubat dengan kesalahan yang dia perbuat, gantikan dia dengan pemimpin yang lebih baik di negeri ini ya Allah.”

Itu kira-kira penggalan doa sarat muatan politis yang sangat mudah ditelaah. Doa-doa seperti ini tentu sangat jauh panggang dari api menilik kesakralan sebuah doa. Betapa berbahayanya bila doa diplintir dan dipakai sebagai alat untuk menyerang seseorang. Apakah sang pendoa ini benar-benar yakin bahwa Tuhan bisa lalu kemudian diperalat untuk menjawab (misalnya) sebuah fitnahan atau kritikan tak berdasar semacam itu?

Sebagai catatan tambahan, sampai saat Jokowi sudah menjadi Presidenpun, katanya sang pendoa ini masih memasang foto orang lain di ruang kerjanya yang dia anggap sebagai Presiden. Ya namanya saja politikus, maka tak terlalu heran ada doa politik semacam itu. Kenapa bukan menteri Agama yang dimintai untuk membawakan doa pada saat itu ya? Kenapa harus seorang politikus (meskipun katanya dia sudah biasa berdoa sejak kecil) Ah, sudahlah...itu urusan mereka. Yang menjadi soal sebetulnya sederhana saja, bahwa jangan sekali-kali memperalat doa supaya Anda tidak kualat. Serius.

Isi doa itu saja sudah penuh dengan keluh kesah, hampir semua materi doa itu isinya keluh kesah. Jadi rupanya Anda ingin jadikan Tuhan sebagai pendengar keluh kesahmu semata? Mendengar segala keburukan dan kegagalan orang lain yang menurut Anda pribadi memang sudah seperti itu, kendatipun umpamanya itu sekedar fitnah atau kenyinyiran Anda semata?

Bayangkan saja Tuhan di atas sana diajak untuk mendengar keluh kesah tanpa ada positifnya sama sekali. Doa macam apa itu. Bandingkan dengan isi doa yang seperti ini umpamanya, “Ya Allah...bantulah bangsa kami yang sementara giat bekerja untuk menjadi bangsa yang besar. Pemerintah bersama rakyat sementara berjuang bersama untuk membangun bangsa ini, semoga kiranya diberikan kemudahan dan kekuatan....”

“Ya Allah, di dunia ini tidak ada pemerintahan yang sempurna, namun kami sebagai bangsa yang besar selalu berusaha membangun kehidupan yang lebih baik dari hari ke hari....Tolong curahkan rahmatMu atas kami semua...”  dan sebagainya dan seterusnya. Itu contoh ‘doa positif’.  Jangan mengeluh terus my man!

Kita sendiri yang dapat menilai diri kita tatkala berdoa. Apakah doa kita itu tulus atau tidak. Bagi sebagian yang masih suka memperalat doa sebagai senjata untuk nyinyirdan menyerang orang lain semoga cepat sadar. Jangan Anda memperalat dan mempermainkan DOA. Bagi orang beriman, kuasa doa itu sangat besar dan sangat nyata. Tetapi bagi orang nyinyir, doa yang dipanjatkan tidak akan mendatangkan kuasa pun keberkahan, tetapi justru akan mendatangkan badai pembulian, meskipun sudah disambut tepuk tangan meriah kawan-kawan seprofesi di gedung yang sama itu. Sadarlah!! ---Michael Sendow---

“DOA ada tidak semata karena Anda butuh sesuatu, tetapi DOA harus ada karena begitu banyak yang dapat Anda syukuri dalam hidup ini” ---Mich

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun