Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menunggu Brazil Menjuarai Copa America 2016

13 Juni 2016   15:25 Diperbarui: 24 Juni 2016   16:56 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua negara favorit saya dalam sepakbola adalah Brazildan Jerman. Di salah satu pertandingan piala dunia, dua tahun lalu, Brazil pernah dibantai habis-habisan oleh Jerman dengan telak 7-1. Sungguh amat memalukan, negara yang sudah menghasilkan begitu banyak pemain kelas dunia, bahkan disebut-sebut sebagai negara penghasil pemain sepakbola terbaik di dunia, kok bisanya ya di hantam kayak kesebelasan anak kecil seperti itu? Saya kecewa dan terpukul saat menyaksikan semifinal itu. Untunglah yang membantai mereka adalah Jerman, yang juga salah satu favorit saya, jadi ya rasa kecewa saya setidaknya sedikit berkurang lah.

Jerman memang hebat, tahun kemarin juga dalam gelaran piala dunia mereka membantai, mengoyak, mempermalukan Afrika Selatan 7-1 di semifinal. Tapi kali ini saya tidak hendak membahas tentang kehebatan pasukan Jerman (maybe next time), melainkan fokus pada tim Brazil.

Kini tim Brazil sudah ditangani mantan pemain dan kapten Brazil, CarlosDunga. Ini lumayan menggembirakan tentunya. Sejak menjadi pelatih Brazil, sebetulnya Dunga sudah mulai memberikan banyak sentuhan berbeda bagi Brazil. Terbukti sejak dilatih Dunga, beberapa permainan persahabatan yang diadakan sebelum Copa America 2016 ini dimulai, Brazil sudah menang 6 kali berturut-turut.

Dunga menurut saya harus mengembalikan ciri dan gaya permainan Brazil kembali ke ‘roh’ pesepakbola Brazil yang sesungguhnya. Ia harus mampu menghadirkan kembali permainan tim yang cantik dan menawan dengan serangan-serangan super cepat, setelah terlebih dahulu menari-nari indah di lapangan tengah.Tim Brazil terkenal sangat kuat di lapangan tengah, dan begitu brilian dalam penyelesaian akhir oleh para striker yang tentu saja didukung ketrampilan dan kemahiran individu di atas rata-rata.

Untuk saat ini, kemampuan skillindividu sekelas Ronaldo Luiz Nazario, Ronaldinho, dan Romario memang seakan menghilang dari pasukan Brazil. Neymar yang paling diandalkan Brazil saat ini pun menurut saya kelasnya masih di bawah mereka. Namun tentunya kalau saja Neymar ada di Copa America kali ini, setidaknya bisa membantu daya dobrak Brazil, namun sungguh sayang dia absen oleh karena ‘disimpan’ untuk Olimpiade 2016 di Brazil nanti.

Brazil adalah tim sepakbola yang sudah dikenal dan diakui dunia. Kehebatan mereka tak perlu diragukan lagi. Tetapi kekuatan Brazil beberapa tahun belakangan ini agak merosot dan tak sekuat dulu lagi. Setelah mereka menyabet 4 gelar juara selama tahun 1997-2007, maka terlihat kesolidan dan kekuatan Brazil memang agak menurun.

Kini, hadir dengan semangat baru, mereka berusaha untuk bangkit kembali. Ya, bangkit menjadi ‘the real Brazil’yang pernah sangat ditakuti di lapangan hijau. Di tangan Dunga, mantan pemain Brazil yang pernah bermain dan menghantarkan Brazil untuk meraih gelar juara dua kali, mereka diharapkan bisa bangkit dan mampu meningkatkan kualitas permainan demi meraih gelar juara Copa America Centenario2016di Amerika Serikat. Semoga saja impian itu bisa jadi kenyataan.

Melihat materi pemain Brazil sebenarnya cukup meyakinkan sih, menurut saya, meski bukan para pemain ‘kelas satu’. Tinggal bagaimana Dunga memoles kerja sama tim menjadi faktor penentu, mengingat pemain-pemain ini didatangkan dari berbagai macam club yang berbeda, tersebar di seantero jagad.

Di sana ada kipper Diego Alves yang bermain di Valencia, ada juga Alisson pemain club Internacional Brazil.

Di bagian belakang, pemain bertahan seperti Dani Alves yang bermain di Barcelona, Filipe Luis andalan Atletico Madrid, nampak juga Miranda yang eksis di Inter Milan, dan tentu saja Marquinhos pemain club Paris Saint-Germain yang sangat menjanjikan. Memiliki pemain bagus di bagian belakang sepertinya tidak menjamin pertahanan akan bagus pula, Brazil saat ini masih sering keteteran dalam bertahan.

 Memasang para pemain tengah semisal Casemiro yang aktif di Real Madrid, Philppe Coutinho di Liverpool yang jago dribble dan cepat gerakannya itu, Willian yang bermain di Chelsea, dan Lucas di Paris Saint-Germain, serta beberapa pemain lainnya tentu menjadikan lini tengah Brazil ini tak perlu diragukan.

Untuk pemain depan, menurut saya nampaknya Brazil kali ini agak kurang menggigit. Menurunkan Gabriel (pemain club Santos), Hulk, serta Jonas yang bermain di Benfica tentu tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan penyerang Brazil di era sebelumnya. Bahkan, bisa jadi kekuatan penyerang Brazil kali ini masih kalah jauh dibanding Argentina, rival terberat mereka. Saya sih sangat merindukan penyerang Brazil muncul kayak di tahun 70-an, pada masanya Pele, Rivelino, Gerson, Tostao, dan Jairzinho. Itu baru luar biasa. Sekarang Brazil kekurangan pemain penyerang.

Ya sudahlah, apapun itu, tinggal bagaimana Dunga menerapkan taktik cantik dia, misalnya dengan mengoptimalkan permainan lapangan tengah, sembari memaksimalkan kekuatan pertahanan supaya tidak kebobolan di menit-menit terakhir. Lagi-lagi, sangat disayangkan memang pasukan Brazil kali ini tanpa Neymar. Kalau seumpamanya Neymar ada, saya yakin pola penyerangan Brazil akan lain. Ia memang bisa jadi belum sebanding Messi dan Ronaldo, tetapi kemampuannya hampir setara mereka, jadi sangat disayangkan kali ini Brazil tanpa Neymar.

Brazil Harus Buat Kejutan demi Kejutan

Sepakbola adalah permainan penuh kejutan dan keajaiban. Ini fakta. Banyak kejadian tak terbayangkan yang hadir di lapangan sepak bola, dan sulit diramalkan sebelum terjadi. Saya sendiri terkejut minta ampun tatkala Brazil bisa kalah 1-7 dari Jerman. Sebegitu mudahnya mereka takluk. Tak pelak ini menjadi catatan buruk sepanjang sejarah Brazil. Ya namun itulah sepakbola. Lapangan sepakbola adalah lapangan penuh jebakan dan keterkejutan.

Tidak ada yang dapat menduga dengan tepat apa yang akan terjadi di lapangan sebelum peluit ditiup wasit menandakan usainya pertandingan tersebut. Spanyol adalah tim terbaik sebelum piala dunia, lalu kemudian tiba-tiba mereka harus langsung out pada putaran pertama. Siapa sangka. Banyak orang terkejut. Para fansmerana dan menangis. Ajaib. Tapi itulah kenyataannya. Jadi, apapun pandangan orang dan rasa khawatir berlebihan saat ini tentang kekuatan tim Brazil, saya koktetap meyakini Brazil akan bisa tembus sampai final nanti, dan mudah-mudahan bisa juara. Kawan saya banyak yang meragukan Brazil, tetapi saya tetap optimis. Brazil masih akan membuat banyak kejutan lainnya.

Ada beberapa pengamat yang meyakini bahwa menurunnya kegiatan persepakbolaan nasional atau lokal di Brazil adalah penyebab utama gagalnya tim Brazil berjaya di tingkat internasional akhir-akhir ini. Apalagi pada piala dunia lalu, permainan tim Brazil tak disangkal sangatlah mengecewakan. Mereka terlihat seperti kehilangan roh dan semangat bermain, tidak sebagaimana Brazil yang kita saksikan di tahun 80-an, 90-an dan awal 2000-an.

Apalagi saat ini club-club besar Brazil seperti ‘dipaksa’ untuk rela melepas pemain-pemian terbaik mereka yang banyak dibeli club-club Eropa, meskipun tentu saja dibayar dengan harga mahal. Ada pula sedikit pergeseran, dimana pemain-pemain hebat Brazil rupa-rupanya cenderung mulai lebih memilih opsi untuk pergi ke club-club di Asia. Ini tentu saja menjadikan stok pemain hebat Brazil dalam negeri jelas mulai berkurang.

Saya mencatat nama-nama seperti Ricardo Goulart, Everton Ribeiro dan juga Diego Tardelli adalah merupakan pemain-pemain papan atas yang meninggalkan kampung halaman mereka berangkat menuju Asia. Hal-hal seperti inilah yang membuat sang legenda sepakbola dunia asal Brazil Pele suatu ketika akhirnya harus buka suara. Ia meminta Brazilian Football Confederation (CBF)untuk melakukan sesuatu demi mempertahankan pemain-pemain terbaik negeri itu untuk tetap bermain di Brazil. Pele pun berkata, "The biggest problem today is the best players play outside(of Brazil)". Itu.

Kalau kita melihat susunan pemain Brazil saat ini, maka memang kegundahan itu cukup beralasan. Kalau nggak salah, hanya ada 4 pemain nasional Brazil yang bermain tim nasional berasal dari club-club di Brazil, selebihnya bermain di club-club di luar Brazil. Ritme dan gaya Brazil perlahan-lahan tergantikan dengan cara dan gaya permainan Eropa, atau juga Asia. Makanya, tentu tak terlalu mengherankan bila melihat gaya permainan tim Brazil yang agak berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Banyak yang harus dikoreksi memang dari cara permaianan tim Brazil yang ‘lari’ dari ‘pakem’ gaya bermain Brazil yang sesungguhnya. Tetapi siapa tahu, justru dengan tampilan tak terduga Brazil ini justru akan menciptakan kejutan-kejutan lainnya, sebagaimana terkejutnya tim Haiti dihajar Brazil kemarin itu.

Bisakah Brazil Juara?

Apakah Brazil bisa menorehkan tinta emas di Copa America ini dengan pasukan yang tidak lengkap, dan tidak hadir dengan ‘the dream team’ yang mereka miliki? Sangat bisa. Nothing is impossible. (Tapi apa daya, barusan tadi saya menyaksikan kekalahan Brazil dari Peru.)

Oleh karena saya begitu mengidolakan Brazil, maka marilah kita kembali saja seperti pengantar awal tulisan saya tadi, bahwa, di tangan Dunga saya tetap masih amat percaya Brazil bisa kembali menjadi tim papan atas, utamanya di pertandingan lain mereka di manapun itu. Dunga boleh jadi akan selalu lebih menekankan pada permainan strategi dan menggunakan taktik berbeda-beda, karena dia sadar pemain-pemain Brazil hari hari ini tidak lagi seperti yang dulu. 

Brazil, setelah sempat bermain kurang meyakinkan dan hanya berhasil meraih angka imbang kacamata dengan Ekuador, Brazil lantas kemudian pada pertandingan berikutnya bangkit menghantam Haiti tanpa ampun dengan skor telak 7-1. Pengalaman menyakitkan dihajar Jerman 1-7 tempo hari dilampiaskan dengan melibas Haiti dengan angka yang sama pula. Di pertandingan tadi pagi Brazil mengalami nasib kurang bagus karena dikalahkan Peru 0-1, dengan sebuah gol yang kontroversial karena kena tangan Mario Ruidíaz lebih dahulu sebelum masuk ke gawan. Apa boleh buat, wasit tetap menyatakan gol itu sah. Ini membuat Timnas Brazil terhenti di Copa America ini. Mereka harus segera pulang. Sungguh amat sangat menyakitkan.

Meskipun harus kalah dari Peru pagi ini, saya rasa keseluruhan pertandingan tetap didominasi dan dikuasai oleh tim Brazil. Dan, bila Brazil harus segera angkat koper hari ini, saya tetap bangga dengan tim Brazil ini. Ayo, tunjukkan bahwa Brazil adalah tim hebat, bangkitlah untuk berlaga di Olimpiade nanti di kandang sendiri. Viva Selecao. Viva Brazil…---Michael Sendow---

Catatan: (Tulisan Brazil di baju saya tertulisnya Brasil...berarti Brazil memang akan berhasil jadi juara...hehehehe)

brazil-575e6cf6579373e90bd11832.jpg
brazil-575e6cf6579373e90bd11832.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun