Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

V-Sign, Tanda Jempol, dan OK Sign

18 Februari 2016   18:40 Diperbarui: 19 Februari 2016   09:10 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="V Sign Jokowi (Pic Source: Merdeka.com)"][/caption]Ada body language yang berlaku sangat universal, namun ternyata ada juga yang sangat berbeda serta tergantung bangsa dan budaya dimana gesture itu digunakan. Setelah menulis tulisan ini: Bahasa Tubuh Aduhai. Saya ingin sekarang ini menuangkan beberapa hal yang masih ada sangkut pautnya dengan body language tersebut dalam tulisan saya kali ini.

Apa yang ada dibenak Anda membaca judul di atas? V-sign? Hahaha... jangan-jangan pikiran kita langsung melambung tinggi ke angkasa memikirkan hal yang tidak-tidak. V-sign itu adalah Victory Sign, atau biasa dilambangkan dengan jari telunjuk dan jari tengah diangkat bersama-sama. Itu semasa pilpres Presiden yang lalu antara Jokowi dan Prabowo, oleh Jokowi dilambangkan dengan “salam dua jari”.

Lantas jempol sign itu apa? Itu adalah thumb-up atau tanda okay, good, bagus, hebat, dan lain sebagainya. Tetapi apakah maknanya memang akan selamanya seperti itu? Belum tentu. Nah, ini dia, sebentar lagi kita akan coba menyelam lebih dalam lagi mencari tahu simbol-simbol dan gestur yang selama ini sudah kita kenal baik.

OK sign dikenal juga dengan cara ujung jari telunjuk dan jempol bertemu membentuk simbol huruf ‘O’, makanya ia juga disebut dengan “Ring Gesture”. Ini juga lumayan unik dan menarik untuk dipelajari. Sungguh.

The Ring Gesture atau ‘OK’ Gesture

[caption caption="OK Sign (Pic Source: depositphotos.com)"]

[/caption]Menurut catatan sejarah, tanda okay ini dipopulerkan di Amerika Serikat pada sekitar awal abad ke-19, oleh media-media masa saat itu. Nampaknya ini dilakukan media kala itu untuk sekedar untuk mencari cara penulisan atau dengan memberi tanda tertentu dalam rangka mempersingkat sebuah frasa, sehingga tulisan panjang dapat diperpendek tanpa mengubah maksud.

Ada begitu banyak variasi yang lalu kemundian muncul tentang inisial ‘OK’ ini. Ada yang percaya bahwa tanda ‘OK’ ini sebetulnya adalah gambaran dari “All Correct” dimana dalam perjalanannya terjadilah misspelled dan berakibat berubahnya inisial tersebut menjadi “All Korrect”. Sementara itu, ada juga yang mengatakan bahwa OK itu adalah lawan dari KO (Knock Out). Masih ada juga teori populer lainnya yang mengatakan bahwa OK itu adalah singkatan dari “Old Kinderhook”, berasal dari kampung kelahirannya Presiden Amerika yang kala itu menggunakan inisial KO tersebut dalam setiap kampanyenya.

Teori mana yang paling betul? Mungkin tidak ada yang pernah tahu. Tetapi nampaknya simbol cincin itu sendiri sudah melambangkan huruf ‘O’. Tanda ‘OK’ juga akhirnya merambah sangat cepat sampai ke Inggris dan negara-negara berbahasa Inggris lainnya, lalu kemudian ke Asia.

Nah sesuai perkembangannya akhirnya tanda OK ini, dimana jari telunjuk bertemu ujung jari jempol membentuk cincin atau huruf ‘O’ tersebut lalu mendapat artian baru sesuai budaya setempat yang memakainya. Tidak melulu sebagai tanda “Okay” semata. Sebagai contoh, di Perancis tanda tersebut dapat diartikan sebagai ‘zero’ atau ‘nothing’. Di jepang bisa berarti uang (money). Di beberapa negara mediteranian tanda itu adalah orifice signal, lalu sering digunakan untuk menyimpulkan seorang laki-laki itu homoseks.

Makanya, bagi kita, apalagi yang gemar travel atau bepergian sampai ke empat penjuru mata angin, ingatlah ini, dan patuhilah safest rule to travel berikut ini: ‘When in Rome, do as the Romans do’. Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang macan mengaum. Ini tentu dengan sendirinya dapat menolong kita tidak terjebak dalam sebuah situasi memalukan ketika menggunakan tanda-tanda atau simbol yang dibenak kita sudah kita rasa okay dan mantap top markotop. Hehehe....eeeh...padahal budaya lain belum tentu berpandangan yang sama.

Tanda Jempol (The Thumb-Up Gesture)

[caption caption="Thumb Up sign (clipartbest.com)"]

[/caption]Sebagaimana OK-sign, maka sama halnya juga dengan tanda jempol. Di Inggris, Australia dan New Zealand umpamanya, dahulu sampai sekarang rata-rata the thumb-up gesture diartikan menjadi beberapa bagian besar. Kebanyakan dimaksudkan sebagai OK signal juga, hebat, jago, bagus, dan sebagainya. Lantas kemudian bila jari jempolnya menukik tegak tajam ke atas, itu dapat diartikan sebagai sebuah tanda menghina, biasanya diartikan sebagai misalnya ‘up yours’ atau ‘sit on this’.

Di beberapa negara lain, seperti misalnya di Yunani sana, kerap tanda jempol tersebut arti utamanya justru adalah ‘get stuffed’. Jadi dapat Anda bayangkan ‘kesulitan’ yang akan dihadapi oleh umpamanya Australian hitch-hiker yang keburu menggunakan gestur ini di negara Yunani. Bisa salah persepsi orang Yunani nantinya.

Lalu, ketika orang Italia menghitung dari satu sampai lima, mereka menggunakan gestur tanda jempol ke atas itu sebagai hitungan satu, lantas jari telunjuk sebagai dua, seterusnya. Sementara itu sebagian besar negara lain termasuk Inggris, Amerika dan negara Eropa lainnya menghitung angka satu dimulai dengan jari telunjuk, diikuti jari tengah dan jempol sebagai hitungan ke lima. Jadi jempol ke atas bagi orang Itali adalah hitungan ‘1’ maka di Amerika, dll adalah hitungan ‘5’. Ada juga beberapa tempat yang menghitung hitungan satu sampai lima dimulai dari jari kelingking.

Jari jempol ini juga (The thumb up) sering digunakan dengan beberapa kombinasi gestur lainnya sebagai sebuah bentuk untuk menunjukkan kapasitas dirinya, kekuatannya, atau ‘superiority signal’ dimana orang tersebut hendak ‘menguasai’ orang lain ‘under their thumb’. Di Bulgaria saya dengar tenda jempol ke atas artinya adalah pernyataan bahwa sesuatu itu jelek, tidak bagus. Sebaliknya, jempol mengarah ke bawah artinya sesuatu itu bagus dan baik, hebat adanya. Nah lho.

The V Sign atau Victory Sign

[caption caption="Winston Churcill V-Sign (Pic: Wikispaces.com)"]

[/caption]Tanda ini populer digunakan di Australia, New Zealand dan Inggris. Lalu di kemudian hari disusul oleh Amerika dan beberapa negara lain. Semenjak itu, berbagai bangsa dan budaya mengembangkan ide dan penerjemahan sesuai intepretasi masing-masing tentang arti V-sign tersebut.

Winston Churchill mempopulerkan V for victory sign selama Perang Dunia II, namun dengan telapak tangannya menghadap ke luar. Sebagian orang meyakini bahwa V-sign dengan telapak tangan menghadap ke dalam (ke arah wajah si pembicara) itu adalah versi penghinaan cabul. Di sebagian besar wilayah Eropa, masih tetap menganggap bahwa V-sign dengan telapak tangan menghadap ke dalam sekalipun tetap dianggap sebagai tanda ‘victory’.

Perbedaan-perbedaan ini bisa saja menyisahkan keraguan dan kebingungan bila seorang Inggris memakai tanda V-sign versi mereka kepada beberapa negara Eropa lainnya. Tanda ini juga di beberapa negara Eropa bisa saja diartikan sebagai ‘dua’, jadi jikalau kebetulan ada orang Eropa bekerja sebagai petugas bar lalu muncul orang Inggris bermaksud mengejeknya dengan mengangkat V-sign dengan telapak tangan menghadap ke dalam, maka bisa jadi sang bartender justru akan datang membawakan 2 gelas bir. Dia pikir orang itu lagi pesan bir dua gelas. Seperti itu. Hahaha.

Contoh-contoh kecil di atas tadi menunjukkan kepada kita betapa pentingnya mempelajari terlebih dahulu budaya setempat, tanda-tanda atau gestur seperti apa yang dimengerti mereka sebelum kita cepat-cepat menggunakannya. Cultural misinterpretation of gestures dapat menciptakan pelbagai perasaan malu dan jengah bila kita terlambat menyadarinya. So, jangan sampai deh. Think and learn first, before you use your gesture. Apalagi bila itu hendak digunakan di lingkungan budaya yang berbeda.

Nah, itu dulu sajalah tulisan saya kali ini, hari telah senja, dan apa daya jemari tangan ini terasa mulai kaku dan agak berat tuk digerakkan. Untung saja bukan karena lagi sakit asam urat hahaha, namun memang sudah saatnya saya usaikan saja sampai di sini. Semoga ada sumur di ladang dan airnya masih ada. Semoga kita jumpa di lain waktu dan tulisannya masih ada. Cheers! ---Michael Sendow---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun