Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Telepon Pintar dan Semangat Menulis

19 Januari 2016   13:39 Diperbarui: 19 Januari 2016   16:17 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi : Lifehack Quotes"][/caption]Era tahun 70-an, di saat saya baru lahir ke dunia ini, baru belajar merangkak, akhirnya berjalan, belajar membaca, dan baru mulai belajar menulis. Bukan menulis di blog (blog belum lahir), tetapi belajar menulis begini, “ini…ibu…Budi”, lantas “ini rumah Budi….”, lalu “bapak Budi-nya ke mana?” Nah, pada era itu dunia masih ‘datar’, artinya belum canggih.  Semuanya datar-datar saja. Nonton TV datar, lha yang ada hanya TVRI. Dengar radio datar. Baca berita? Ya datar juga, hanya koran atau tabloid cetak.

Pada era itu sebetulnya sudah ditemukan HP edisi awal sih, tapi kita di Indonesia masih belum menikmatinya. Telepon genggam generasi pertama itu disebut sebagai 1G (Generasi Pertama). Di Tahun 1973, ternyata seorang bernama Martin Cooper dari Motorola Corp sudah menemukan telepon genggam pertama dan lalu kemudian diperkenalkanlah kepada publik pada tanggal 3 April 1973. Teknologi yang digunakan 1-G masihlah bersifat analog dan dikenal dengan istilah AMPS.

Lalu kita beranjak di era tahun 90-an, dunia mulai berubah, telepon genggam mulai bermunculan bak jamur di pinggir sumur. Saat itu saya sudah menjelma menjadi “pemuda matang mangga” yang (ternyata) banyak diincar “wanita matang manggis”, meminjam istilah seseorang yang pernah saya kenal. Tapi karena nggak punya duit banyak, saya belum sanggup membeli telepon genggam. Paling-paling tangan pacar saja yang saya genggam hahaha...

Nah, di era itu, di Indonesia sudah menjadi semacam ‘gaya hidup berkelas’ jika sudah pegang telepon genggam. Katanya, hanya orang-orang kaya yang bisa punya HP saat itu. Inilah Generasi kedua itu (2-G). Saat itu 2G di Amerika sudah menggunakan teknologi CDMA, namun di Eropa mereka menggunakan teknologi GSM. Dengan Generasi 2G ini, maka sinyal analog sudah diganti dengan sinyal digital. Penggunaan sinyal digital membuat telepon genggam kita semakin canggih lagi. Ukurannya jadi lebih kecil dan lebih ringan. Sangat enteng untuk ditenteng kemana-mana.

Tahun 2000-an, saya sudah lulus kuliah dan mendapat kesempatan belajar serta bekerja di Amerika Serikat. Saat itu di Indonesia telepon genggam sudah menjadi semacam ‘kebutuhan primer’. Dan lagi, rupa-rupanya telepon genggam sudah semakin pintar (makanya ia lalu disebut Smart Phone). Generasi ini disebut juga 3G, dimana hal ini memungkinkan operator jaringan untuk memberi pengguna mereka jangkauan yang lebih luas, lebih oke, lebih ini dan lebih itu. Pokoknya lebih segala-galanya. Semuanya lebih, bahkan lebih bayar saking banyaknya tawaran dan biaya mahal hehehe…..Termasuk juga penggunaan internet sebaik video call berteknologi tinggi. Mantap kan?

Dalam era 3G ini terdapat standard untuk dunia telekomunikasi yang kita kenal sebagai EDGE yaitu Enhance Datarates for GSM Evolution, dan Wideband-CDMA, serta juga dan CDMA 2000. Menariknya lagi, pada generasi inilah sistem operasi (OS) sudah mulai dimasukkan dan digunakan dalam telepon genggam milik kita. Lamban laun, aneh tapi nyata, perlahan namun pasti, maka fitur telepon genggam sudah semakin lengkap bahkan pun mulai mendekati kelengkapan fungsi sebuah PC. Sistem operasi yang saat ini digunakan misalnya saja ada Symbian, Android dan Windows Mobile. Ini benar-benar era keemasan telepon genggam yang bermetamorfosa menjadi telepon genggam pintar (Smart Phone).

Lalu kini, muncullah generasi paling anyar yang kita semua tahu dijuluki Generasi ke-empat atau Fourth Generation (4G). Nah, di sini sistem telepon genggam telah menawarkan pendekatan lebih baru dan dengan memakai solusi infrastruktur yang canggih mengintegrasikan teknologi nirkabel yang telah ada sebelumnya. Sistem 4G ini dijalankan berdasarkan heterogenitas jaringan IP yang memungkinkan pengguna (user) dapat menggunakan beragam sistem kapan saja dan di mana saja dia mau. 4G juga memanjakan usernya dengan: kecepatan tinggi, volume tinggi, kualitas baik, jangkauan global, dan fleksibilitas untuk menjelajahi berbagai teknologi berbeda.

Saat ini telepon genggam yang kita genggam sudah benar-benar menunjukkan kapabilitasnya yang benar-benar SMART. Oleh karena apa? Oleh karena saat ini, dengan menggenggam telepon genggam yang pintar itu, maka berarti kita sudah menggenggam dunia. Bukankah sekarang ini the world is in your hand? Paling tidak, dunia maya sudah dalam genggaman Anda. Tidak itu saja, kelak dunia nyata pun akan dapat Anda genggam. Sempurna. It is, indeed, beyond our imagination. Is not it?

Dengan smartphone, apapun seakan sudah ada dalam genggaman kita. Mulai dari mencari jalan (lewat GPS), mencari restoran, sampai mencari berita dapat kita lakukan dan jumpai dengan mudah. Mencari lawan dan mencari musuh pun dapat terjadi lewat telepon yang ada dalam genggaman kita. Mencari cinta dan memutuskan cinta pun bisa lewat telepon pintar yang kita pegang.  Video call, conference call, chatting, serta apapun yang Anda inginkan dapat dilakukan semudah menggerakan telunjuk dan jempol Anda. Lebih jauh lagi, perkawinan maupun perceraian dapat tercipta sangat cepat oleh karena pengaruh kecanggihan telepon genggam. Dunia benar-benar sudah Anda genggam.

Smartphone Semakin Smart, Manfaatkan Sebaik Mungkin!

Steve Jang, co-founder dan CEO Soundtracking bilang begini, "Moving forward, the mobile user experience of social networking will become more distributed across multiple apps... When Facebook launched its Messenger app, I loved that. It was a straightforward app that did one thing well and let me re-engage with the FB message feature again. Inside the all-in-one FB app, that feature was more difficult to use quickly and easily... It makes a lot of sense to think about a community's social graph and data as an underlying network upon which you can develop simple, powerful and functionally-specific mobile apps” Dia benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun