Satu lagi tambahan, semoga kita bisa memahami dengan hati terbuka komentar Thomas Jefferson, mantan Presiden Amerika berikut ini, “In truth, politeness is artificial good humor, it covers the natural want of it, and ends by rendering habitual a substitute nearly equivalent to the real virtue.” Sebab itu, kalau ada pejabat yang kita tau kelakuannya seperti apa namun sangat hebat bersandiwara di depan media…tertawalah! Karena itu adalah good humor yang menyegarkan sekaligus menggelikan.
Kesalahan berikutnya adalah gampang mencopot dan memecat bawahan. Wow, apakah ini benar-benar sebuah tindakan yang sadis, wahai Pak Ahok? Ingin betul, semua mereka yang dicopot, dimutasi, dilengserkan, atau dipensiundinikan tentu tidak akan mencoblos gambar Anda di tahun 2017 nanti. Ini juga dianggap sebagian orang sebagai sebuah bentuk kesalahan. Ingat dan percayalah bahwa di negeri ini pecat memecat masih dianggap sesuatu yang gimana githu lho.
Saya pribadi sih coba melihatnya dari perspektif lebih luas lagi. Kalau memang malas, tidak bekerja maksimal malah ‘makan tulang’ doang kerjaannya. Seumpamanya kinerja tidak ada bagus-bagusnya sekian lama, bahkan ketika pun sudah diberi waktu dan kesempatan tambahan, lalu kemudian justru banyak mengeluh dan ngeles saja kerjaannya, maka apakah ada yang lebih baik daripada dicopot dan dipecat atau dipensiunkan? Wah, entahlah…
Good government tentu akan selalu dimusuhi mereka yang no good. Itu pasti, oleh karena merekalah sesungguhnya penghambat terciptanya good government. Bekerja tidak satu irama. Tidak satu visi-misi. Tidak punya chemistry yang sama. Anthony Albanese mengingatkan kita, “Short-term thinking is the greatest enemy of good government.” Berpikir pendek akan selalu menjadi musuh good government. Vice versa. Berpikir pendek, suka jalan pintas, tidak mau peduli, malas, dan sebagainya itu adalah musuh bersama. Musuhnya good government. Orang yang ‘sumbu pendek’ sehingga berpikiran pendek menyikapi sikap tegas Ahok juga bisa jadi akan menjadi enemy of good government.
Kesalahan ke-tiga dan yang terakhir adalah Ahok itu terlalu berani. Bagi sebagian, tindakan terlalu berani akan berdampak besar dalam peta pemilihan Gubernur 2017 nanti. Karena sikap terlalu berani, maka Ahok selalu siap berhadapan dengan siapa saja, dalam situasi apa saja. Ini tidak boleh terjadi di negeri ini. Mestinya Ahok itu cukup berani saja (brave enough). Itu sudah lebih dari cukup. Bisa-bisa akan ada kelompok-kelompok yang menolak Ahok jadi Gubernur 2017 karena sikap terlalu beraninya itu. Tapi….ya apa boleh buat…..meskipun banyak gonggongan dan rongrongan, kafilah toh tetap saja berlalu.
Ketika negeri ini dipenuhi para penakut dan pengecut, maka kehadiran sosok Ahok tentu mengguncang banyak pihak. Bahkan terkadang sampai menusuk masuk sangat dalam ke pori-pori kulit. Luar biasa.
Mungkin Ahok pernah membaca kalimat yang ditulis dan diungkapkan oleh J.R Tolkien ini, “It is not the strength of the body that counts, but the strength of the spirit.” Tidak peduli badannya tidak sebesar Arnold Schwarzenegger. Lehernya tidak sekokoh beton seperti Mike Tyson. Kecepatannya tidak secepat Iron Man, namun ia punya kekuatan dalam spiritnya. Raga boleh saja melemah, namun roh dan jiwa harus selalu kuat. Inilah yang memunculkan keberanian amat sangat.
Jikalau aku berjalan di jalur yang benar kenapa harus takut? Bilamana aku bekerja dengan tulus dan tidak setengah hati mengapa harus takut? Tatkala aku sudah menjalankan apa yang baik untuk kepentingan orang banyak, untuk apa pula aku harus takut? Kira-kira seperti itulah kedalaman pemikiran orang-orang yang berjalan lurus, melawan arus, dan mengabdi untuk orang banyak. Braveness tidak boleh setengah hati.
Akhirnya, semoga Pak Ahok tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama di tahun 2016 ini ya. Kalau masih saja terus terjadi dan menjadi-jadi? Ya berarti Anda memang selalu siap melawan arus di negeri ini. Kerap kali itu memang dibutuhkan kok. Bagus juga. Itu saja. Salam hangat. ---Michael Sendow---
“Tapi kalau kamu hidup di tengah-tengah masyarakat yang begitu miskin, sementara oknum pejabat nyolong uang gila-gilaan dan dengan santun gaya bahasa agama, kamu muak nggak kira-kira?” ― Ahok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H