Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Lebih Jauh Dialek Manado dan Lelucon

7 Oktober 2015   17:57 Diperbarui: 7 Oktober 2015   18:00 8513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dialek Manado (dari instagram)"][/caption]

Mendengar orang Manado bicara, kadang sanggup mengundang gelak tawa. Kenapa? Karena ‘gaya bicara’ dan dialek orang Manado itu sering terdengar unik dan ‘lucu’. Ada yang mengatakan kalau mereka bicara bahasa Indonesia, maka justru akan terdengar kayak orang bule lagi ngomong pake bahasa Indonesia. Maaf (baca: belepotan) Ha ha ha…coba aja dengerin mereka yang baru datang dari Manado, terus ‘memaksa’ diri untuk ngomong bahasa Indonesia yang baik dan benar, atau istilahnya berlogat logatnya Jakarta. (Ba logat niyeeee…, begitulah ungkapan yang sering tersematkan jika ada tole, nyong, keke, wewene, atau tuama Manado baru pertama kali coba-coba berbahasa Indonesia yang baik).

Semua itu tidak salah, karena orang Manado yang tinggal di Manado, ya mereka sudah terbiasa dengan logat atau dialek ‘Manado pasar’nya. Tidak mungkin itu hilang. Jelas akan terbawa sampai ke manappun. Bahkan di Amerika, dialek itu kerap muncul dalam perbincangan. Wajar. Lumrah.

Ada banyak kata-kata unik yang sebetulnya ternyata hanyalah sekedar ‘penyimpangan’ sebutan dari bahasa Indonesianya. Misalnya air disebut ‘aer’. Atau kata halus yang di Manado menjadi ‘alus’. Empat menjadi 'ampat', enam menjadi 'anam', hancur menjadi 'ancor', hanyut menjadi 'anyor', kata atau diubah menjadi 'ato', baik menjadi 'bae', berdiri jadi 'badiri', balik disebut 'bale', atur jadi 'ator', bengkak menjadi 'Bangka', dan sebagainya dan seterusnya.

Dialek Manado juga ternyata sudah sejak lama ikut dimeriahkan oleh pengapdosian kata-kata dari bahasa Belanda, Perancis dan Portugis (Spanish) seperti umpamanya blanket untuk selimut, kawayo untuk kuda, selop untuk sandal. Ada juga ungkapan ‘kiapa soh?’ yang diserap dari bahasa Portugis dan Spanyol, ‘que paso’ yang artinya sama yaitu what’s up?

Kata suar juga diserap dari bahasa Portugis yang artinya keringat. Contoh dalam kalimat, ‘kiapa ngana so basuar?’ (Kenapa Anda sudah berkeringat?). Ada juga kata Pombo atau burung merpati. Kata pai yang artinya besar. Kemudian ada kata fresco (fresco) yang artinya segar. Gargantang artinya tenggorokan. Serta masih banyak kata-kata lainnya.

Dari serapan bahasa Perancis juga kita temui umpamanya kata capeo atau topi (chapeau). Ada juga kata sombar (sombe) yang artinya tidak kena sinar matahari. Pastiu itu artinya bosan, dan lain sebagainya.

Dari serapan bahasa Belanda juga banyak, apalagi Belanda pernah ‘jatuh cinta’ sama wilayah ini, maka banyaklah peninggalannya masih tersimpan di sana. Ada kata vork artinya garpu. Ada sebutan fasung (fatsoen) yang artinya cantik. Smusis (smoesjes) artinya rewel. Contoh dalam sebuah kalimat: “banyak smusis kwa ngana noh!” (Rewel banget Anda ini!) Kata farek artinya tidak urusan atau tidak mau tau. Klak (klacht) itu artinya mengadu (baklak). Serta masih banyak contoh lainnya.

Masih ada banyak kata-kata lainnya yang diserap dari bahasa-bahasa luar lainnya misalnya saja kata ombong (embun), lombo (lembut/lembek), lanut (alot), lepe/lome (tidak kuat), totofore (menggigil/gemetar) dan lain sebagainya.

Belum lagi kata-kata penghubung, awalan, akhiran, maupun kata sandang yang sering lucu kedengarannya, hampir mirip namun tentu saja sangat berbeda arti. Kata-kata ini saya sebut sebagai “kata-kata ajaib” oleh karena berbagai keunikan dan keajaiban yang terkandung di dalamnya, dan ini telah menjadi ciri khas di Manado, dan bagi orang Manado pada umumnya. Semua orang Manado harus menguasai kata-kata ajaib ini. Misalnya saja kata ‘kong’, ‘kang’, ‘iyo’, ‘noh’, ‘dang’, ‘deng’, ‘kwa’, ‘joh’ ‘lai/lei’. Inilah 9 kata ajaib itu.

Nah, kadang-kadang kata-kata ajaib itu dapat disambungkan sehingga membentuk arti baru. Misalnya ‘iyo noh’, ‘iyo kang’, ‘iyo lai’atau juga ‘kong dang’, ‘deng lai’ atau yang ini ‘iyo dang’ serta juga ‘iyo joh’, ‘deng kwa’. Seterusnya dan seterusnya. Jadi terdengar kayak bahasa Cina atau Korea yah? Hehehe.

Lebih hebatnya lagi kata-kata tersebut bila pas dalam sebuah kalimat, maka mereka itu bisa disambung tiga sekaligus membentuk arti yang baru lagi. Misalnya saja ‘iyo joh noh’, atau ‘deng lai kwa’, atau juga ‘iyo lei kang’. Namun, tidak boleh sembarang disambungkan, karena bila itu dilakukan, ia lalu kemudian tidak akan membentuk arti apapun. Harus tau yang mana bisa disandingkan dengan yang mana. Misalnya ‘kang deng’, atau ‘deng kong’, atau juga ‘lai deng’ tidak ada artinya sama sekali, malah akan bikin orang tertawa geli mendengarnya. Bingung? Pastinya bingung kalau tidak terbiasa. Saya sendiri hampir bingung ha ha ha!

Contoh dalam kalimat bila tiga kata ajaib digabungkan sekaligus. “Kita pikir memang musti bagitu, deng lai kwa dia ndak bicara pa kita dulu noh” (Saya pikir memang harus begitu, lagi pula dia tidak bicara ke saya terlebih dahulu sih).

Ah, sudahlah, pusing belajar bahasa! Mari sekarang kita terjemahkan dulu lelucon dalam dialek Manado di bawah ini sebagai bahan penyegar.

Om Alo di Stasiun Gambir

Om Alo baru kali itu pigi pasiar ke Jakarta, selama dia Manado dia itu rupanya cuma ja dengar tentang kota Jakarta. Pe sampe di Jakarta, dia pigi ka stasiun kereta api Gambir, katanya dia mo cari lia tu kereta api ja lewat. Noh dia batunggu tepat di pinggir palang pintu kereta, Om Alo lalu batanya pa petugas di situ:

Alo: "Pak kalo kereta mo pigi Bandung berapa menit lagi?"
Petugas: "Oh.. paling nanti lima belas menit lagi."
Alo: "Kong kalu kereta mo pigi ka Jogja?"
Petugas: "Mungkin sepuluh menit lagi.."
Alo: "Trus, tu mo pigi ke Surabaya dang?"
Petugas: "Yahhh... sekitar lima menit lagi, mungkin.." (petugas so mulai pastiu)
Alo: "Kong kalu kereta mo pigi ka Semarang kira-kira?"
Petugas: (sambil bamarah) "...Oom....!!! Sebenarnya om mau kemana sih???"
Alo: (dengan polosnya) "Nyanda kwa, kita cuma mo ba potong ka sablah, maar ta tako jang kereta tumbu/sambar. So itu kita musti tau depe jadwal kereta ja lewat lebe dulu, supaya aman noh kita bapotong ka sablah."
Petugas: "Haaaaah???"

Terjemahan:

Om Alo baru pertama kali pesiar ke Jakarta, selama di Manado dia hanya dengar-dengar tentang kota Jakarta. Begitu tiba di Jakarta, dia langsung ngacir ke stasiun kereta api Gambir. Dia tungguin kereta api yang akan lewat. Dia berdiri menunggu di palang pintu. Lalu kemudian dia bertanya ke petugas yang lagi jaga di situ:

Alo: “Pak kalau kereta yang mau ke Bandung berapa menit lagi ya?”
Petugas:”Oh…paling nanti 15 menit lagi.”
Alo: “Terus kalau kereta yang mau ke Jogja?”
Petugas: “Mungkin 10 menit lagi…”
Alo: “Kalau yang mau ke Surabaya?”
Petugas: “Yaah sekitar 5 menit lagi, mungkin…” (petugas mulai kesal)
Alo: “Kalau yang mau Semarang gimana?”
Petugas: (Sambil marah-marah) “Oom!!! Sebenarnya mau ke mana sih???”
Alo: (Dengan polosnya) “Nggak sih, saya hanya bermaksud nyebrang ke seberang sana, tapi saya takut ditabrak kereta api. Nah, supaya aman nyebrangnya saya perlu tau semua jadwal kereta yang lewat sini om petugas” He he he….

Satu lagi cerita…

Mangamu (ngamuk) di Kantor SAMSAT

Ada ini ibu yang tiba-tiba pi mangamu di Kantor SAMSAT. Cek para cek ternyata kote lantaran dia da ba urus BPKB for mo balik nama.
IBU: Kita nimau tau pak, pokoknya ikta nimau Balik Nama..."
PETUGAS: "Aduh Ibu, harus itu, soalnya nama yang lama sudah dihapus, jadi Ibu harus balik nama..!!"
IBU: "Biar mo mampos le kita nimau Pak..!!"
PETUGAS: "Kenapa sih Ibu tidak mau Balik Nama...? Alasannya apa coba...?"
IBU: "Ngana mo tau kita pe nama itu MAYA ROLOT..!! Coba ngana pikir bae-bae kalo mo Balik Nama, maka kita pe nama mo jadi TOLOR AYAM dang???"

Terjemahannya? Silakan belajar menerjemahkan sendiri he he he…biar lucunya dapet githu lho.

Cerita lucu terakhir…

Ingin Jadi Tentara

Alo adalah seorang pemuda yang ingin sekali untuk jadi tentara. Dia pun akhirnya mendaftarkan diri, bahkan ia diam-diam sudah menyiapkan uang pelicin segala.

Pada tes I, Alo menjual 2 ekor sapi untuk uang pelicin. Tapi setelah dites hasilnya mengecewakan, Alo tidak lulus. Pada tes II, Alo menjual berkarung-karung cengkih (cingkeh). Lagi-lagi hasilnya Alo tetap tidak lulus. Pada tes III, Alo menjual kobong (ladangnya). Ketika mengikuti tes, dalam hati Alo berkata, "Kali ini so musti lulus kita. So tiga kali da tes komang. kita so tau dia pe lubang-lubang." Tapi apa mau dikata, pada saat pengumuman, tetap saja Alo tidak lulus. Alo langsung menghadap komandan karena kecewa.

Alo: "Komandan kiapa kita so 3 kali tes kong nda lulus trus dang? So abis kita pe harta komandan!"
Komandan: "Alo, sebenarnya kamu itu hampir lulus. Tapi,….masih ada yang kurang"
Alo: "Kurang di apa lai kita, Komandan?"
Komandan: "Alo, kesehatanmu bagus semua. Hanya saja kurang di gigi. Banyak sekali ompongnya."

Sambil marah-marah Alo bilang ke komandan, "KOMANDAN, TENTARA MO PIGI BAKU PERANG ATAU MO PIGI BAKU GIGI HAH...!?" (Komandan, tentara itu mau pergi berperang atau pergi buat gigit-gigitan sih?!)

Akhir kata, belajar bahasa itu memang mengasyikkan. Saking asyiknya membuat kita lupa berhenti. Tulisan ini sudah kepanjangan, biarlah saya sudahi sampai di sini saja. Kalau ada sumur di ladang biarlah kita menumpang mandi. Kalau sumur itu tidak ada airnya, biarlah kita mandi di rumah masing-masing. Selamat sore semuanya. Selamat mandi. Selamat berbahagia!

Kiapa haga-haga? Ganu soh ngana?!

Cheers! ---Michael Sendow---

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun