Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bidadari dan Telaga Tumatenden

30 September 2015   17:13 Diperbarui: 30 September 2015   17:17 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena rasa penasaran dan rasa marah, maka minggu berikutnya, Mamanua pun pergi ke telaga ketika hari masih pagi. Ia lalu kemudian menunggu di sana, bersembunyi dibalik lebatnya rumput ilalang. Setelah menunggu kira-kira sepeminum teh lamanya, tiba-tiba ia mendengar bunyi angin ribut dari kejauhan. Hanya pelan terdengarnya, namun lambat laun bunyi itu semakin keras dan jelas. Kipasan dan kibasan sayap burung tiba-tiba lewat di atas kepalanya lantas berhenti tepat di atas telaga. Mamanua menatap tak perkedip. Dalam hatinya ia berkata, “Oh, ternyata burung balam putih yang sudah mengotori telagaku”.

Ada 9 ekor burung balam putih yang terbang di atas telaga itu. Sekonyong-konyong 9 ekor burung itu berubah bentuknya. Mamanua kaget tak kepalang. Burung-burung itu menjelma menjadi 9 bidadari cantik tiada terkira. Sembilan bidadari cantik itu memakai sayap putih. Ketika hendak mandi, mereka lalu menanggalkan sayap-sayap itu dan meletakkannya di pinggir telaga.

Mamanua yang tadinya marah besar karena ada yang sudah mengotori telaganya seketika berubah gembira. Dia kepincut dengan kecantikan luar biasa para bidadari itu. Dadanya bergelora dan langsung tumbuh perasaan cinta terhadap bidadari dari kayangan itu. Tak kepalang tanggung, Mamanua lalu merangkak perlahan, semakin mendekat, lalu ia mengambil sayap para bidadari itu. Baru sepasang sayap yang berhasil dia ambil, para bidadari sontak sadar ada yang melihat dan mendekati mereka. Bergegas para puteri khayangan itu mengambil sayap-sayap mereka kemudian langsung terbang secepat angin, meninggalkan bekas gemericik air telaga saja.

Puteri paling bungsu tidak bisa ikut terbang, karena sayap yang dimilikinya sudah diambil Mamanua. Ia menangis tersedu-sedu. Mamanua perlahan datang menghapirinya, dan berkata pelan, “Siapa namamu?” Dengan wajah sedih puteri itu berkata, “Namaku Lumalundung…Puteri bungsu dari khayangan…”

Mamanua kemudian membujuk dan mengajak Lumalundung untuk tinggal di rumahnya barang sebentar saja, selama ia berada di bumi. Mamanua berjanji akan memberikan sayapnya supaya Lumalundung dapat kembali ke khayangan, tapi itu nanti, belum sekarang. Syaratnya Lumalundung harus tinggal dulu di rumahnya Mamanua. Lumalundung setuju.

Seiring berjalannya waktu ternyata benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Akhirnya, ketika cinta datang menghampiri, tak seorangpun yang kuasa menolaknya, tidak jua bagi seorang puteri khayangan. Mereka pun menikah, dan menjadi suami istri. Setelah menikah, Mamanua dan Lumalundung mendapatkan seorang anak laki-laki bernama WalanSendow. Mereka berdua sangat mencintai anak laki-laki itu. Bagi mereka berdua anak ini adalah berkat tak terperi.

Pada minggu ke tiga, di bulan ke lima setelah mereka mendapat anak, di suatu sore yang tak bersahabat, cuaca di luar rumah sangatlah buruk, dan petir menyambar sana sini. Saat itu Mamanua bertindak cepat. Ia keluar rumah untuk membetulkan beberapa jendela dan pintu rumah yang sebagian sudah mulai terkikis angin kencang. Sementara itu di dalam kamar, Lumalundung lagi memeriksa kotak-kotak penyimpanan barang, untuk sekedar mencari sesuatu yang sekiranya dapat dipakai menutup jendela yang berlubang. Tanpa disengaja, dalam sebuah kotak ia menemukan sayapnya yang sudah lama disimpan Mamanua. Ia pun segera memakainya dan terbang ke angkasa. Mungkin naluri keputeriannya langsung muncul ketika melihat dan memegang sayap itu. Maka itu keinginannya tak tertahankan lagi. Ia juga sudah sangat rindu untuk bertemu kakak-kakaknya.

Setelah ditinggal pergi, Walansendow menangis sangat keras. Tangisan Walansendow terdengar oleh Mamanua dari luar rumah, hingga membuatnya cepat-cepat masuk ke dalam kamar. Di sana tak ia temui istrinya.

Setelah Lumalundung pergi, Mamanua merasa sangat sedih dan kesepian. Apalagi Walansendow, ia kehilangan ibu. Anak ini menagis tanpa henti. Mamanua sendiri tak bisa membujuknya untuk berhenti menangis. Melihat tangisan anaknya yang tak henti-hentinya itu, Mamanua bertekad untuk mencari Lumalundung sampai ke manapun. Apapun caranya, bagaimanapun caranya, Lumalundung harus ditemukan. Itu kebulatan tekad Mamanua.

WalanSendow ini adalah keturunan puteri kayangan. Maka dalam dirinya mengalir darah setengah dewa. Kelak ia akan kawin dan mewariskan darah setengah dewanya ke keturunan-keturunannya.

[caption caption="Telaga Tumatenden (Pic Source: www.seputarsulut.com)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun