Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Pemenggalan Kepala Sophie

11 September 2015   15:01 Diperbarui: 11 September 2015   20:28 3153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di detik-detik terakhir sebelum kepalanya dipenggal, Sophie terlihat tetap tegar dan tak ada rasa takut sama sekali. Dia sempat berbisik pelan ke telinga ibunya, “Kita akan berjumpa dalam keabadian”, beberapa saat sebelum kepalanya menggelinding di meja pemenggalan kepala. Petugas penjara dan juga yang bertugas memenggal kepalanya memberi kesaksian bahwa belum pernah mereka melihat orang setenang dan setegar Shopie dalam menghadapi hukuman mati. Ekspresi datar namun ada senyuman tipis, mata tak berkedip dan tak terlihat perasaan takut sama sekali di raut wajahnya.

Sophie Scholl memang berbeda. Dia adalah wanita muda, pejuang dan pemberani. Dia memperjuangkan apa yang diyakininya benar, dengan keberanian yang amat sangat. Kepalanya yang menggelinding di meja pancung membawa banyak gerakan perlawanan, dan gerakan perubahan oleh anak-anak muda Jerman setelahnya. ---Michael Sendow---

Kisah Shopie Scoll dan White Rose sudah difilmkan dan diputar tahun 2005, judulnya adalah Sophie Scholl – The Final Days.

[caption caption="Sophie berkata bahwa kematiannya tidak lagi menjadi soal, apabila lewat kematian mereka itu akan ada ribuan orang yang disadarkan dan dibangunkan untuk segera bertindak... (Pic Sourse: www.tyndale.ca)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun