Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ahok dan Obama Sama-sama Pernah Mau Dilengserkan?

5 Mei 2015   12:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_381973" align="aligncenter" width="447" caption="Ahok (www.epochtimes.com)"][/caption]

Ahok selalu saja menjadi buah bibir, apapun yang ia katakan dan lakukan selalu saja menjadi topik hangat perbincangan. Mulai dari rumah kopi pinggir jalan, sampai ke café-café milik pejabat, ‘gaya’ dan laku Ahok selalu dibahas dan menjadi buah bibir. Wacana terkini adalah hak angket, hak menyatakan pendapat, dan yang sejenis itu. Bahkan konon, banyak pihak yang ingin memakzulkan alias melengserkan Ahok dari kursi nomor satu di Jakarta. Ini membuat saya teringat Obama juga yang diwacanakan untuk dimakzulkan. Padahal, baik Obama dan Ahok sebetulnya adalah representasi ‘keberpihakan’ mayoritas terhadap ‘minoritas’. Mereka terpilih, namun menurut banyak pandangan, tidak seharusnya terpilih.

Pada waktu itu, sejumlah anggota Partai Republik di Amerika mengancam akan memakzulkan Presiden Barrack Obama, jika ia masih saja mempertimbangkan untuk mengeluarkan tindakan eksekutif terhadap para imigran. Wacana pemakzulan muncul oleh karena Obama menegaskan rencana dia untuk merombak sistem keimigrasian di Amerika melalui tindakan eksekutif.

Senator Partai Republik Mitch McConnell bahkan mengatakan bahwa penggunaan tindakan eksekutif akan tidak ubahnya melambaikan bendera merah di depan banteng.

Akhirnya, DPR AS mensahkan UU untuk hentikan prakarsa imigrasi Obama . UU tersebut menyatakan Presiden AS Barack Obama melampaui wewenang yang dinyatakan dalam konstitusi dengan mengambil tindakan tanpa persetujuan Kongres. Undang-undang ini, secara sederhana dapat dikatakan adalah untuk menghentikan tindakan eksekutif (dari Presiden Obama) yang menjaga supaya lebih dari empat juta imigran gelap tidak dideportasi pulang ke negera asalnya. Termasuk ribuan atau puluhan ribu orang Indonesia di dalamnya. Kebijakan ini dianggap tidak ‘benar’ oleh dewan.

Nah, bagaimana dengan Ahok? Alangkah banyaknya juga kebijakan Ahok yang dianggap tidak ‘benar’ oleh DPR kita. Ini kemudian menjadi pemicu terjadinya saling serang diantara keduanya. Satu menganggap lebih baik dan lebih benar dari yang lain. Sinergitas ke dua lembaga ini pun (Pemprov dan DPRD) menjadi berkurang, menuju kepada kenihilan.

Ahok juga datang dari keluarga minoritas. Ia dianggap tidak bisa menapaki karirnya oleh karena keminoritasannya itu. Untung saja, bangsa yang besar sudah melahirkan anak-anak bangsa yang memiliki pemikiran tidak lagi kerdil, yang hanya terkungkung dalam batasan primordialisme dan rasialisme. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bertumbuh dalam perbedaan-perbedaan, dan mau menerima segala bentuk perbedaan itu dengan tangan dan hati terbuka.

Ahok dan Obama

Keduanya tentu tidak dapat disandingkan. Yang satu adalah Presiden, orang nomor saru di negeri super power Amerika, yang satunya lagi ‘hanya’ orang nomor satu di sebuah ibu kota negara. Namun ada juga beberapa persamaan di antara keduanya. Mereka sebetulnya sama-sama berjuang keras untuk warga yang dipimpinnya. Kebijakan mereka mungkin saja tidak populis, namun memili dampak besar bagi generasi-generasi berikutnya.

Barack Hussein Obama II adalah Presiden Amerika ke 44. Ia adalah orang kulit hitam (African American) pertama yang dipercaya menjadi orang nomor satu di negeri yang (konon dominasi warga kulit putih).

Obama adalah penentang awal kebijakan terhadap Irak oleh administrasi Bush. Pada tahun 2002, ketika Presiden George Bush dan Kongres dengan ‘nafsu besar’ mereka menyetujui resolusi bersama yang mencetuskan Perang Irak, maka Obama menyampaikan kampanye anti Perang Irak pertamanya yang disampaikan di Federal Plaza Chicago. Obama lantas mengadakan kampanye anti Perang Irak terbesarnya di Daley Plaza masih di Chicago, ia saat itu mengatakan pada kerumunan orang banyak, bahwa sesungguhnya “belum terlambat” untuk menghentikan perang.

Obama disumpah sebagai senator pada sekitar bulan Januari 2005. National Journal menempatkannya sebagai senator “paling liberal” berdasarkan penelitian terhadap suara yang dipilih selama 2007, dan menurut catatan Congress.org, Obama adalah Senator terkuat ke-11 saat itu. Bulan Desember 2005, Obama meminta aksi yang lebih keras untuk menentang genosida di Darfur, Sudan. Bulan November tahun 2006, ia mengumumkan “penarikan tentara AS dari Irak” dan pembukaan dialog diplomatik dengan Suriah dan Iran. Tanggal 4 November 2008, Barack Obama mengalahkan John McCain dan menjadi orang Afrika Amerika pertama yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.

Dalam pidato kemenangannya yang disampaikan di depan ratusan ribu pendukungnya di Taman Grant di Chicago, Obama menyatakan bahwa “Perubahan telah tiba di Amerika.” Obama disumpah sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 pada tanggal 20 Januari 2009. Kode nama Agen Rahasianya yang disetujui adalah “Renegade”.

Mengenai sejarah perjalanan Ahok, kita semua sudah tahu. Biografi dan kisah perjalanannya hingga menapaki tangga menuju kursi nomor 1 di DKI ini dapat kit abaca dimana-mana.Banyak sekali ulasan tentang diri dan perjuangannya. Selain berasal dari kalangan masyarakat biasa, gaya kepemimpinan pria yang akrab disapa Ahok (“A School”) itu juga mengundang perhatian para pengamat. Pengamat kelas kakap, maupun kita-kita yang masih kelas sardine ini. Salah satu amatan itu pernah terlontar dari seorang pengamat kebijakan publik ,Andrinof Chaniago. Ia mengatakan bahwa gaya kepemimpinan serta sikap tegas Ahok dalam setiap rapat yang umumnya selalu dengan nada tinggi, memang dibutuhkan. Sebab, katanya dalam suatu perubahan yang lebih baik, kita harus bersusah-susah dahulu.

Berbagai upaya Ahok untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang layak ssebetulnya sudah dilakukannya jauh-jauh hari , bahkan ketika dia masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sikap tegas dan suara lantangnya memang memicu ketakutan bagi pegawai yang kerjanya hanya bermalas-masalan saja. Ancamannya? Dipecat. Di-non aktifkan. Di-rumahkan. You name it.

Kinerja Ahok tentu saja bukan hanya dinilai oleh jajarannya, dan atasannya, namun juga oleh seluruh warga Jakarta. Nah, apa penilaian warga banyak terhadap Ahok? Kita tunggu saja. Sebab banyak perubahan yang sudah dilakukan Ahok yang berdampak bagi warga banyak. Oleh karenanya, meskipun gaya biacara Ahok yang dianggap ceplas-ceplos, dan cenderung kasar, namun kerjanya dinilai nyata, misalnya saja, dengan dibentuknya Pelayan Terpadu Satu PIntu (PTSP) di Setiap Kelurahan dan Kecamatan mempermudah warga Jakarta mengurus data kependudukan dan catatan sipil. Saya mengurus KTP di daerah Kayu Putih umpamanya, CCTV sudah terpajang di setiap sudut, dan ada tulisan besar-besar untuk supaya TIDAK member uang, suap, dan sebagainya kepada petugas. Ini tentu saja langkah sederhana, namun memiliki efek. Tata administrasi pun menjadi lebih bagus dan lebih tertib lagi.

Ahok juga bertindak tegas untuk menertibkan Jakarta dari PKL liar yang sering berdagang di atas saluran air yang tentu saja dapat menyebabkan banjir. Menertibkan aparatnya yang masih ‘neko-neko’. Ini ada beberapa judul berita yang saya ambil dari Kompas.com, silakan dicermati dan tentu beri penilaian sendiri. Karena masing-masing kita tentu berbeda dalam melihat dan memahami sepak terjang seorang Ahok.

[caption id="attachment_381976" align="aligncenter" width="384" caption="Berita Sepak Terjang Ahok (Kompas.com)"]

1430802088776851842
1430802088776851842
[/caption]

Ahok beberapa kali mengatakan bahwa dirinya hanya tampil apa adanya. Dia tidak mau berpura-pura manis di bibir saja. Seperti kata syair sebuah lagu, ".....lain yang terucap di bibir...lain pula di dalam hati....." Sedangkan menurut Ahok, beberapa oknum anggota dewan seringkali menampilkan diri dengan berbahasa yang santun. Namun kenyataannya, di balik penampilannya itu, oknum anggota dewan tersebut ternyata melakukan penyelewengan anggaran. "Yang seperti itu yang tidak beretika," kata Ahok.

Beri Kesempatan

Mestinya kita member kesempatan Ahok untuk terus bekerja dengan cara dia. Toh pada akhirnya, rakyat banyaklah yang akan menilai dan member rating, apakah sudah ada perubahan signifikan yang ia lakukan sampai masa kepemimpinnya usai, atau tidak sama sekali. Jikalau kita hanya selalu berkutat mencari-cari kelemahannya, lantas berupaya mendiskreditkan semua kerja kerasnya, maka kita tidak lebih dari sekedar –maaf kata- ‘perongrong’. Saya tidak membela Ahok secara membabi buta, kalau dia salah yang coba kritisi secara bijaksana, dan sampaikan kritik tersebut melalui jalur yang benar.

Ini ada berita lama di portal media nomor wahid di China, memuat tentang ulasan mereka tentang AHOK. Portal Sina dan Epochtimes. Isi tulisan tersebut sangat bagus dibaca. Tentu saja tulisannya adalah dalam bahasa kanji. Tapi karena kemajuan teknologi abad ini, maka bahasa tersebut dapat dengan mudah kita alihbahasakan. Memakai Google translate. Nah, untuk menerjemahkan English-Indonesian dan Indonesian-English, memang Google translate masih agak kacau balau, namun, kalau bahasa lain misalnya Bahasa China ke Bahasa Inggris sepertinya sudah lebih oke.

Salah satu alinea dalam tulisan tersebut tersua kalimat berikut. “If you want to live in a comfortable environment, you have to clean up everything," Chung Wan doctrine. "If you want everything in order, you have to enforce the law.” Ungkapan itu sangat benar tentu saja. Jika Anda ingin hidup di lingkungan yang nyaman, maka Anda harus membersihkan semuanya. Jika Anda menginginkan segala sesuatunya teratur sebagaimana mestinya, maka hukum haruslah ditegakkan setegak-tegaknya.

Ada juga kalimat berikut ini, “……Although there are no political restrictions in the strict sense, but for all intents and purposes, Chinese for decades has been difficult to enter the public domain…..” Kini Ahok menjawab sudah. Bahwa ia seperti Obama, yang meskipun dianggap enteng dan masih dipandang secara rasial oleh orang-orang kulit putih saat itu, ia toh lantas kemudian bisa menjadi Presiden Amerika. Ahok, dengan segala ‘keterbatasan’ dan ‘kekurangan’nya sebagai minoritas, tetap saja dapat terpilih sebagai pucuk pimpinan di DKI ini. Maka, setelah fase pertama itu usai, berilah dia kesempatan untuk bekerja dan berkarya. Kita ini masih sering tidak legowo untuk memberi orang kesempatan. Jokowi baru jadi Presiden sudah dihantam kiri-kanan. Ahok baru jadi Gubernur, sama saja perlakuannya.

[caption id="attachment_381975" align="aligncenter" width="405" caption="Berita Ahok (Sina.com)"]

1430801975927555735
1430801975927555735
[/caption]

Ketika Obama hendak dilengserkan oleh karena 'membela' jutaan imigran yang terancam dideportasi, maka Ahok hendak dilengserkan oleh karena apa? Apakah oleh karena ia sering bicara kasar? Oleh karena ia terlalu 'polos'? Karena ia menertibkan banyak aparat di bawahnya? Atau oleh karena ia sudah membongkar banyak urat akar korupsi di DKI ini? Untuk melengserkan seseorang maka ia harus diberi fakta jelas kenapa harus demikian. Ketika berada di sebuah kantor kelurahan, petugas di sana bilang ke istri saya bahwa ada desas-desus Ahok akan dilengserkan karena banyak yang tidak suka gaya kerja dan gaya bicaranya Pak Ahok. Heemmm, apa betul hanya karena itu seorang pemimpin dapat dilengserkan?

Mestinya warga Jakarta beri Ahok kesempatan seluas-luasnya untuk bekerja, siapa tau dia kemudian dapat berucap serta mewujudkan sama seperti apa yang pernah diucapkan Obama pada pelantikannya kala itu, di dalam sebuah pidato kemenangannya yang ia sampaikan secara lantang di depan ratusan ribu pendukungnya, bahwa “Perubahan telah tiba di Amerika.” Ahok mungkin juga akan bilang bahwa, “Perubahan telah tiba di Jakarta…” Semoga saja. ---Michael Sendow---

#Ahokdanperubahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun