Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama featured

Bukan Main Pentingnya Toilet, Ternyata Ada Hari Toilet Sedunia

20 November 2012   15:27 Diperbarui: 19 November 2019   14:58 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi toilet. (sumber: pixabay)

Saya belum lama tahu, ternyata tanggal 19 November (kemarin) oleh World Toilet Organization (WTO) telah dicanangkan sejak tahun 2001 sebagai sebagai Hari Toilet Sedunia atau World Toilet Day (WTD). 

Dan kemarin, perayaan hari toilet sedunia dirayakan tak kurang di 19 negara dan ada puluhan event yang diselenggarakan. Kebanyakan yang berperan adalah institusi atau badan-badan yang bergerak di bidang kebersihan, dan yang ada hubungannya dengan ketersediaan air bersih.

Pada dasarnya WTO menciptakan hari toilet sedunia (WTD) adalah untuk mengangkat kesadaran global bahwa sesungguhnya masih ada sekitar 2.5 miliar (40%) orang hidup di dunia tanpa memiliki akses untuk hidup bersih, sehat, serta nyaman. Mereka tidak memiliki akses pada fasilitas toilet yang layak dan bersih. Bahkan ada ratusan juta di antaranya yang memiliki toilet sangat sangat tidak layak. 

Dan yang lebih parah lagi, ada sekitar 1.1 miliar orang yang terpaksa harus buang air besar dan air kecil di tempat terbuka. Akibatnya? Pencemaran di sana sini pun tak terhindarkan. Di Indonesia sendiri ada sekitar 20% penduduk atau sekitar 50 juta orang yang belum dapat mengakses sanitasi secara layak.

Tidak memiliki, atau kurang terjaminnya akses pada kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan sudah barang tentu akan sangat berpengaruh pada kesehatan, emosi, dan psikologis mereka. 

Bagaimana mau sehat kalau toiletnya begitu jorok dan kotor. Bagaimana mau sehat bila untuk makanpun harus satu ruangan dengan toilet. Atau juga, bagaimana mau nyaman ketika toilet yang sederhana pun mereka tak punya.

Dua tahun lalu popularitas hari toilet sedunia mulai naik. Walaupun mungkin kita di Indonesia masih menganggap sepi, dan atau berpikir bahwa hal itu tidak terlalu penting. Kita mungkin saja masih memandang sebelah mata. 

Nah, tahun 2010 itu ada kampanye bertajuk "Big Squat", dan lantas setelah kampanye perdana itu mulai bermunculanlah kampanye-kampanye serupa di berbagai pelosok dunia. Di Singapura lebih dari 600 squatters bergabung di lima lokasi yang tersebar di Singapura.

Masuk pada kondisi ini kita lalu bertanya, apa akibatnya? Wah, mari kita mulai untuk berpikir bahwa pada saatnya nanti, yang akan merasakan akibat buruk dari kurangnya akses sanitasi dan toilet yang layak akan berdampak ke kita semua juga. 

Jangan berpikir bahwa toh mereka yang akan terkena akibatnya, bukankah saya memiliki toilet dari marmer dan sangat bersih. Jadi untuk apa dipikirkan. Kepedulian kita bukan hanya akan berdampak pada mereka, tapi juga pada hidup kita sendiri. Sebaliknya begitu juga ketidakpedulian kita akan berdampak bagi kita juga. Vice versa.

Toilet seperti ini masih banyak terlihat. Foto ini saya ambil di lokasi kampung saya. Selain tidak layak, jarak antara toilet dan sumur air hany sekitar 1.5 meter. Padahal jarak yang seharusnya adalah minimal 10 meter dari sumur.
Toilet seperti ini masih banyak terlihat. Foto ini saya ambil di lokasi kampung saya. Selain tidak layak, jarak antara toilet dan sumur air hany sekitar 1.5 meter. Padahal jarak yang seharusnya adalah minimal 10 meter dari sumur.
Kita mesti menunjukkan kepekaan yang lebih lagi, membuka mata kita sedikit lebih lebar. 

Buka kuping kita sedikit lebih tajam. Bahwa hampir 900 juta orang di dunia ini terpaksa dan dipaksa untuk mempertaruhkan hidupnya setiap hari dengan mengonsumsi air yang tercemar. 

Orang-orang miskin dan kurang mampu itu bukan mau mereka hidup seperti itu, tapi mereka terpaksa oleh keadaan. Kurang memadainya sanitasi dasar sesungguhnya merupakan pembunuh kejam yang kadang tak terdeteksi. 

Sekitar 20 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena penyakit yang diakibatkan oleh sanitasi buruk. Jumlah ini justru jauh lebih besar daripada kematian yang diakibatkan oleh gabungan penyakit AIDS, malaria, dan campak. Luar biasa mengerikan. Dengan memperingati hari toilet sedunia kita diajak untuk peduli. Kita diajak untuk bersama-sama menyadari bahwa sanitation and hygiene itu teramat penting. 

Bukankah salah satu cara terbaik dan yang paling penting untuk memecahkan masalah sanitasi adalah dengan mendiskusikannya, mengampanyekannya, dan tentu juga dengan kemudian melakukan tindakan aplikatif yang nyata. Haikel Fahim, Advocacy & Communication Manager WTO mengatakan bahwa sampai saat ini belum banyak perubahan yang terlihat. Ini sungguh memprihatinkan dan menyedihkan. Betapa tidak, jutaan anak meninggal karena diare akibat sanitasi yang buruk. 

Jutaan anak lainnya meninggal karena hidup dengan selalu menghirup udara kotor, dan minum air kotor. “Kita memiliki target yang harus dicapai melalui Millenium Development Goals. Namun kita tidak akan bisa meraihnya pada 2015 nanti karena kepedulian kita terhadap sanitasi yang sehat masih sangat rendah,” itu cuplikan kata-kata Haikel Fahim.

Di Pakistan setiap tahunnya ada sekitar 40.000 anak yang meninggal dunia karena isu-isu sanitasi. Di Indonesia entah berapa banyak anak-anak yang meninggal dunia karena isu-isu yang sama itu. 

Dan ternyata di banyak tempat, membicarakan tentang toilet masih dianggap tabu, tidak layak didiskusikan, dan merupakan objek pembicaraan yang menjijikkan. Padahal, tanpa mendiskusikan problematika tersebut bagaimana bisa muncul pemecahan dan jalan keluarnya?

Kalau kita merasa bahwa sanitasi itu penting, sudah semestinya kita saling membantu menyiapkan dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lebih sehat lagi. Pemerintah harus lebih aktif berperan dan mengambil bagian dalam usaha-usaha menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. 

Kalau perlu pemerintah mesti membangun semakin banyak lagi toilet-toilet untuk umum di sebanyak mungkin tempat. Toilet-toilet yang sudah tidak layak pakai segera diperbaharui. Rumah-rumah penduduk yang belum memiliki toilet sama sekali harus dibantu pengadaannya.

Kalau lingkungan di sekitar kita bersih dan nyaman, kita juga akan turut merasakan dan menikmatinya. Sebaliknya, bila lingkungan di sekitar kita kotor, jorok, bau, dan tidak nyaman maka kita jugalah yang harus siap sedia menanggung akibatnya. If you care, then you will be taken care of.

***

Sanitation and hygiene is not a JOB, it’s should be our way of thinking ---Michael Sendow

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun