“Boulevard”: Street of smiling fish
[caption id="attachment_211274" align="aligncenter" width="639" caption="Perbukitan dari arah Boulevard Manado (Dok. Pribadi)"][/caption]
Jalan Boulevard di sepanjang bibir pantai Manado sudah sangat dikenal. Tempat ini menyajikan berbagai macam pemandangan pinggir pantai yang sangat indah dan menarik. Bukan hanya itu saja, di sepanjang jalan Boulevard setiap turis atau pengunjung disajikan dengan berbagai tawaran wisata kuliner yang sudah barang tentu akan memanjakan lidah dan perut siapapun yang berkesempatan berkunjung.
Setelah belasan tahun meninggalkan Manado dan menetap di Amerika ternyata sudah banyak perubahan yang terjadi di kota ini. Kunjungan saya kali ini adalah ke jalan pinggir pantai (Boulevard) Manado yang benar-benar begitu menggoda. Seperti sebuah kalimat iklan, kesan pertama begitu menggoda maka selanjutnya terserah Anda…Inilah tujuan saya dan beberapa kawan saya selama beberapa hari.
Kalau di Amerika, khususnya di dekat lokasi tempat tinggal saya di New Jersey ada yang namanya Jersey Shore, ada juga daerah pinggir pantai bernama Long Beach, atau pula yang paling terkenal yaitu Boardwalk di Atlantic City, maka di Manado ada Boulevard. Di sepanjang jalan inilah tempat berkumpulnya pecinta dan penikmat wisata pantai, wisata kuliner, dan wisata alam. Jalan Boulevard ini memanglah komplit dan lengkap. Mudah dijangkau dan gampang dicapai. Begitu menggoda mata dan perut.
Jalan-jalan dan makan kenyang
Hari pertama kunjungan saya, tentu tidak lain dan tidak bukan adalah menikmati kuliner khas Manado di sepanjang Boulevard itu. Saya dan rombongan disuguhi berbagai macam pilihan, dan kami sepakat untuk mencicipi ikan bakar rica yang memang sangat terkenal di tempat itu. Rumah makan ‘Wisata Bahari’ adalah tempat pertama yang kami tuju. Berada tepat di atas air, karena rumah makan tersebut sengaja dibangun agak condong ke arah pantai tentu membuat suasana akan menjadi tambah menarik dan eksotik.
Kami makan dengan lahapnya. Ikan bakar rica ditambah dabu-dabu lilang (cabe, tomat, bawang yang diiris-iris khas Manado) membuat kami benar-benar tak bisa berhenti mengunyah. Pokoknya, nambah dan nambah lagi. Sampai-sampai ada yang nyeletuk dengan dialek Manado yang kental banget, “Ododoe da makang sampe pusa lari sei kang…?” Artinya kurang lebih adalah, “Aduh makannya lahap dan banyak banget, itu perutnya sampai buncit ke mana-mana yah?
Setelah habis menyantap hidangan yang tersaji, kami masih melanjutkan bincang sana-sini sambil menikmati terpaan angin laut yang agak kencang, serasa rumah makan di atas laut ini ikut bergerak-gerak seirama dengan terpaan angin dan goyangan gelombang laut. Ini lumayan parah, sebab habis lapar datanglah ngantuk. Padahal perjalanan masih lumayan panjang.
[caption id="attachment_211276" align="aligncenter" width="651" caption="Melintas dengan nyaman (dok.pribadi)"]
Sepanjang Boulevard
Nah, kini tibalah saatnya bagian penting dari ‘the real journey’ kami. Ya, tujuan utama perjalanan ini adalah menyusuri jalan Boulevard tersebut dari ujung yang satu ke ujungnya yang lain. Target utama kami adalah untuk mengabadikan setiap titik wisata di sepanjang Boulevard. Sebagai akibatnya, semua ternyata sudah siap dengan kamera masing-masing, mulai dari yang digital pocket sampai yang pro. Untungnya lagi kami memakai sopir yang betul-betul menguasai daerah Manado dan objek-objek wisata yang ada, utamanya yang di sepanjang Boulevard itu. Ini jelas mempermudah kami untuk berhenti di setiap sudut Boulevard.
Hari memang sudah semakin sore, tapi justru pemandangan indah Boulevard memang akan semakin terasa setiap sore menjelang malam. Dari lokasi patung lilin kami mengikuti jalan melingkar hingga tiba di perbatasan jembatan layang yang kelihatannya sudah selesai dibangun. Jembatan layang bernama Megawati/ Soekarno itu nampak kokoh dan indah. Di bawahnya banyak perahu nelayan yang diparkir. Nampak juga beberapa nelayan yang sudah bersiap-siap untuk melaut. Para nelayan yang memang memiliki tempat tinggal di sekitar Boulevard, Singkil, dan Sindulang ini banyak yang menggantungkan hidupnya untuk hidup sehari-hari hanya dengan mencari ikan di laut. Ketika hari semakin malam, akan lebih jelas terlihat pemandangan indah di pantai boulevard dengan berbagai lampu yang ada di setiap perahu nelayan yang melaut tersebut.
Waktu terus berlalu, kami sudah mencapai pertengahan Boulevard, tepatnya kami berada di lintasan mall-mall terbesar di Manado yaitu Mega Mall, MTC, dan Manada Town Square (MANTOS). Di belakang mall-mall ini terdapat banyak sekali kios rumah makan. Mungkin ada benarnya juga bahwa Manado adalah satu di antara beberapa tempat wisata kuliner terbaik di nusantara. Makanan jenis apapun bakalan ditemukan di belakang Boulevard ini. “I feel like already in heaven dude…” kembali kawan American saya nyeletuk. Tapi karena perut masih kenyang, kami hanya melaksanakan aksi foto-foto.
[caption id="attachment_211277" align="aligncenter" width="622" caption="Jejeran mall di Boulevard (dok.pribadi)"]
“Woooiii lihat itu…sunset man..sunset man…!” Suara kawan saya yang lain (asal Padang) mengagetkan kami. Ternyata ia lagi mengambil gambar matahari terbenam yang terlihat sangat jelas dari pinggiran Boulevard. Pemandangan yang indah dan menakjubkan tentu tidak kami sia-siakan. Walhasil jeprat-jepret pun menjadi kegiatan yang tidak boleh diganggu. Apalagi dari tempat kami berdiri, pemandangan indah lainnya dapat kami abadikan, Gunung Manado Tua yang terlihat seperti berada di tengah laut menghadirkan sebuah pemandangan yang sangat menarik dan indah. Luar biasa.
Dari tempat ini juga kami bisa melihat berbagai perbukitan nun jauh di sebelah kanan dan kiri Boulevard. Hamparan pepohonan dan bukit hijau terhampar sejauh mata memandang. Belum lagi pemandangan ujung teluk Amurang yang jaraknya sekitar 45 KM dari tempat kami berdiri terlihat jelas dan sangat menonjol.
Setelah puas mengambil begitu banyak gambar, kami melanjutkan perjalanan. Sekarang perjalanan menuju arah Malalayang, di sepanjang sambungan jalan Boulevard-Malalayang ini terdapat banyak penjual ikan bakar seperti Tuna (Tongkol), Kerapu, Goropa, dan berbagai jenis ikan laut lainnya. Mereka membakar langsung di tempat, asap terlihat mengepul-ngepul.
Pantai Malalayang adalah singgahan kami selanjutnya. Di sinilah tempat berkerumunnya orang-orang untuk mandi dan berjemur di pinggir pantai. Tapi karena kami tibanya sudah sore banget, tinggal satu dua anak muda saja yang nampak duduk-duduk di pinggiran pantai. Mereka terlihat duduk santai sambil menyeruput air kelapa muda. Asyik juga sih kelihatannya.
Akhirnya, sampailah kami di penghujung perjalan kami hari pertama. Rencananya perjalanan hari ke dua adalah kembali mencicipi berbagai kuliner yang belum terjamah di hari pertama. Lantas kami juga berencana untuk mengunjungi Pantai Malalayang di siang hari. Ada kesan yang dapat dikumpulkan dari berbagai percakapan dengan kawan-kawan saya. Katanya, Manado memang terkenal dengan city of smiling people. Orang-orangnya terkenal ramah, terbuka, dan murah senyum. Tapi juga kami berpendapat bahwa Boulevard adalah street of smiling fish. Karena di sepanjang jalan ini banyak suguhan wisata kuliner seafood. Tapi tunggu dulu, mana ada ikan yang bakalan tersenyum bila tahu dirinya akan dibakar ya?
“Tersenyumlah karena senyuman membuat kita lebih menikmati hidup”---Michael Sendow.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H