Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ternyata Tidak Gampang Jadi Presiden Indonesia

4 Juli 2012   05:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:18 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketujuh, ia harus menjadi teladan dan panutan. Bagaimana supaya ia diteladani? Pertama-tama tentu ia harus bisa memberikan keteladanan sebagai seorang pemimpin bangsa. Apa yang bisa diteladani dan dipanuti kalau ia adalah seorang yang korup, suka menyeleweng, tidak tegas, mudah ditipu bangsa asing, gampang marah tanpa sebab? Jadi ia harus membuktikan dulu bahwa dirinya memang pantas diteladani dan dipanuti oleh rakyat yang ia pimpin.

Kedelapan, ia harus seseorang yang nasionalis terbuka. Artinya begini, calon presiden kita mesti memiliki nasionalisme yang kuat. Dengan demikian ia akan mencintai rakyat yang ia pimpin. Ia tidak akan pernah membiarkan rakyatnya “dijajah” bangsa asing. Apa-apa yang ia lakukan adalah demi menyejahterakan rakyat. Tapi juga di sisi lain ia harus terbuka terhadap globalisasi dan tidak menutup mata terhadap negara-negara lain. Adalah tidak elok seorang pemimpin sebuah negara besar yang memiliki nasionalisme buta. Calon presiden kita harus nasionalis terbuka dan bukan nasionalis buta.

Kesembilan, ia harus memiliki loyalitas. Bukan hanya anak buah yang dituntut untuk memiliki loyalitas. Tidak hanya rakyat dan bawahan yang mesti loyal. Pemimpin pun termasuk presiden harus memiliki loyalitas dalam bekerja. Kepada siapa ia harus loyal? Kepada dan terhadap amanat rakyat. Kepada dan terhadap tugas dan tanggung-jawab dia sebagai presiden. Oleh karena itu presiden yang layak memimpin bangsa ini, adalah mereka yang punya loyalitas mumpuni. Bukan loyalitas lips service semata. Ketika ia belum mampu dan tidak berani berkorban sesuatu demi rakyat yang ia pimpin. Atau berkorban demi tugas yang ia emban, maka ia belum pantas disebut pemimpin yang ideal.

Kesepuluh, ia harus mampu hidup sederhana. Memiliki gaya hidup bersahaja. Memaknai hidup sederhana adalah juga cara untuk merasakan dan turut meresapi penderitaan begitu banyak rakyat yang masih hidup pas-pasan. Menjalani hidup sederhana menunjukkan betapa ia peduli, dan terpanggil untuk semakin menyelami bahwa kita tidak boleh berpesta pora dan bersenang-senang dengan kemewahan di atas begitu banyak penderitaan orang lain. Alangkah nistanya pemimpin yang bergelimang harta kekayaan, hidup penuh kemewahan tapi tak mau peduli dengan puluhan juta penduduk yang sangat miskin. Mampu hidup sederhana adalah juga wujud toleransi terhadap yang papah dan miskin. Mereka yang mungkin hanya bisa tidur beralaskan daun pisang, makan di atas kertas koran, dan minum dari tampungan air hujan.

Kesebelas, ia tidak boleh terlalu tua, tapi jangan juga terlalu muda. Usianya harus berada pada posisi optimal dalam memimpin. Apabila pemimpin kita terlalu tua maka ia ibarat seorang kakek yang hanya akan mampu memberi nasehat tanpa sanggup berbuat apa-apa lagi. Kalau ia terlalu muda, ia akan gampang memutuskan sesuatu berdasarkan emosi sesaat, karena jam terbang belum banyak dan masih kurang pengalaman. Kalau terlalu muda, jangan-jangan mesti dijewer dulu telinganya baru mau kerja. Mesti dicambuk dulu pantatnya baru mau mengambil tindakan nyata. Ragu-ragu dalam memutuskan. Keduabelas, ia haruslah orang yang tidak mudah untuk dihasut dan terhasut. Artinya, seorang pemimpin bangsa harus punya pendirian tegas, dan jangan gampang dipengaruhi oleh bisikan kiri-kanan yang tak jelas, apalagi bisikan dari mereka yang hanya tahu mengadu domba dan mencari keuntungan semata. Pemimpin yang sangat mudah terpengaruh oleh "bisikan" semata, adalah pemimpin yang tidak punya prinsip. Masukan boleh dijadikan pertimbangan, tapi ia harus mampu membedakan mana masukan dan mana bisikan menyesatkan. Kan lucu jadinya bila seorang pemimpin negara besar, tapi gampang sekali dipengaruhi dan dihasut untuk sesuatu yang tidak jelas. Akhirnya, marilah kita berharap bersama bahwa negeri kita tercinta ini nantinya akan dipimpin seorang presiden yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk rakyat yang ia pimpin. Yang meanganggap bahwa rakyatnya adalah keluarganya, menyakiti hati rakyat sama artinya dengan menyakiti keluarganya sendiri. Bahwa presiden yang akan memimpin kita, adalah benar-benar sosok yang mengerti betul arti menyejahterakan masyarakat seutuhnya. Sebagaimana ia berusaha menyejahterakan dan membahagiakan seisi rumahnya, demikian pula yang akan ia lakukan untuk rakyat yang ia pimpin. Apalagi negara kita sudah terkenal sebagai negara yang sesungguhnya sangat kaya, dan subur, dan diberkati. Maka jangan sampai kemiskinan semakin bertambah. Jangan sampai pengibaratan anak ayam yang mati di lumbung padi berlaku di negeri yang kaya ini.  The Golden Rule simply stated, treat others the way you would like to be treated.

Note: Apakah calon-calon yang sementara menghangat ini sudah ideal menurut kriteria Anda masing-masing? Andalah sebagai rakyat yang diberi kuasa untuk menilainya. Siapapun calon Anda, semoga mereka memang benar-benar pemimpin yang memiliki kebijakan dan kebajikan yang sungguh.

Michael Sendow

13413794701825648148
13413794701825648148

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun