Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

SMA Lokon Miliki Observatorium Tercanggih di Asia Tenggara dan SMA Pertama di Asia

24 Oktober 2011   08:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:34 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SMA Lokon Miliki Observatorium Tercanggih di Asia Tenggara dan SMA Pertama di Asia.

[caption id="attachment_139131" align="aligncenter" width="613" caption="Hubble Telescope (Pic: From NASA OffSite)"][/caption]

Saya memiliki hobby meneropong bintang. Kegemaraan ini telah menjadi aktivitas harian saya. Mengamati bintang dan alam semesta serasa mengantar saya terbang dari satu bintang ke bintang yang lain, dari satu planet ke planet yang lainnya. Dan dengan demikian juga membuka mata saya bahwa betapa dahsyatnya Sang Pencipta alam semesta yang tak terhingga besar dan luasnya itu. Betapa mahakuasanya DIA yang sudah menciptakan langit dan bumi itu. Dan betapa kecilnya kita dihadapan DIA. Betapa gembiranya saya mengetahui bahwa tempat kelahiran saya Tomohon kini memiliki observatorium yang canggih. Sepertinya hobby meneropong bintang akan semakin terpuaskan.

Anda mungkin kenal Galileo Galilei? Ia memang tidak menciptakan teleskop, ia juga mungkin bukan orang pertama yang menggunakan teleskop. Tapi sosok inilah yang kita kenal dalam dunia perteleskopan. Pada masa itu, ia sudah sanggup “memeriksa” bulan dan memungkinkan dia untuk melihat lebih jauh daripada orang lain. Ia juga boleh “menonton”. Nah, satu dari dua sisa teleskop Galileo itu terus ditampilkan dalam beberapa pameran, bahkan dipamerkan di luar Italy, yaitu di Franklin Institute of Philadelphia, Amerika Serikat. Dia mungkin dapat kita sebut sebagai Bapak Teleskop dunia.

Kota Tomohon adalah sebuah kota yang terletak di tengah-tengah Minahasa, ia terkenal sebagai ‘kota bunga’ karena memiliki ribuan jenis bunga yang indah dan dapat ditemui di kiri-kanan jalan, juga dikenal sebagai ‘kota pelajar’ yang sudah menelorkan banyak pelajar berbakat, bahkan beberapa kali menjuarai olimpiade science termasuk juara dunia olimpiade Fisika (siswa SMA Lokon). Nah, di kota inilah sudah diresmikan gedung observatorium termodern di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. Keistimewaan lainnya dari Observatorium ini adalah komputer layar lebar yang dimilikinya langsung berhubungan dengan server/komputer Teleskop Satelit Hubble milik National Aeronautics and Space Administration (NASA) di Amerika Serikat. Termasuk juga berhubungan langsung dengan teleskop-teleskop lain yang masuk dalam jaringan World Wide Telescope. Pada kubah observatorium berdiameter lima meter itu ditempatkan teleksop otomatis Meade LX-200 GPSserta teleskop manual jenis Hunter dari Australia.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa teleskop luar angkasa Hubble telah memberikan manfaat yang signifikan dalam dunia astronomy, contoh penemuan Hubble dalam 18 tahun terakhir: untuk menentukan umur alam semesta, juga dalam rangka memverifikasi bahwa energi gelap mempercepat perluasan alam semesta, ia juga mengambil gambar planet di luar tata surya kita, dan bahan kimia di atmosfer planet-planet lain tersebut

Mount Lokon Observatory (MLO) adalah observatorium yang dimiliki oleh SMA Lokon Tomohon dan tentu saja menjadikannya sebagai SMA pertama di Asia yang memiliki gedung observatorium. Di Asia tenggara hanya ada satu gedung observatorium yaitu yang dimiliki satu universitas di Malaysia. Kalau untuk ukuran Indonesia, MLO ini sebenarnya sekelas dengan Bosscha milik ITB. Bosscha merupakan yang terbesar di Indonesia, tapi kalau soal kecanggihan peralatan maka MLO masih berada di atas Bosscha.

Peresmian MLO yang sudah dilakukan hari Sabtu 22 Oktober 2011 juga disertai dengan penandatanganLOI (Letter of Intent) oleh Yayasan Pendidikan Lokon dan Bosscha ITB. Menurut ‘Komentar’ yang hadir waktu itu antara lain Kepala Observatorium Bosscha ITB Dr. Hakim Malasan, Presiden Olimpiade Astronomy dan Astrophysics International (IOAA) Dr. Chatief Kunjaya, pakar astronomy Prof. Dr. Mezak A Ratag, Gubernur Sulut Dr. Sinyo Sarundajang, dan Ketua Yayasan Pendidikan Lokon Ronald Korompis.

Tentu keberhasilan ini hendaknya membawa nama Indonesia lebih baik lagi di mata kalangan perastronomian dunia. Bahwa ada sekolah menengah sekelas SMS Lokon ini yang sudah memiliki observatorium canggih dan mutakhir. Di sisi yang lain tentu juga diharapkan akan ada peningkatan dalam dunia perastronomian di Indonesia.

[caption id="attachment_139133" align="alignright" width="300" caption="Teleskop MEADE inilah yang sering saya pakai meneropong bintang..."][/caption]

Kembali sedikit ke cerita mengenai Hubble. Teleskop Hubble ternyata bermula dari sebuah impian menempatkan teleskop di luar angkasa. Apa tujuannya? Supaya pengamatan teleskop tidak akan dihalangi oleh segala permasalahan atmosfer. Kejernihan pandangnya tentu akan jauh lebih baik lagi daripada teleskop-teleskop yang dipasang di bumi. Nah, Lyman Spitzer adalah seorang astrofisikawan berkebangsaan Amerika, dialah orang yang pertama kali berusaha mewujudkan impian tersebut. Pada tahun 1946 Spitzer mulai membayangkan keuntungan-keuntungan yang sekiranya diperoleh dari sebuah teleskop besar yang ditempatkan di luar angkasa. Kemudian ia menuliskan ide-idenya tersebut. Pada tahun 1969 ia benar-benar merencanakan proyek ini dan mencari dukungan dari rekan-rekan astronom lainnya. Itulah cikal-bakal lahirnya Hubble.

Ada lelucon di Minahasa dan Manado seperti ini: “Orang Jepang dan Amerika so pi batanang bulu di planet deng bintang laeng, torang masih ada bahas-bahas tu perjuangan pake bambu runcing…” Artinya, “Orang Jepang dan Amerika malahan sudah pergi menanam pohon bambu di planet dan bintang lain, kita di sini masih terputar-putar membahas tentang perjuangan yang menang karena bamboe roencing…”

Itu hanya sekedar lelucon. Hikmahnya adalah: Sejarah memang penting, tapi sains dan teknologi tidaklah kalah pentingnya pada abad modern ini. Semoga.

Michael Sendow.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun