Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bulan Ini Pengemis Tambah Kaya?

24 Agustus 2011   04:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:31 2116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_131250" align="aligncenter" width="640" caption="Istirahat sejenak setelah lelah mengemis seharian?"][/caption] Hampir setiap tahun pemerintah Indonesia diperhadapkan pada situasi pelik masalah pengemis jalanan. Hampir tiap bulan Ramadhan pemerintah dengan sigapnya "mengurusi" para pengemis. Sebagian masyarakat juga dengan sukarelanya memberikan "sumbangan" bagi para pengemis tersebut.  Di beberapa kota, pengemis selalu menjadi momok menakutkan bagi keindahan kota. Dan oleh karenanya pemerintah berusaha "menyingkirkan" mereka dari pusat-pusat kota. Tapi semakin mereka digusur, semakin banyak yang bermunculan. Fenomena ini menjadi fakta menggeletik untuk ditelaah. Pertanyaannya adalah:  kenapa para pengemis ini sangat menyukai pekerjaan mengemis? Nah, pemerintah Indonesia mulai tanggal 15 Agustus lalu sampai lebaran tiba katanya akan dengan tegas melakukan penjaringan kepada para pengemis yang membawa anak-anak di jalanan. Kalau saja dalam razia yang dilakukan ditemukan bukti-bukti bahwa anak-anak sewaan dipergunakan untuk mengemis, maka pemerintah akan memprosesnya sebagai tindakan pidana dengan sangsi hukum UU23/2002 tentang perlindungan anak. Lalu bagaimana dengan para pengemis dewasa yang hanya membawa anaknya sendiri, atau dirinya sendiri? Mereka akan diserahkan ke panti asuhan atau panti sosial untuk mendapat binaan dengan harapan tidak akan lagi menekuni aktifitas sebagai pengemis. Ini sepertinya sudah menjadi tugas tahunan pemerintah. Masalahnya kebanyakan setelah mendapatkan pembinaan, toh akhirnya mereka kembali ke jalanan sebagai pengemis. Di Manado, hari ini ditertibkan, besok mereka kembali sebagai pengemis. Saya lihat itu berulangkali. Lalu kenapa? Ada apa dengan pekerjaan ini? Apakah pekerjaan ini membuat seseorang menjadi kaya? Jawabannya sungguh mengejutkan. Bahwa ada pengemis yang bahkan bisa lebih kaya dari PNS atau Manager perusahaan menengah bawah sekalipun. Ini adalah "pekerjaan" yang menggiurkan. Jangan kita kira bahwa pendapatan para pengemis yang berpakaian lusuh dan kotor, serta berpenampilan menjijikkan itu pastilah hanya cukup untuk makan sehari-hari. Bahkan ada yang mengira bahwa pendapatan itu tidak cukup untuk membuat mereka kenyang. Tapi siapa menyangka bahwa banyak di antara mereka yang penghasilannya mencapai jutaan rupiah dalam sebulan?  Bagaimana mungkin? Fenomena pengemis yang kaya ini bukan hanya di negara maju seperti di Amerika, Inggris dan negara-negara Arab, tapi juga di Indonesia. Apalagi ketika para pengemis di negeri ini mendapat banyak sedekah di bulan Ramadhan, semakin bertambah-tambahlah "lumbung" mereka. Luar biasa. Apakah kita sudah siap beralih profesi menjadi pengemis? Jangan dulu tergesa-gesa...... Supaya lebih menggiurkan mari kita lihat beberapa survey dan pendapat berikut ini. [caption id="attachment_127445" align="alignleft" width="300" caption="Ganteng-ganteng ada juga yang punya profesi sebagai pengemis (From American Homeless site"][/caption] Amerika memang adalah negara super maju, baik teknologinya maupun ekonominya. Tapi akhir-akhir ini perekonomian Amerika semakin berjalan downwards. CNN beberapa hari lalu menyiarkan tentang krisis ekonomi Amerika yang luar biasa, dan itu makin terlihat dengan antrinya ribuan orang yang ingin mencari keberuntungan di salah satu job fair bertajuk For the People Jobs Initiative di Georgia Atlanta. Ada setidaknya 90 perusahaan yang ikut ambil bagian dalam menjaring karyawan itu. Tapi, yang datang melamar ribuan orang. Beberapa jalan sampai ditutup gara-gara antrian yang teramat panjang itu. Pengangguran pun semakin meningkat tak terelakkan. Seiring dengan ekonomi yang lagi down, selain pengangguran yang meningkat juga menyebabkan peningkatan jumlah pengemis di daerah-daerah perkotaan. Jangan pikir New York itu kota kaya, maka semua penduduknya pasti kaya raya. Di sudut-sudut jalan banyak ditemukan para pengemis duduk minta-minta. Bagi mereka mungkin mengemis adalah cara paling efisien untuk menghasilkan uang. Ada pasangan pengemis bernama Jason Pancoast dan Elizabeth Johnson yang menggambarkan diri mereka sebagai 'pengemis kaya'. Mereka berasal dari negara bagian (state) Oregon. Menurut mereka karena kegigihannya dalam mengemis, mereka berhasil menghasilkan 30.000-40.000USD atau sekitar Rp.328.000.000 dalam setahun. Sehari mereka bisa mendapatkan sekitar 20-50 USD atau kalau lagi ramai bisa mencapai 300 USD, bahkan pernah mereka mendapatkan 800 USD (hampir 7 juta) dalam satu hari! Jauh lebih tinggi dari penghasilan Manager-manager kelas McDonald, Dunkin Donuts, Burger King atau usaha-usaha sejenis itu. Di Sydney Australia, pekerjaan mengemis dilakukan orang-oreang yang tidak punya rumah atau tunawisma. Mereka rela duduk berlama-lama menengadahkan tangannya hingga 16 jam sehari. Biasanya para pengemis senang mangkal di jalanan yang ramai seperti di daerah George and Market CBD. Pekerjaan ini terbukti mampu menghasilkan uang yang banyak, bisa mencapai 400 AUS$ dalam sehari atau setara dengan Rp.3.600.000,- Arab merupakan salah satu negara kaya dan terkenal makmur. Tapi walaupun demikian, di negara ini bukan berarti bebas dari pengemis. Di sana pengemis memanfaatkan moment saat orang-orang berbondong-bondong datang ke mesjid untuk shalat. Menurut catatan jika sedang beruntung dalam sehari mereka mendapatkan uang sebanyak 300 Riyal atau setara Rp.700.000. Dalam sebulan rata-rata mereka bisa mengumpulkan sampai 19.000 Riyal atau setara dengan Rp.220.000.000! Bagaimana dengan di Indonesia? Jangan kaget. Ternyata pendapatan para pengemis tertentu di negara ini juga cukup mengejutkan. Tak kalah dengan "saingan" mereka para pengemis di negara maju. Ada kesaksian dari seorang pengemis kaya asal Surabaya bahwa ia memiliki 2 sepeda motor, sebuah mobil Honda CRV, dan empat rumah! Semuanya diperoleh dari hasil mengemis. Tapi ia ternyata mempunyai kedudukan sebagai 'boss pengemis', artinya ia mempekerjakan beberapa pengemis jalanan lainnya (mungkin termasuk anak-anak?). Ia tidak bekerja sendirian untuk mengais rejeki, tapi dengan mempekerjakan beberapa pengemis jalanan ternyata hasilnya cukup efektif. Ia memperoleh sekitar Rp.300.000 perhari yang berarti Rp.9.000.000 perbulan. Bahkan ibu saya yang sudah dinas hampir 30 tahun sebagai PNS, tidak memperoleh pendapatan sebanyak itu. Secara iseng, di Manado waktu lalu saya sempat bertanya kepada seorang pengemis jalanan. Ibu ini ternyata bekerja selalu bersama anak perempuan yang masih kecil. Usia sekolah, sangat disayangkan ternyata apa lacur waktunya hanya dipakai buat mengemis. Nah, usaha mengemis yang menjamur di pusat kota Manado rupa-rupanya  semakin dimodifikasi. Tidak lagi hanya duduk diam meminta-minta sedekah. Tapi kini mereka jualan kacang bungkus kecil seharga Rp.1000,- (ada yang membelinya dengan Rp.2000) Sasaran mereka adalah rumah-rumah makan, kedai-kedai dan di depan supermarket-supermarket. Saya menjulukinya sebagai 'semi mengemis' sebab walau dengan alasan menjual kacang, tetap namanya adalah mengemis. Hampir selalu kacang yang dijual tidak diambil oleh si pembeli, mereka hanya memberikan uang! Lalu pendapatan mereka bagaimana? Oooh, sungguh mengasyikkan! Katanya dalam sehari mereka berdua masing-masing mendapatkan minimal Rp.40.000 jadi dikalikan 2 = Rp.80.000. Kalau seminggu (mereka 'bekerja' 7 hari) berarti mereka mendapatkan Rp.80.000 x 7 = Rp.560.000,- Nah, kalau sebulan berarti uang yang terkumpul kurang lebih sebanyak Rp.2.240.000,- sebuah angka yang fantastis untuk ukuran pengemis jalanan. Lebih banyak dari rata-rata gaji seorang supervisor di kota Manado. Memang di mata sebagian masyarakat pengemis dan mengemis adalah sosok dan pekerjaan yang 'hina' dan dipandang sebelah mata. Bahkan banyak teman menyebutnya sebagai 'sampah masyarakat' disejajarkan dengan pelacur dan penjudi. Wah..wah..wah...kalau begitu apa tindakan pemerintah? Operasi penjaringan dan penertiban pengemis sebetulnya terlihat seperti menempatkan para pengemis sebagai "pelaku kriminal" sedangkan pemerintah sebagai pihak yang dirugikan. Kalau pemerintah menaruh harapan berlebihan bahwa dengan cara itu maka persoalannya akan selesai, ah.... omong kosong dan tidak efektif lah. Sebab yang menjadi pokok persoalan adalah kesenjangan sosial yang makin kentara dan makin lebar. Daripada mereka mati, mungkin mereka berpikir lebih baik "bekerja" dan di mata mereka pekerjaan mengemis tentu saja "halal". Toh lebih baik mengemis daripada merampok, mencuri atau menjambret? [caption id="attachment_127448" align="alignright" width="300" caption="Berilah sedekahmu selagi kamu bisa....(IndonesianOneSide)"][/caption] Harusnya mereka dibina bukan dicemooh sebagai sampah masyarakat atau benalu masyarakat atau bahkan ditakut-takuti dengan ancaman sweeping. Upaya apapun yang dilakukan kalau tidak menyentuh masalah yang paling hakiki, masalah yang paling krusial dan substansial rasa-rasanya akan sia-sia. Kesejahteraan sosial sebagai wujud pengamalan salah satu sila dari Pancasila harus merupakan titik gerak, atau titik loncat dalam mengatasi masalah ini. Kalau pengemis dijadikan 'musuh' dan dianggap 'lawan' atau terlebih dikatakan sebagai 'sampah' yang harus dibersihkan dari kota-kota besar, persoalan ini akan tetap hadir dari tahun ke tahun. Kan, ternyata dengan mengemis orang bisa menjadi kaya? So, why not? Mungkin begitu pikiran sempit mereka? Daripada jadi buronan KPK dan Interpol gara-gara korupsi uang miliaran rupiah, mendingan dikejar-kejar Sat.PolPP toh tertangkap dan diusir hari ini, besok mengemis lagi di sudut kota yang lain. Easy. Nothing to worry about! Ini bulan penuh berkat. Tentu akan ada banyak berkat juga yang bakalan diperoleh para pengemis. Anggap saja sebagai bonus tahunan mereka. Kalau PNS atau karyawan perusahaan bonafide sering dapat bonus tahunan, maka bonus tahunan para pengemis adalah bulan-bulan seperti ini. Mari kita memberi sedekah! Note: Jangan pernah membaca tulisan ini sebagai bertujuan mendukung para pengemis dan atau ajakan untuk menjadi pengemis. Ini cuma sekedar referensi supaya tidak melihat para pengemis dengan 'kaca mata kuda' saja. Michael Sendow.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun