Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ada Apa dengan Hutan Kita?

20 Maret 2014   00:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya saja dengan melakukan beberapa langkah berikut. Buatlah kebijakan-kebijakan yang ‘pro hutan’. Lagi-lagi mungkin kita bertanya seperti apa contohnya? Contoh sederhana adalah umpamanya membuat kebijakan tebang pohon tua. Artinya di hutan, hanya dizinkan untuk menebang pohon-pohon yang sudah benar-benar tua. Di samping itu tentu jarak penebanganpun harus jelas. Dalam arti, jangan menebang semua pohon di satu lokasi yang sama. Ini juga ada yang menyebutnya sebagai sistem tebang pilih. Nah, di hutanlah kita melakukan tindakan tebang pilih, bukan di KPK. Kalau di KPK semua koruptor harus ‘ditebang’. Selama ini sepertinya kita melakukan yang sebaliknya.

Kemudian, gerakan ‘penanaman kembali’ harus benar-benar dijalankan, tidak semata dan sebatas hadir dalam pidato penuh semangat penguasa negeri. Setiap kali menebang pohong yang tua, seharusnya kita diwajibkan menanam kembali pohon yang baru. Minimal setiap kita kehilangan satu pohon, kita akan ketambahan satu pohon baru juga. Meskipun tentu saja kita mesti menunggu beberapa tahun untuk pohon tersebut menjadi besar. Tapi kebijakan baik seperti ini harus terus digelindingkan dan dijalankan, niscaya dapat menipiskan deforestasi. Penghijauan hutan yang gundul (reboisasi) adalah suatu keniscayaan bila kita ingin menyelamatkan hutan kita.

Presiden harus juga memerintahkan kementerian kehutanan untuk segera menertibkan dan kalau perlu memenjarakan semua penebang liar. Perusahaan-perusahaan yang selalu bermain mata dengan pemerintah harus juga dilibas habis, jangan justru berkompromi dengan kejahatan mereka. Demikian juga dengan pelaku pembakaran hutan, mereka harus ditindak. Kalau hukum tidak ditegakkan, dan semua pelakunya bebas berkeliaran, saya yakin 1000 persen mereka akan terus melakukan hal yang sama, dan hutan kita akan semakin menderita.

Cara efektif lainnya untuk melindungi hutan adalah sosialisasi secara terus menerus tentang betapa pentingnya hutan itu bagi kehidupan kita dan anak cucu kita. Sosialiasi itu harus juga melibatkan masyarakat umum yang tinggal di sekitar hutan, dan mereka-mereka yang berproduksi dengan menggunakan hasil hutan.

Kalau di Indonesia, Presiden juga sepertinya harus mempekerjakan dan menambah polisi-polisi hutan. Ada banyak yang dapat dilakukan oleh polisi-polisi hutan ini. Misalnya mereka bertugas mengamankan hutan dari setiap tindakan pembalakan liar dan illegal. Mereka juga diberi tugas menanami hutan secara berkala, dengan komposisi sebisanya. Ini akan sangat membantu menjaga hutan-hutan yang kita miliki. Pembiayaan bisa diambil dari APBD masing-masing daerah di mana hutan tersebut berlokasi, atau bisa juga dari pusat.

Menutup tulisan ini, saya kembali mengajak kita memaknai apa yang pernah dikatakan oleh Presiden SBY pada konferensi yang ia hadiri di atas tadi: "Keberhasilan kita dalam mengelola hutan kita akan menentukan masa dapan dan kesempatan-kesempatan bagi anak-anak kita." Juga bahwa, "Kita harus mengubah cara kita memperlakukan hutan, sehingga hutan terjaga, bahkan saat kita berusaha keras mempercepat pertumbuhan ekonomi kita,"

Presiden mengatakan, “Saya tidak ingin nantinya saya haru menjelaskan kepada cucu saya, Almira, bahwa generasi kita tidak mampu menjaga hutan dan masyarakat yang bergantung padanya. Saya tidak ingin menceritakan kepadanya kabar menyedihkan bahwa harimau, badak, dan orangutan punah seperti dinosaurus." Karena itulah juga, maka ia berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca selama masa kepemimpinannya. Dan targetnya adalah penurunan sebesar 41% pada tahun 2020. Sebuah komitmen yang kelihatannya harus diteruskan dan dicapai oleh Presiden kita yang baru nanti.

Siapapun Presiden kita nantinya, yang pasti bukan saya, maka ia harus benar-benar berpikir serius tentang hutan kita. Sebagai bangsa yang sangat kaya dan memiliki hutan yang sangat beragam serta luas, akan menjadi sangat naif bila kita justru tidak sanggup menjaganya. Alangkah memalukan bila Presiden kita juga tidak mau tahu dan peduli.

Rainforest (hutan hujan) kita adalah yang terbesar ketiga di dunia. Hanya kalah dari hutan Amazon dan hutan di Congo Afrika. Yang menarik, hanya dengan luas besaran 1% dari jumlah total daratan yang ada di muka bumi ini, namun hutan hujan Indonesia mengandung sekitar 10% spesis tumbuhan yang sudah diketahui dunia, serta 12% binatang mamalia termasuk Orang Utan dan Harimau Sumatera yang sudah semakin kritis jumlahnya itu. Terdapat juga sekitar 17% dari semua jenis burung yang sudah diketahui dunia. Belum lagi spesis-spesis baru yang terus ditemukan di hutan Indonesia. Kita ini sebetulnya sangat kaya. Kekayaan inilah yang harus dijaga secara konsisten. Tidak hanya oleh Presiden, tapi oleh kita semua. ---Michael Sendow---

Sumber bacaan lain:http://green.kompasiana.com/penghijauan/2013/03/28/pernafasan-bumi-kian-sesak-545811.html

http://mongabay.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun