Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Logika Penulis, dan Ide Menulis

26 September 2014   23:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Ide Menulis itu Dari Mana...?"

Apakah ide dalam menulis perlu diburu, dicari, diusahakan? Apakah pula kita akan kekurangan atau kehabisan ide bila secara terus menerus kita menulis dan tiada pernah berhenti? Rasa-rasanya jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas itu hanya bisa dijawab oleh masing-masing kita. Setiap individu tentu memiliki keistimewaan sendiri. Ada penulis yang mampu melahirkan atau memunculkan ide menulis hanya dalam hitungan detik. Apapun dapat dijadikan bahan tulisan yang menarik. Di manapun ia berada, ide untuk menulis selalu menyertainya. Dari balik bilik toilet pun imaginasinya terus mengembara dan mengarang sebuah isi tulisan. Bahkan dalam istilah saya, mereka-mereka ini dapat disebut sebagai born to be a writer. Mereka lahir memang dengan talenta menjadi penulis handal.

Ada justru yang sebaliknya. Sudah bersemedi di bawah pohon rindang diirngi nyanyian kicau burung yang merdu, mata terkatup rapat dan telinga terbuka lebar, namun seperti sangat sukar sekali menghadirkan ide-ide tersebut. Otak kita yang memiliki triliunan neuron yang saling menghubungkan jaringan syaraf tersebut memang mesti dilatih terus menerus. Membuat kita peka menangkap ide menulis juga perlu dilatih. Bagi kita yang belum terbiasa menulis memang rasa-rasanya menulis satu tulisan saja susahnya minta ampun. Mereka yang terbiasa menulis, lain cerita, satu hari bisa tiga tulisan dilahirkan. Kayak minum obat saja ya 3 x 1 (maaf, bukan 1 x 3 ya). Tiga tulisan dalam satu hari bukan 1 tulisan dalam 3 hari hehehehe….

Namun menulis memang dapat dilakukan siapa saja…

Saya pernah menulis bahwa hak untu menulis itu adalah hak asasi setiap orang. Hak untuk menulis itu sama halnya dengan hak untuk berpendapat. Tidak ada bedanya dengan hak untuk hidup, hak untuk bernafas. Makanya juga dalam tulisan saya sebelumnya, saya selalu bilang bahwa bagi seorang penulis sejati maka writing is breathing. Menulis adalah bernafas. Tidak menulis berarti ia tidak bernafas. Mati. Kematian apalagi yang lebih mengenaskan bagi seorang penulis sejati daripada jiwa kepenulisan yang mati? Atau yang sengaja dimatikan lewat pemberangusan dan perampasan pun pencabutan hak untu menulis?

Lantas, kalau begitu adanya, apakah semua orang dapat menjadi penulis? Tentu saja. Sangat-sangat mungkin. Dan hal itu jelas saja sangatlah bergantung pada setiap individu. Seberapa bisa seseorang menjadi penulis adalah tergantung sikap dan cara ia memaknai sebuah tulisan, dan apa arti dari menulis bagi dirinya. Ada yang menganggap menulis hanya sebagai sarana menyatakan ekspresi semata, yang tidak mesti rutin. Tidak pernah lebih dari itu. Ada yang menganggap menulis adalah demi karir dan supaya menghasilkan uang. Ada pula yang percaya bahwa menulis hanyalah pengisi waktu luang saja, tidak pernah mencintai kegiatan menulis. Namun tak sedikit di antara kita yang begitu antusias terhadap dunia kepenulisan. Mereka menganggap menulis adalah bagian dari kehidupan. Saya termasuk yang menganggap bahwa writing is breathing. Di mana pun dan pada bagian kehidupan apapun. Baik dalam pekerjaan, dalam pergaulan sosial, maupun dalam kehidupan pribadi.

Ide Menulis

Ide itu kadang-kadang, bagi sebagian orang, mestilah diburu ke sana ke mari. Dan oleh karenanya banyak tempat yang katanya sangat pantas dijadikan sarana berburu ide. Ada yang bilang tempat itu ada di hutan yang dipenuhi pohon segala jenis dan hewan-hewan. Di tempat ini, katanya bertebaran begitu banyak ide untuk segera dituliskan.

Ada sebagian yang lain mengatakan bahwa di pantailah tempat berburu ide paling mantap. Birunya laut berpadu dengan birunya langit dapat memunculkan banyak ide brilian untuk segera dituliskan.

Namun justru ada juga yang bilang sebaliknya, ide itu adanya di kota-kota besar. Di tempat-tempat padat modern, dan juga yang kumuh berdesak. Misalnya di Jakarta ini. Di sinilah sejuta ide menulis itu bakalan lahir. Di kota ini, katanya, apapun dapat dijadikan bahan tulisan. Inilah tempat yang tak pernah sepi tau miskin ide.

Lalu mana sih tempat yang sesungguhnya paling oke? Sangat bergantung preferensi masing-masing penulis. Kalau ia penyuka kehidupan sosial dan yang tradisional maka tempat berburunya pastilah di pasar-pasar, kehidupan desa, perkampungan dan sejenis itu. Bagi mereka yang menyukai alam, tentu hutan, kebun dan pegunungan adalah tempat yang paling oke sesuai pilihannya. Jadi artinya, ide itu ada di mana saja. Tinggal kepekaan kita untuk menangkapnya. Bahkan seperti yang sudah pernah saya tuliskan, di tempat tidur dan rumah sendiri pun ide itu dapat bermunculan. Dalam tidur dan mimpi kita pun, ide itu bisa juga datang. As long as you open your heart and mind, the idea will be yours within second. Karena ide menulis itu ada di mana saja dan dapat muncul kapan saja kepada siapa saja. Asal kita tak ragu menangkap dan mengolahnya segera.

Bagi seorang penulis professional, ia kadang bahkan sudah punya apa yang namanya ‘bank ide’. Di tempat inilah tersimpan begitu banyak ide tulisan. Bisa di notebook, laptop, maupun tempat penyimpanan data apapun. Setiap ada kelebatan ide untuk menulis tentang suatu tema, maka mereka segera menyimpan ide tersebut dalam bank ide tadi. Sebab ide bahan tulisan yang sangat luar biasa, kadang datangnya sangat cepat, berkelebat dalam benak kita, tetapi perginya juga begitu cepat. Kita tidak akan ingat lagi kelebatan ide tersebut kalau tidak cepat-cepat kita simpan untuk kemudian kita olah menjadi bahan tulisan nantinya. Makanya, jangan pernah lupa untuk mencatat dan menyimpan setiap ide tulisan yang sudah muncul.

Akhirnya, yang terpenting lainnya yang ingin juga saya tuliskan adalah ini. “People are more likely to be happy to write something, if motivation comes from within. “ Seorang penulis akan merasakan lebih bahagia dalam menulis bila keingingan dan kemauannya menulis itu lahir dan datang dari dalam dirinya sendiri. Bukankah apa-apa yang datang dari dalam diri sendiri tentulah akan selalu membuat yang menjalankannya lebih enjoy dan bahagia dibanding karena dipaksa atau terpaksa.

Saya pernah mewawancarai seorang penarik becak di Semarang, nelayan di desa Lopana Minahasa, tukang roti di Rawamangun Jakarta, orang Amerika yang sangat ingin belajar membatik di New York, dan masih banyak lagi lainnya. Keunikan dan pekerjaan orang-orang ini di kemudian hari saya jadikan ide beberapa tulisan saya. Kesempatan berbicara dengan mereka mungkin tidak akan terulang lagi. Namun keabadaian petualangan dan perjalanan hidup mereka yang dituturkan kepada saya, kelak menjadi abadi lewat tulisan-tulisan.

Ide tulisan memang bisa dalam bentuk apa saja. Acap kali kita membiarkan ide-ide yang sebetulnya sudah ada di benak kita untuk berlalu begitu saja, terbang dibawa angin. Sayang sekali bukan bila ide-ide yang sangat kuat sebagai bahan tulisan, lantas hanya kita nisbikan begitu saja? Tentu akan amat disayangkan. Buatlah janji pada diri sendiri untuk menulis dan terus menulis. Dan genapilah janji tersebut. Tetapi, remember this: Promise only what you can deliver, AND deliver more than what you promised.

Dalam menulis sesungguhnya berlaku juga hukum tabur tuai. Apa yang engkau tabur lewat ide-ide tulisanmu, itulah juga yang akan engkau tuai. Sudahkan kita menerjemahkan dan menabur ide-ide tersebut lewat tulisan-tulisan kita yang bermanfaat bagi banyak pembaca kita? Sudakah tulisan-tulisan kita memberi inspirasi dan membangkitkan semangat setiap mereka yang membacanya? Ataukah sebaliknya, tulisan-tulisan kita menjadi batu sandungan dan membunuh karakter seseorang tanpa fakta-fakta yang valid dan solid? Jadikanlah tulisan kita sebagai saluran berkat bagi orang lain. Kompasiana sebetulnya sudah menjadi sarana berbagai yang amat luar biasa dalam dunia kepenulisan.

Build relationship through sharing and connecting. Create your own image and authenticity with the one and only Kompasiana.---Michael Sendow---

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun