Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keputusan Jokowi, dan Masa Depan Bangsa

19 Februari 2015   00:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cerita ‘unik’ antara KPK dan POLRI, setidaknya telah mengerenyitkan dahi jutaan bahkan puluhan juta pemirsa televisi di Indonesia sudah seharusnya usai. Berita tentang perseteruan di antara dua lembaga ‘kebanggaan’ negeri ini pun telah menjadi santapan harian puluhan juta mata. Mereka saling serang, terjang, dan hantam. Bahkan, tanpa tak terkendalikan ‘kasus’ perseteruan tersebut berujung pada saling mempertersangkakan. Lebih lucu lagi, sesuatu yang ‘mustahil’ (namun karena bermain di ranah politik ) pun akhirnya menjadi tak mustahil: Menggugat dan mempraperadilankan status tersangka calon Kapolri Budi Gunawan. Sesuatu yang menurut para pakar hukum tata Negara dan pakar hukum pidana, adalah tak boleh terjadi. Bisa-bisa MA turun tangan dan mencopot hakim yang memimpin sidang praperadilan tersebut, karena sudah melewati batas kewenangannya.

Bahkan ada dosen hukum di sebuah universitas yang sampai menggeleng-gelengkan kepala ketika menyaksikan Hakim Sarpin mengetuk palunya dan membacakan amar keputusannya. Katanya, dia bingung mau mengajar seperti apa di kelas nantinya bila ada pertanyaan dari para mahasiswanya, kok yang diajarkan teorinya beda sama prakteknya yah? Ya begitulah kita di sini.

Secara pribadi, saya lebih suka Presiden Jokowi membuat keputusan yang tidak popular dan tidak disukai para elit partai politik, daripada dia membuat ‘blunder’ dengan menutup mata terhadap tuntutan rakyat banyak, termasuk jutaaan relawan yang sudah menghantarnya ke kursi nomor satu di negeri ini.Lebih baik dia 'dibenci' partai politik daripada 'dibenci' rakyat banyak. Apapun alasannya.

Keputusan Presiden Jokowi untuk mengusulkan calon Kapolri baru, yang serta merta meruntuhkan pelantikan BG sebagai Kapolri adalah langkah dan solusi yang tepat. Sementara itu, di saat yang sama, ia juga serempak menyodorkan 3 nama pimpinan KPK baru. Ini benar-benar langkah efektif dan pintar untuk menyiasati kemelut yang sudah berlarut-larut antara KPK dan POLRI. Jokowi menunjukkan kelembutan dan sekaligus ketegasannya dalam menyiasati ‘keterjepitannya’ di antara dua kubu besar itu. Dua kubu yang saling membenci dan berharap dukungan penuh Sang Presiden atas setiap rencana-rencana mereka.

Pikiran kita dan juga para pemimpin negeri ini sudah tersita begitu banyak dan lama dengan hal-hal seperti ini. Bayangkan saja kalau kepalanya Presiden hanya diisi terus menerus, dan dipusingin oleh kisah perseteruan ini. Kapan dia dapat bekerja baik untuk menyelesaikan banyak masalah lainnya? Kapan ia berjuang untuk mengentaskan kemiskinan di negeri ini? Kapan ia mulai dapat memberantas korupsi, yang adalah salah satu program unggulannya? Hilang semua waktu untuk itu.

Kita tentu sangat sadar dan mengamini bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar.Indonesia tak terpungkiri adalah negara yang sangat kaya serta terlengkap di dunia dari segi Sumber Daya Alamnya. Memiliki hutan terluas di dunia (sekitar 121 juta hektar, ketiga terkaya setelah Brasil dan Konggo dalam lingkup mega biodiversity. Jumlah pulaunya? Jangan ditanya, anak SD pun sudah hafal berapa ribu pulau kita. Jumlah penduduk? Tahun 2050 diperkirakan bisa mencapai 290 juta. Pasar yang amat sangat besar dan luas. Namun sayangnya, secara sosiologis, dan dengan malu hati kita harus mengakui bahwa Indonesia adalah “bangsa kaya raya” yang tetap “miskin” karena hidupnya masih begitu kekurangan sehingga hutang tiap tahunnya selalu bertambah. Ini yang mesti diprioritaskan terus menerus, bukan malah perseteruan dan pertikaian terus yang selalu kenyang dibahas dan dipelototin pemimpin negeri.

Keputusan Presiden sudah sangat jelas. Bahwa ia juga tidak pernah membiarkan kisruh KPK – POLRI itu begitu saja. Terkadang, dalam diam kita bisa lebih jelas mengkonsolidasikan apa-apa saja yang perlu diperbuat. Terkadang pula, segala kerendahan dan ketulusan hati itu begitu mudah disalahartikan. Semoga saja kita lebih mampu melihat segala sesuatu dengan mata hati dan mata jasmani yang lebih bijak dan proporsional lagi. Banyak pembelajaran dan hikmah yang dapat diambil dari kasus ini.

Ijinkan saya mengutip sepenggal kata-kata kawan saya Sonny M, “…..Kami tahu, ke sana mata-mata penguasa mengintip, senjata disiapkan, penjara dicadangkan. Tapi anak-anak muda tetap saja dengan upacara sederhana yang bersejarah itu…..Bersejarah, apalagi bila dibandingkan dengan pesta kelahiran partai-partai hari ini…...”

Semoga saja kekuasaan tidak akan pernah mampu merampas dan merenggut setiap mereka yang masih punya hati nurani. Saya menghormati dan amat menghargai Presiden Jokowi dalam keputusan yang sudah dibuatnya. Semoga keberkahan akan selalu menyinari negeri yang (katanya) sekali lagi kaya raya ini. “We deserve to get better future!” ---Michael Sendow---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun