Mohon tunggu...
Michitra Adhikarsa
Michitra Adhikarsa Mohon Tunggu... -

Manusia biasa...Just an ordinary man. Love to write and read almost about everything.\r\nPengamat dan pemerhati masalah KOMPASIANA, media, dan semua hal. Belajar menjadi hamba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sepuluh Perintah Melawat Orang Sakit

20 April 2011   07:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:36 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku…”

Setiap kita pasti pernah melawat orang sakit…iya nggak?

Nah untuk itu, kali ini saya akan memberikan 10 Firman dalam melawat. Atau bisa juga disebut Dasa Titah.

Firman ke-1: Jangan ada padamu rombongan yang besar. Melawat orang sakit sebaiknya dilakukan dalam rombongan yang paling banyak terdiri dari tiga atau empat orang saja. Daya konsentrasi orang yang sedang sakit lebih rendah dari biasanya. Ia mudah letih menhadapi kerumunan orang. Ia merasa pusing memutar mata melihat wajah-wajah yang mengelilinginya di sebalah kanan dan kiri ranjangnya.

Firman ke-2: Jangan membuat bagimu dua mulut. Tuhan memberikan dua telinga namun satu mulut kepada kita. Itu berarti bahwa dalam melawat kita perlu lebih banyak mendengar daripada bicara. Pelawat perlu menciptakan suasana yang memungkinkan si sakit mengungkapkan perasaan-perasaannya. Untuk maksud itu pelawat perlu bijak dalam bertanya. Pertanyaan “Apa kabar?” terlalu klise sebab jawabnya sudah hampir pasti klise juga “Baik”. Juga pertanyaan “Sudah lebih sembuh, bukan?” bersifat mematikan percakapan, sebab pertanyaan itu menggiring orang untguk terpaksa menjawab “ya”, padahal bisa jadi kenyataannya adalah kebalikannya.

Firman ke-3: Jangan menyebut penyakit dengan sembarangan. Maksudnya, jangan meringankan dan jangan pula memberatkan penyakit. Sikap dan isi doa kita tidak patut berat seolah-olah pasien tahap akhir kanker otak, padahal sebetulnya ia “hanya” radang hepatitis. Sebaliknya, jangan pula kita begitu ringan seolah-olah hanya sakit flu, padahal ia terkena stroke. Sebab itu sebelum masuk kamar si sakit, sebaiknya kita minta infromasi dulu dari keluarganya.

Firman ke-4: Ingatlah dan kuduskanlah waktu. Taati jam kunjungan yang ditetapkan rumah sakit. Jika si sakit ada di rumah sendiri, jangan kita berkunjung terlalu pagi atau terlalu larut, pada jam si sakit tidur. Perhatikan juga lamanya kunjungan. Jika di rumah sakit kita perlu memperhitungkan bahwa keluarganya memerlukan waktu, sebab itu jangan kita menyita waktu mereka. Mungkin 10-15 menit sudah cukup. Lagipula mungkin ada rombongan lain yang akan berkunjung. Jika si sakit ada di rumah sendiri, waktu kunjungan bisa lebih lama. Namun sebaiknya tidak lebih dari 30 menit.

Firman ke-5: Hormatilah pihak keluarga. Walaupun tujuan kita adalah menguatkan dan menghibur si sakit, mungkin pihak keluarga juga memerlukan kekuatan dan penghiburan. Bayangkan betapa letihnya seorang istri yang tiap hari selama 24 jam merawat suaminya yang sakit. Mungkin justru istrinya yang lebih memerlukan kepedulian kita.

Firman ke-6: Jangan bercakap dengan sesame pelawat. Bisa terjadi bahwa dalam perkunjungan ini kita malah asyik ngobrol ngorol ngidul dengan sesama pelawat. Hal ini keliru, sebab si sakit menjadi bingung, “Mengapa mereka jadi ngobrol di sini?”

Firman ke-7: Jangan berwawancara. Kita datang untuk menyatakan perhatian terhadap si sakit, bukan untuk mencari informasi berlebihan tentang penyakitnya. Hindarkan pertanyaan yang terlalu merinci seperti “Bagaimana terjadinya…? Pukul berapa terjadinya..? Apa hasil laboratoriumnya..? Di mana prakteknya..? Apa bayarnya mahal..?”

Firman ke-8: Jangan bernasihat. Si sakit sudah mendapat banyak nasihat dari banyak pihak. Ia jadi bingung kalau tiap pelawat menghujani dengan rupa-rupa nasihat. Kemarin ada yang menasehati, “Harus makan daun dewa!” Tadi ada yang menasehati “Harus makan daun sirih!” Ada pula nasihat, “Harus makan daun jawer kotok!” Ada lagi, “Harus makan daun bluntas!” Nah mana yang harus dituruti? Jangan-jangan ada nasihat, “Harus makan daun rumput, biar sehat kayak kuda!”

Firman ke-9: Jangan mengucapkan doa keliru. Berdoa untuk/dengan orang sakit adalah sulit. Banyak kesalahan mendasar yang diperbuat mereka yang mendoakan si sakit.

Firman ke-10: Jangan mengingini buku sesamamu. Mungkin si sakit sedang membaca buku yang bagus. Kita jadi ingin meminjam buku tersebut. Itu tidak boleh, sebab justru kitalah yang seharusnya menghadiahkan buku bacaan menarik untuk si sakit. Supaya si sakit punya bacaan menghibur dan yang menguatkan dia.

Firman tambahan yang belum resmi…

Firman ke-11: Jangan “memaksa” si sakit untuk berkompasiana pada waktu sakit. Kalau sudah sehat, lain cerita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun