Saran lainnya, ada yang bilang mengganti seluruh data dapodik siswa menjadi agama yang dia pelajari di sekolah. Lho? Bukannya ini malah lebih fatal ya? Lagi-lagi, mempelajari agama belum tentu merubah status keimanan seorang manusia. Jadi, mohon perhatikan budaya masing-masing sekolah yang menjadi pengguna sistem Anda.
Keempat, perhatikan komunikasi antar kelompok pembuat sistem dan pengguna sistem. Pembuat sistem perlu mengetahui jelas bagaimana sistem ini digunakan dan tentunya paham siapa pengguna. Pengguna tentu bukan hanya guru atau pendidik, tapi juga orangtua. Pembuat sistem perlu tahu dulu, menyatukan suara, mengkomunikasikan dengan bahasa yang dipahami pengguna. Seminimal mungkin hindari kesalahpahaman.
Saya kira keempat hal tersebut jika diperhatikan dengan baik dapat memudahkan pengguna dan pembuat sistem. Apakah semua teknologi menyulitkan? Tergantung bagaimana komunikasi dan kerjasama antar pembuat mesin dan pengguna. Tidak melulu teknologi menjadi dewa penolong, bisa menjadi batu sandungan jika hal tersebut banyak diabaikan dan salah motivasi di awal dalam pelaksanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H