Mohon tunggu...
Anna Maria
Anna Maria Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer | Teacher | Heritage Lover | Kebaya Indonesia

Love my life, my family, my friends, my country, my JESUS CHRIST

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perhatian Spesial bagi Siswa Berkebutuhan Khusus

19 November 2019   22:22 Diperbarui: 19 November 2019   22:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya sering memandang sebelah mata anak-anak generasi Z dan Alpha karena banyak dari mereka yang kelewat malas membaca, egois, maunya serba instan, melawan aturan, dan cenderung maunya sendiri bertindak.  Tapi ternyata mereka masih punya kepekaan luar biasa untuk berempati dengan teman lainnya, apalagi kepada yang berkebutuhan khusus.  
Keberadaan anak-anak kebutuhan khusus di tengah mereka ternyata juga mengasah sikap hati mereka.  

Anggaplah memang Tuhan memang punya rencana.  Tapi kembali pada pertanyaan saya, "Mengapa orangtua malu menyekolahkan anak-anak mereka yang perlu perhatian khusus ini untuk di sekolah khusus? "
Saya berpikiran tentu mereka akan lebih terarah untuk mengasah kemampuannya bersikap mandiri dan menghasilkan karya. Bukankah banyak di antara mereka yang malah lebih maju dan berkembang dengan kemampuan motoriknya?

Sampai saya pun bertanya pada teman guru di Skh. Ya memang benar begitulah yang diajarkan supaya mereka terbiasa mengerjakan pekerjaan sehari-hari sendiri, dan beberapa materi praktek yang bisa mereka lakukan untuk menghasilkan karya, yang bisa jadi nanti sebagai alat mata pencahariannya.

Namun bagi mereka yang benar-benar pasif tidak bisa apa-apa, bisa jadi ada terapi khusus untuknya.

Ya, memang kebanyakan orangtua malu jika anaknya berada di sekolah khusus.  Entah apa yang menjadi keputusan mereka ini, mengapa tidak terpikirkan lebih jauh tentang masa depannya ketika nanti orangtua tak bisa lagi merawat penuh si anak, bahkan jika mereka telah tiada?  Kepada siapa nanti anak-anak ini akan bergantung?

Apakah sekolah khusus tidak terjangkau biayanya? Saya sendiri kurang yakin jika itu menjadi jawaban pertanyaan saya. Saya pun beberapa kali mendengar curhatan para suster yayasan tempat saya bersekolah dulu yang bercerita ada beberapa anak yang ditinggal di tempat itu (di unit Skh, dulu SLB C) dan tidak pernah lagi dijemput orangtuanya.  

Pantas saja dulu ketika saya melewati susteran banyak anak sekolah khusus yang masih bersenda gurau di teras asrama dengan teman-temannya dan para suster.  Saya berpikiran waktu itu mereka belum dijemput orangtuanya. Ternyata orangtua mereka memang tidak pernah kembali menjemput mereka.  

Saya tidak tahu dan tidak merasakan apa yang menjadi beban para orangtua mereka.  Jasi, Saya tidak berani menggurui.
Hanya saja saya terus merenung, kepada siapa lagi mereka nanti akan bergantung jika saat ini orangtua kurang tepat/tidak tepat bersikap untuk mendidik anak-anaknya yang berkebutuhan khusus?

Apakah anak-anak yang ditinggalkan tidak merasa rindu kepada orangtuanya?  Apakah orangtua tidak pedih hati harus jauh dari anak-anaknya?  Saya tidak berani lagi membayangkan.  

Semoga saja para orangtua dan pengasuh mereka benar-benar punya hati dan kepekaan jauh ke depan bagi anak-anak ini.  Sebab,  mereka juga manusia, mereka pun juga punya tujuan hidup dari mereka dihembuskan nafas kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun