Mohon tunggu...
Anna Maria
Anna Maria Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer | Teacher | Heritage Lover | Kebaya Indonesia

Love my life, my family, my friends, my country, my JESUS CHRIST

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Guru SMP Menjadi Guru SD

23 Oktober 2019   22:10 Diperbarui: 23 Oktober 2019   22:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para orangtua siswa bertanya, kok materi komputernya ketinggian? Bahasanya kayak bahasa anak kuliahan?  Dan lain sebagainya komplain semacam itu mengalir deras ke saya pagi itu.  

Kemarin saya mengetik dua materi kelas  ,kelas 2 dan kelas 3. Saya memikirkan bolak balik apa yang bisa saya berikan bahan teori matpel Komputer kepada siswa. Sebelumnya kelas 1 pun seperti itu.  

Saya browse internet contoh soal dan materi,  bolak balik silabus guru sebelumnya, dan isi papan di ruangan yang berisi diagram materi pelajaran.

Terakhir mengajar TK-SD tahun 2008-2009, hanya setahun dan tidak pernah ada soal teori yang diberikan. Hanya soal praktek dan hanya ada satu nilai praktek. Seingat saya yang pernah belajar komputer dari kelas 3 SD tidak pernah dibagikan catatan dan ulangan teori. Ketika SMP baru saya diberikan materi teori.
Jujur saja SMK pun diberi soal teori padahal jurusan saya Teknik Informatika, nilai saya jeblok di bawah 6, berbeda dengan praktek yang lebih anggun nilainya.

Duh Gusti! Bagaimana bisa anak-anak SD kecil ini diberikan teori komputer?  Mungkin saya yang blo'on kurang update kalau sekarang SD pun sudah bisa diberikan soal teori.  

Yang saya khawatirkan kelas kecil, kelas 1-3. Benar saja, sudah saya usahakan dengan memberikan rangkuman dengan power point, banyak gambar,  dan kalimat yang sederhana.  Namun kurang disederhanakan lagi.  

Buk, terus hamba mau bilang apa istilah dekstop dan taskbar mau diIndonesiakan gitu? Pakainya kata perangkat bukan alat meskipun artinya sama.

Akhirnya kepala sekolah memberikan contoh rangkuman yang lebih sederhana.  Hanya ada 1-2 halaman.
Saya pun mencobanya dan lumayan berhasil.  Kali ini saya tidak bisa menuruti seluruh komplenan selama siswa-siswa bisa paham dan mengikuti materi bahkan jika praktek yang diutamakan, untungnya mereka dapat berproses dan menghasilkan karya yang baik di praktek.  

Apa yang saya pelajari?  Belajar merendah, belajar menyederhanakan, belajar dari pola pikir anak-anak.  
Mungkin saya lupa sudah bertambah usia, lupa menurunkan standar, lupa pernah menjadi anak-anak yang baru belajar.  

Dulu awal mengajar TK-SD pun saya selalu diingatkan, TK A baru belajar angka 1-5, 1-10 pun pelan-pelan.  TK B baru belajar 1-10 dan belasan.  Untuk huruf mereka baru mengenal huruf kecil.  

Bahkan saya lupa, sewaktu menunggu siswa kelas 1 untuk menulis agenda tugas. Padahal hanya menyalin, lho tapi untuk mereka itu hal baru yang mereka pelajari.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun