Teknologi serba cepat, berdampak positif dan negatif. Soal positif tak perlu ditanya, tapi soal negatif kemampuan anak dan orangtua belum sebanding untuk memilah dan mana yang baik untuk diserap dan dilakukan. Â
Ups lagi, kemampuan literasi Indonesia masih di bawah (di urutan hampir terakhir).
Masih soal teknologi. Apakah soal kecepatan bisa menjadi jawaban? Bagaimana dengan ketepatan dalam penggunaan? Apakah berdampak baik bagi pengguna dan hal-hal lainnya?
Anak-anak sekarang maunya serba cepat, tapi tidak pernah mau bersabar dengan proses. Serba instan padahal belum tentu berkualitas. Â
Ohya, saya lagi kepikiran sesuatu..
Mengapa metode pendidikan yang seharusnya diwariskan dari Ki Hajar Dewantara itu malah cuma dimiliki segelintir sekolah, daaann... sekolah mahal!?
Banyak sekali PR di sektor pendidikan ini, belum lagi soal kebudayaan yang tentu menjadi penyokong hal pendidikan. Waw!Â
Semoga bisa saling bersinergi, bukan pekerjaan yang hanya dikerjakan oleh Saudara Nadiem seorang diri tapi banyak pihak yang mau gotong-royong untuk pendidikan dan kebudayaan Indonesia yang lebih baik. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H