Sejak saya bergaul dengan pecinta sejarah dan batik, kali ini saya benar-benar merasakan "deg-deg'an" dengan kawasan pesisir utara Jawa.Â
Dari sederetan tempat yang konon dibilang kawasan batik pesisiran, ya lebih dulu saya terpaut di Lasem. Akhirnya perjalanan pertama yang dadakan (karena dipaksakan teman untuk ikut, padahal ketar ketir duitnya dari mana ya) eeh jadi kangen terus. Setelah itu, saya ingin kembali ke sana, kali ini dengan cara menjual paket tur ke Lasem, lho daripada ketar ketir dengan uang kan mending saya cari cara tho.Â
Sayangnya, sekali saya bilang 'Lasem' hanya segelintir orang yang bilang: "oohh ituuu.. aku tau..", malahan ada yang tahu tapi tidak bisa ke sana karena dia marga Han (kenapa ya? yuk ke Lasem biar tahu ceritanya :D ), lainnya? "Di mana tuh?" Saya jawab: "Jawa Tengah, masuk dalam Kabupaten Rembang..", dan wajah lawan bicara mulai bingung (kayaknya sih nebak juga, Rembang sebelah mananya kok sedikit ingetin tentang Kartini, atau yaa, sebelah mananya Jepara ya?)
Tapi karena kurang tahunya orang-orang makin membuat saya semangat, sekalian donk promosi. Lalu apa saja sih yang bikin saya itu (dan kayaknya kamu juga) jatuh cinta dengan Lasem?
1. Batik Tiga Negeri dan batik tulis lainnya yang khas
Mendengar pertama kali saya kira juga Lasem itu bukan di kawasan pesisir utara, dikiranya di dekat Purwokerto. Â Tapi saya pernah melihat kecantikan batik tiga negeri nya, aduhai cantiknya.Â


Kata teman saya, yang di Malaysia itu kalah. Duh, saya gak bisa membandingkan itu, lha saya belum pernah ke Malaysia. Namun, saya senang sekali berjalan-jalan di antara bangunan-bangunan tua ini, seakan memasuki lorong waktu. Bangunan ini kebanyakan berupa rumah-rumah berarsitektur Tionghoa, usianya ada yang seabad maupun dua abad. Luaaass sekali dan masih memegang teguh aturan tata ruangnya (sepertinya begitu, pasti sama letak-letak ruangannya). Maka dari itu, Lasem pun seringkali disebut "Little China Town-nya Jawa" (Tiongkok Kecil di Pulau Jawa).

Lainnya adapun bangunan berupa rumah ibadah, baik yang sudah cukup terlantar maupun yang masih apik terawat. Salah satunya Kelenteng Cu An Kiong yang usianya sudah lebih dari dua abad, setahu saya bangunan ini didirikan tahun 1477 M.Â
3. Cerita Sejarah yang tidak akan ada habisnya buat kita kagum
Sejarah panjang Lasem ini belum tuntas saya pelajari. Ringkasannya saya hanya tahu soal dulu dipimpin oleh Bhre Lasem (wanita) yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan pemerintahan ini bercorak Hindu, lalu datang anak buah Laksamana Cheng Ho, yakni Bi Nang Un dan Na Li Ni yang menetap di sini dan mengajari membatik dalam motif-motif China, selanjutnya bergulir waktu pun masuknya Islam di Lasem juga merupakan tempat asal Sunan Bonang.Â
Yang membuat saya kagum adalah keragaman perbedaan yang ada di Lasem berjalan sangat harmonis. Percampuran budaya ini pun berjalan berdampingan dengan anggunnya. Kata pemandu saya waktu itu, di sini sangat sedikit sekali terkena kerusuhan dari luar (maksudnya kerusuhan yang melibatkan orang-orang beretnis Tionghoa menjadi korban). Saya simpulkan betapa penduduk Lasem saling menjaga satu sama lain.Â
Lalu dari corak Hindu, Budha, dan Islam, di sini juga bisa ditemukan situs prasejarah. Lalu, adapun kearifan lokal yang masih terjaga di pedalaman (baru selintingan dengar, dan saya penasaran untuk meniliknya). Bagaimanapun Lasem salah satu tempat yang menyimpan 'harta tersembunyi' untuk dicari juga dinikmati. Saya pun sudah mulai perlahan dengar tentang kawasan pesisir utara Jawa lain yang menyimpan harta berbeda. Tapi menjadi prioritas saya yang utama untuk plesiran, blusukan ke Lasem lagi.Â
Menunggu masa itu dengan pelanggan yang satu per satu mendaftar untuk Blusukan ke Lasem bersama..Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI