Mohon tunggu...
Anna Maria
Anna Maria Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer | Teacher | Heritage Lover | Kebaya Indonesia

Love my life, my family, my friends, my country, my JESUS CHRIST

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Tahap Akhir untuk Teman-teman Perbankan (Kartu Kredit)

13 Agustus 2016   15:22 Diperbarui: 13 Agustus 2016   15:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anda tahu rasanya gak, kalau ibu Anda dimaki-maki? Mending kalau kami salah, maaf ya.. dalam hal ini kami benar. 

Saya berusaha mengambil bukti di salah satu toko (dari tanda bukti yang CS berikan saat saya dtg ke kantor pusat). Ya setidaknya masih ada satu bantuan, daripada bank lain yang tidak sama sekali memberikan bukti transaksi itu (hanya diperlihatkan doang). Jujur saja, saya meluangkan waktu saat itu, dan itu tidak mudah. Setelah dapat bukti yang menyatakan bukan saya pemakainya, saya dengan lega dan menelepon ke bank. Namun yang terjadi adalah, CS berkali-kali membacakan tagihan-tagihan ke saya, tanpa memberi kesempatan sama sekali untuk saya berbicara kepada kalian. Saya coba diam, dan mendengarkan ocehan di telepon, dan satu transaksi yang saya sebutkan tadi tidak disebutkan CS. Jadi, wajar jika saya menganggap kalian membiarkan masalah nasabah sendiri.  

---------

Maafkan saya jika saya sempat memaki kalian, juga mengutuk kalian. Tapi saya rasa itu semua percuma. Toh kalian tetap tidak mendengarkan. Saya berjuang untuk proses ini selama 4 tahun, dan yaa.. mengumpulkan waktu dan uang, juga mood krn cukup trauma, ke kantor kalian, pindah ke gedung ini lalu ke gedung itu. Saya mengadu telepon ke YKLI, saya juga kirim pesan lewat lapor.go.id, dan laporpresiden (sayangnya webnya error). Jawaban yang kalian berikan masih sama. 

Memang kalian tidak mendengarkan, kalian mencari posisi aman sendiri. Saya atau kami nasabah tahu bahwa kalian menyadari ada kesalahan di sini yang seharusnya nasabah tidak menjadi korban. Saya menyadari itu dari mata kalian saat berbicara dengan saya. saya paham jika kalian tidak bisa menolak perintah atau sistem, namun saya mendengar cerita salah satu korban seperti saya, dia bisa dibebaskan karena bantuan dari salah satu karyawan. Kesimpulannya adalah memang kembali ke nurani kalian. 

Saya juga akan tetap bertahan dgn keputusan saya pribadi bahwa saya di posisi BENAR, dan berusaha untuk tetap bisa lemah lembut kali ini kepada kalian, melawan ego saya, trauma saya (yang hanya lihat baju seragam bank pun langsung bergidik jijik). Kalian silahkan mencaci kami, kalian silahkan memperlakukan apa yang bisa kalian lakukan, meskipun kalian tahu itu salah. Tidak saya tidak akan khawatir, karena TUHAN melihat. Saya hanya memperjuangkan hak saya, juga kewajiban saya untuk tetep berlaku baik kepada Anda. Tuhan yang akan membalas, bukan saya. 

Saya hanya memberi peringatan dini kepada kalian. Perhatikan hal kecil, jika ingin membangun hal besar. Sekarang kalian merasa nyaman di suatu perusahaan raksasa, namun semua itu kembali kepada pribadi masing-masing. Bahkan perusahaan besar pun bisa mengalami kebangkrutan. Jadi, semua tergantung kalian saat ini. 

Terimakasih. Tuhan berkati. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun