Maaf saya baru nulis lagi kelanjutannya. Saya pun tak tahu siapa yang akan membaca dan mengikuti. Tapi untuk menulis tentang masalah kartu kredit ini, sungguh saya harus mengumpulkan mood. Mood melawan segala emosi di dalam diri.Â
Jadi, setiap saya akan menulis pun saya harus kembali memikirkan apa motivasi saya.Â
Untuk teman-teman di perbankan. Saya tidak bermaksud menjelekan kalian, jika pun kalian merasa dijelekan, silahkan lihat kaca siapa tahu benar ada yg salah dan perlu diperbaiki. Saya bertahan di posisi benar, bukan semata-mata ini tentang saya saja, saya semakin diteguhkan ketika melihat beberapa kasus serupa dan kalian dengan sengaja membiarkannya. Ada banyak nasabah lain seperti saya yang terus terang merasa dijebak, dan tidak berdaya, serta ditekan.Â
Kami melapor kepada bank bukan untuk berbohong, kami kebingungan, dan sekaligus memberitahu bank, bahwa sistem produk bank yang ini belum baik/belum layak kami pakai. Saya berharap bertahannya saya di posisi ini untuk membantu kalian perbaiki kualitas.
Berikut ini komplain saya tentang buruknya pelayanan kalian. Hanya, tolong dengarkan nurani kalian.Â
1. Tidak semua nasabah paham kartu kredit. Berikan kami informasi dan edukasi yang benar.Â
a) Â Â Teman, jangan berikan kami informasi yang hanya menggiurkan namun sesat.Â
- Marketing yang kalian tempatkan di berbagai tempat itu, benarkah itu sudah efektif untuk bank dan nasabah? Atau lebihnya kalian hanya mengejar target tanpa bekal pengetahuan kepada nasabah, dan ketika bermasalah, kalian tetap mengambil itu sebagai keuntungan? Tolong  riset kami, perhatikan kami, apakah kami benar bisa layak memakai produk kartu kredit kalian. Jadikan kami rekan, bukan objek.Â
 -  Tidak elok, teman. Sungguh tidak elok ketika saya datang mengadu kepada kalian, kalian bilang: "saya saja yang pegawai ini gak mau pakai kartu kredit, karena sangat "jahat" dan tidak menguntungkan.." Dimana tanggung jawab kalian? Kan pihak kalian yang menawarkan.
Satu kartu saya dapat dari marketing yang datang ke kantor dan membujuk, satu kartu saya dapat dari penawaran hadiah. Jika itu tahu sulit didapat dengan meng-apply, jika tahu itu produk banyk masalah, kenapa kalian hadiahkan kepada nasabah?
  - Berikan kami informasi penting dan yang tidak membingungkan. Dari satu bank, saya tidak pernah diinfo apa-apa tentang jasa yang disediakan Bank Indonesia. Ketika saya menanyakan tentang Bank Indonesia, kalian bilang saya sudah terlambat, percuma karena nanti toh tetap akan dibebankan ke nasabah. Benarkah? Mengapa kalian tidak hantar kami, beri kami bantuan, kami tidak tahu apa-apa. Bukan hanya saya saja yang tidak tahu, tetapi banyak nasabah lain yang tidak tahu fasilitas mediasi yang disediakan Bank Indonesia untuk masalah sistem pembayaran dan fraud seperti ini.Â
 - Saya pun mengirimkan pengaduan ini melalui email dan melalui cabang terdekat. Semua itu adalah opsi dan saran dari kalian setelah saya langsung memblokir kartu saya. Ketika permasalahan saya lama sekali prosesnya, dan berakhir caci maki dari kalian karena dibilang saya mangkir, dan tidak bekerjasama dengan kalian, kalian pun lagi-lagi berkelit: "kalau mau cepat diproses langsung ke kantor pusatnya mbak, jangan ke cabang, mereka gak tau apa-apa".. Saya hanya terdiam dan sangat bingung dengan pernyataan kalian.Â
b.) Berikan kami detail informasi mengenai produk dan layanan yang bisa dipertimbangkan dengan bijak. Tanpa merugikan kalian dan juga nasabah.Â
Informasi detail dan sepele. Seperti halnya bunga. Terus terang saya tidak paham tentang bunga. Untung saja saya tidak jadi mengambil cash dari kartu kredit, krn ada saudara yang menjelaskan. Benarkah, semua pemakai kartu kredit paham tentang ini?
2. Perbaiki sistem keamanan kartu kredit, jangan curigai nasabah berlebihan.Â
  Awalnya saya mempunyai kartu kredit, saya hanya tahu bahwa kartu kredit perlu memakai PIN. Namun ternyata ada yang tanda tangan. Saya kira pun yang pakai tanda tangan itu tergantung mesin EDC dan bukan dari bank penerbit kartu. Seorang teman dan saudara membagikan pengalaman bahwa tanda tangan itu aman karena melalui proses pengecekan yang ketat: harus sama, jika tidak sama maka akan dihubungi pihak bank. Saudara saya pun bilang, ada notification masuk ke ponsel. Â
Yang saya alami tidak seperti teman maupun saudara saya, tidak ada notifikasi bentuk apapun ke saya. Katanya saya harus mendaftarkan dulu, tetapi kok saya tidak diinfokan? Kan kalian tahu nomor saya, mengapa tidak menjadi program kalian secara otomatis ketika kartu sudah sampai?
CS memberikan bukti transaksi dengan tanda tangan berbeda  dengan tanda tangan saya, namun kalian berkelit: " merchant yang bertanggung jawab, suka ada merchant nakal yang tidak mengecek.." Lho, kalian adalah pagar terakhir dan terpenting jika terjadi apa-apa dengan kartu dan data saya.Â
Sewaktu saya sudah memblokir, dan mengirimkan sanggahan. CS menelepon saya bahwa sanggahan ditolak, surat belum ada yang sampai. Bahkan tidak ada yang sampai. CS tersebut juga menginfokan jika ada transaksi yang ditolak (artinya ada yang memakai atas nama kartu saya), setelah saya blokir. Itupun setelah CS saya beritahu bahwa saya tidak pernah sekalipun memakai kartu tersebut, meskipun masih ada pada saya. Bagaimana itu bisa terjadi, kartu terblokir di saya dan ada transaksi?
3. Bank adalah rekan nasabah, begitu sebaliknya. Jangan anggap kami musuh kalian, berlakulah profesional. Berlakulah seperti manusia punya nurani, kalian berhadapan juga dengan manusia (setidaknya kami makhluk hidup, jika kalian tetap menganggap kami rendah)
 Teman, mengapa kalian anggap bahwa saya tidak mau bekerjasama dengan kalian? Padahal prosedur sudah saya lakukan. Ada alasan mengapa saya belum bisa segera ke kantor pusat, karena keterbatasan biaya, juga waktu. Bukankah opsi yang kalian berikan juga bisa?Â
Kalian memaksa saya, untuk mengecek ke tokonya sendiri. Bagaimana saya tahu tokonya, karena saya tidak bertransaksi dengan kartu kalian, nama toko dan alamat tidak tertera pada tagihan yang dikirimkan ke saya. Kalian kan yang memegang semua data itu. Namun, kalian malah juga memarahi mama saya yang menerima telepon, bahwa: ibu bantu anaknya donk cek sendiri ke toko!! Kasih bukti klo memang tidak pakai.." Lalu mama saya menjawab: "anak saya tidak pakai, bagaimana kami tahu alamatnya. Bagaimana kalau kalian bantu kami untuk cari sama-sama, ditunggu kapan.." Terdengar caci maki di telepon.Â
Anda tahu rasanya gak, kalau ibu Anda dimaki-maki? Mending kalau kami salah, maaf ya.. dalam hal ini kami benar.Â
Saya berusaha mengambil bukti di salah satu toko (dari tanda bukti yang CS berikan saat saya dtg ke kantor pusat). Ya setidaknya masih ada satu bantuan, daripada bank lain yang tidak sama sekali memberikan bukti transaksi itu (hanya diperlihatkan doang). Jujur saja, saya meluangkan waktu saat itu, dan itu tidak mudah. Setelah dapat bukti yang menyatakan bukan saya pemakainya, saya dengan lega dan menelepon ke bank. Namun yang terjadi adalah, CS berkali-kali membacakan tagihan-tagihan ke saya, tanpa memberi kesempatan sama sekali untuk saya berbicara kepada kalian. Saya coba diam, dan mendengarkan ocehan di telepon, dan satu transaksi yang saya sebutkan tadi tidak disebutkan CS. Jadi, wajar jika saya menganggap kalian membiarkan masalah nasabah sendiri. Â
---------
Maafkan saya jika saya sempat memaki kalian, juga mengutuk kalian. Tapi saya rasa itu semua percuma. Toh kalian tetap tidak mendengarkan. Saya berjuang untuk proses ini selama 4 tahun, dan yaa.. mengumpulkan waktu dan uang, juga mood krn cukup trauma, ke kantor kalian, pindah ke gedung ini lalu ke gedung itu. Saya mengadu telepon ke YKLI, saya juga kirim pesan lewat lapor.go.id, dan laporpresiden (sayangnya webnya error). Jawaban yang kalian berikan masih sama.Â
Memang kalian tidak mendengarkan, kalian mencari posisi aman sendiri. Saya atau kami nasabah tahu bahwa kalian menyadari ada kesalahan di sini yang seharusnya nasabah tidak menjadi korban. Saya menyadari itu dari mata kalian saat berbicara dengan saya. saya paham jika kalian tidak bisa menolak perintah atau sistem, namun saya mendengar cerita salah satu korban seperti saya, dia bisa dibebaskan karena bantuan dari salah satu karyawan. Kesimpulannya adalah memang kembali ke nurani kalian.Â
Saya juga akan tetap bertahan dgn keputusan saya pribadi bahwa saya di posisi BENAR, dan berusaha untuk tetap bisa lemah lembut kali ini kepada kalian, melawan ego saya, trauma saya (yang hanya lihat baju seragam bank pun langsung bergidik jijik). Kalian silahkan mencaci kami, kalian silahkan memperlakukan apa yang bisa kalian lakukan, meskipun kalian tahu itu salah. Tidak saya tidak akan khawatir, karena TUHAN melihat. Saya hanya memperjuangkan hak saya, juga kewajiban saya untuk tetep berlaku baik kepada Anda. Tuhan yang akan membalas, bukan saya.Â
Saya hanya memberi peringatan dini kepada kalian. Perhatikan hal kecil, jika ingin membangun hal besar. Sekarang kalian merasa nyaman di suatu perusahaan raksasa, namun semua itu kembali kepada pribadi masing-masing. Bahkan perusahaan besar pun bisa mengalami kebangkrutan. Jadi, semua tergantung kalian saat ini.Â
Terimakasih. Tuhan berkati.Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI