Mohon tunggu...
Anna Maria
Anna Maria Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer | Teacher | Heritage Lover | Kebaya Indonesia

Love my life, my family, my friends, my country, my JESUS CHRIST

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuangan Tahap Akhir untuk Teman-teman Perbankan (Kartu Kredit)

13 Agustus 2016   15:22 Diperbarui: 13 Agustus 2016   15:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

  - Saya pun mengirimkan pengaduan ini melalui email dan melalui cabang terdekat. Semua itu adalah opsi dan saran dari kalian setelah saya langsung memblokir kartu saya. Ketika permasalahan saya lama sekali prosesnya, dan berakhir caci maki dari kalian karena dibilang saya mangkir, dan tidak bekerjasama dengan kalian, kalian pun lagi-lagi berkelit: "kalau mau cepat diproses langsung ke kantor pusatnya mbak, jangan ke cabang, mereka gak tau apa-apa".. Saya hanya terdiam dan sangat bingung dengan pernyataan kalian. 

b.) Berikan kami detail informasi mengenai produk dan layanan yang bisa dipertimbangkan dengan bijak. Tanpa merugikan kalian dan juga nasabah. 

Informasi detail dan sepele. Seperti halnya bunga. Terus terang saya tidak paham tentang bunga. Untung saja saya tidak jadi mengambil cash dari kartu kredit, krn ada saudara yang menjelaskan. Benarkah, semua pemakai kartu kredit paham tentang ini?

2. Perbaiki sistem keamanan kartu kredit, jangan curigai nasabah berlebihan. 

   Awalnya saya mempunyai kartu kredit, saya hanya tahu bahwa kartu kredit perlu memakai PIN. Namun ternyata ada yang tanda tangan. Saya kira pun yang pakai tanda tangan itu tergantung mesin EDC dan bukan dari bank penerbit kartu. Seorang teman dan saudara membagikan pengalaman bahwa tanda tangan itu aman karena melalui proses pengecekan yang ketat: harus sama, jika tidak sama maka akan dihubungi pihak bank. Saudara saya pun bilang, ada notification masuk ke ponsel.  

Yang saya alami tidak seperti teman maupun saudara saya, tidak ada notifikasi bentuk apapun ke saya. Katanya saya harus mendaftarkan dulu, tetapi kok saya tidak diinfokan? Kan kalian tahu nomor saya, mengapa tidak menjadi program kalian secara otomatis ketika kartu sudah sampai?

CS memberikan bukti transaksi dengan tanda tangan berbeda  dengan tanda tangan saya, namun kalian berkelit: " merchant yang bertanggung jawab, suka ada merchant nakal yang tidak mengecek.." Lho, kalian adalah pagar terakhir dan terpenting jika terjadi apa-apa dengan kartu dan data saya. 

Sewaktu saya sudah memblokir, dan mengirimkan sanggahan. CS menelepon saya bahwa sanggahan ditolak, surat belum ada yang sampai. Bahkan tidak ada yang sampai. CS tersebut juga menginfokan jika ada transaksi yang ditolak (artinya ada yang memakai atas nama kartu saya), setelah saya blokir. Itupun setelah CS saya beritahu bahwa saya tidak pernah sekalipun memakai kartu tersebut, meskipun masih ada pada saya. Bagaimana itu bisa terjadi, kartu terblokir di saya dan ada transaksi?

3. Bank adalah rekan nasabah, begitu sebaliknya. Jangan anggap kami musuh kalian, berlakulah profesional. Berlakulah seperti manusia punya nurani, kalian berhadapan juga dengan manusia (setidaknya kami makhluk hidup, jika kalian tetap menganggap kami rendah)

 Teman, mengapa kalian anggap bahwa saya tidak mau bekerjasama dengan kalian? Padahal prosedur sudah saya lakukan. Ada alasan mengapa saya belum bisa segera ke kantor pusat, karena keterbatasan biaya, juga waktu. Bukankah opsi yang kalian berikan juga bisa? 

Kalian memaksa saya, untuk mengecek ke tokonya sendiri. Bagaimana saya tahu tokonya, karena saya tidak bertransaksi dengan kartu kalian, nama toko dan alamat tidak tertera pada tagihan yang dikirimkan ke saya. Kalian kan yang memegang semua data itu. Namun, kalian malah juga memarahi mama saya yang menerima telepon, bahwa: ibu bantu anaknya donk cek sendiri ke toko!! Kasih bukti klo memang tidak pakai.." Lalu mama saya menjawab: "anak saya tidak pakai, bagaimana kami tahu alamatnya. Bagaimana kalau kalian bantu kami untuk cari sama-sama, ditunggu kapan.." Terdengar caci maki di telepon. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun