Melatih fokus adalah tantangan terbesar saya. Saya akui, sejak kecil saya kesulitan merasa fokus. Keinginan saya melebar, dan tidak sabar. Entah orang bisa melihat saya adalah orang yang sabar, tetapi dalam hal lain bisa jadi tidak. Saya bukan terbiasa multitasking, tetapi saya ingin bisa multitasking dan semua harus beres.
Saya pun tidak fokus karena sebenarnya di dalam pikiran saya, jika boleh saya ceritakan ini banyak suara, banyak orang punya pendapat dan saya tahu itulah saya sendiri. Saya pernah memisahkan mereka menjadi satu karakter berbeda, bikin cerita dan efeknya tidak baik. Saya kesulitan jujur terhadap diri saya dengan apa yang saya alami. Karena mereka, suara di pikiran saya saling menyalahkan.Â
Pengalihan di sini tentu bukan untuk membagi-bagi suara-suara, tetapi untuk menenangkan. Khususnya untuk menerima diri.Â
Ketiga? Cukuplah kedua yang di atas itu. Karena yang ketiga mengulang dan mengulang tahapan-tahapan sampai masalah saya selesai. Sampai saya pun tahu tahapan mana lagi yang sudah saya analisa dan ini bisa diperbaiki. Jangan bertanya berapa lama, itu akan membuat saya tertekan. Tanya saja, apa saya baik-baik saja, apakah sanggup hari besok dilalui? Melaluinya pun saya harus memecah rinci setiap langkah.Â
Apapun itu, saya harus kembali memusatkan perhatian kepadaNya.Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H