Mohon tunggu...
Michelia oktafiana suryani
Michelia oktafiana suryani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa/pelajar

hobi saya memancing dan jalan jalan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengaruh Asuhan Keperawatan Terhadap Penderita Hipertensi Pada Lansia

10 Juli 2024   09:52 Diperbarui: 10 Juli 2024   09:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
asuhan keperawatan berupa pemeriksaan fisik/dokpri

Tim KKN Tematik II UNIKAL

kkndesakaligawe24@gmail.com

ABSTRAK:

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg.  Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. 

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penderita hipertensi pada lansia yang terjadi di Desa Kaligawe, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan. Metode pengumpulan data dilakukan secara sekunder. Penderita hipertensi di desa kaligawe cukup tinggi terutama penderita usia lanjut atau lansia, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pola hidup yang tidak sehat.

Kata kunci: Asuhan keperawatan, Hipertensi, Lansia

PENDAHULUAN

Lansia merupakan mereka yang berusia diatas 60 tahun. Pada usia ini seseorang akan mengalami proses degeneratif, sehingga sebagian besar dari lansia mengalami masalah kesehatan. Berkurangnya elastisitas pada pembuluh darah dan penurunan fungsi kardiovaskular yang mengakibatkan lansia mengalami rentan hipertensi.

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Suwarsa, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi hipertensi di dunia sebesar 26.4% atau 972 juta orang terkena penyakit hipertensi, angka ini mengalami peningkatan di tahun 2021 menjadi 29,2%. WHO (2018) memperkirakan terdapat 9,4 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat dari komplikasi hipertensi. 

Di negara maju ditemukan kasus hipertensi sebanyak 333 juta dari 972 juta penderita hipertensi dan 639 juta lainnya ditemukan di negara berkembang termasuk di negara Indonesia. Hipertensi dapat berkontribusi sebagai penyebab kematian ketiga sesudah stroke dan tuberkulosis sebesar 6,8% dari populasi kematian pada semua kategori umur di Indonesia. Persentase kematian akibat stroke sendiri sebesar 15,4% dan penyakit tuberkulosis sebesar 7,5%.

Riskesdas (2018) menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥ 18 tahun, estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.602 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian (Riskesdas, 2018).

Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah mencapai 37,57%. Sementara itu, prevalensi hipertensi pada perempuan sebanyak 40,17% lebih tinggi daripada laki-laki sebanyak 34,83%. Prevalensi hipertensi di wilayah perkotaan sebanyak 38.11% sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan perdesaan sebanyak 37,01%

Menurut Dinas Kesehatan Kota Pekalongan penyakit hipertensi mengalami peningkatakan kasus pertahunnya. Prevalensi klien hipertensi di Pekalongan pada tahun 2019 sebanyak 18.966 kasus dan jumlah kasus baru hipertensi pada tahun 2020 sebanyak 28.688 kasus. 

Dengan demikian, hipertensi bisa berdampak buruk pada bidang ekonomi seperti hilangnya pendapatan rumah tangga jika seseorang mengalami kesakitan atau kecacatan. Laju perekonomian Indonesia ikut terancam jika pada usia produktif terserang hipertensi dikarenakan dapat berpengaruh  terhadap pembangunan nasional (Ariyani, 2020).

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistik dan berdasarkan pada kebutuhan objek klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Hal yang sangat penting dalam proses asuhan keperawatan yaitu pendokumentasian (Mangole, dkk 2017).

Peningkatan hipertensi ini terjadi karena adanya perubahan pola dan gaya hidup modern yang lebih menyukai semua dalam bentuk instan sehingga menyebabkan sedentary lifestyle. Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan adanya perbaikan dan peningkatan gaya hidup sehat supaya dapat menekankan penurunan kasus hipertensi.

METODE

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat penderita hipertensi pada lansia yang terjadi di Desa Kaligawe, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan. Menurut Sugiyono (2022), metode pengumpulan data dilakukan secara sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pemanfatan data yang telah dikumpulkan oleh orang lain. Metode ini dapat dilakukan dengan cara studi pustaka, dengan mempelajari literatur yang berkaitan pada topik pembahasan.

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari data rekam medis Puskesmas Karangdadap, Kabupaten Pekalongan. Dalam penelitian ini, populasi berjumlah 25 responden yang tercatat di dalam data rekam medis Puskesmas Karangdadap dari bulan Juni-Juli 2024. 

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling sebanyak 25 responden. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, status merokok, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi gula berlebih, konsumsi garam berlebih, konsumsi lemak berlebih, serta konsumsi buah dan sayur sedangkan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Karangdadap, Kabupaten Pekalongan.

Pembahasan

Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistik dan berdasarkan kebutuhan objektif. Asuhan keperawatan dibagi menjadi 2 yaitu farmakologi dan non-farmakologi.

Asuhan keperawatan secara farmakologi merupakan asuhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan seperti perawat menggunakan obat obatan atau tindakan medis lainnya. Peran perawat dalam pemberian obat memiliki tingkat kesalahan pengobatan lebih tinggi dibandingkan profesional kesehatan lainnya (Alomari, et al., 2018). Sehingga penting bagi perawat untuk memahami perannya dalam menjamin keamanan pemberian obat kepada pasien. (Lalujan and Musharyanti, 2021).

ETIOLOGI

Penyebab hipertensi pada lanjut usia dikarenakan terjadinya perubahan- perubahan pada; elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun ikut menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigen, meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Brunner & Suddarth, 2000).

Meskipun hipertensi primer belum diketahui pasti penyebabnya, namun beberapa data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi, yaitu: 1) Faktor Keturunan: Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi. Faktor genetik tampaknya bersifat mulifaktorial akibat defek pada beberapa gen yang berperan pada pengaturan tekanan darah. 2) Ciri Perseorangan: Usia; penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah anda saat muda akan sama ketika anda bertambah tua. Namun anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal. Jenis kelamin; laki - laki lebih mudah terkena hipertensi dari pada perempuan. Ras; ras kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi daripada ras kulit putih. 3) Kebiasaan Hidup: Konsumsi garam tinggi (lebih dari 30 gram); garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam. 

Makan berlebihan (kegemukan); orang yang memiliki berat badan di atas 30 persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah.

Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat. Stres; stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi. Merokok; merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. 

Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit- penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah. Alkohol; konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi. 

Minum obat - obatan (aphidrine, prednison, epinefrin). Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah; lesi pada arteri renalis, displasia fibrovaskular, kerusakan ginjal/kelainan ginjal, kelainan endokrin, kerusakan saraf, sleep-apnea, drug - induced atau drug-related hypertension, penyakit ginjal kronik, aldosteronisme primer, penyakit renovaskular, terapi steroid jangka lama dan sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, dan penyakit thyroid atau parathyroid (Brunner & Suddarth, 2000).

PATOFISIOLOGI

Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (2000) menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat pada, mekanisme yang mengatur atau mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasonator. Pada medula otak, dari pusat vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. 

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi. 

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut. Pada saat yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. 

Hal ini mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin. 

Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume intra vaskular. 

Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya hipertensi. Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan fungsional sistem pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah usia lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah.

Akibatnya akan mengurangi kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun ikut menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat (Darmojo & Hadimartono, 1999).

MANIFESTASI KLINIS

Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi: 1) Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa. 2) Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan. 

Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Menurut Rokhlaeni (2001), manifestasi klinis pasien hipertensi diantaranya: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, gelisah, mual dan muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Gejala lainnya yang sering ditemukan: marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. 2) CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. 3) EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. 4) IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal. 5) Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung (Sobel, et al, 1999).

PENATAPELAKSANAAN MEDIS

Tujuan terapi antihipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular dan ginjal. Karena sebagian besar pasien dengan hipertensi, terutama yang berumur sedikitnya 50 tahun, mendapatkan tekanan darah diastolik yang normal bila tekanan sisitolik normal dapat diwujudkan, maka tujuan utama terapi hipertensi adalah mempertahankan tekanan sistolik dalam batas normal. Mempertahankan tekanan darah sistolik dan diastolik kurang dari 140/90 mmHg berhubungan dengan menurunnya komplikasi penyakit kardiovaskular. Pada pasien dengan hipertensi yang disertai diabetes dan penyakit ginjal, target tekanan darahnya adalah 130/80 mmHg. Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999), yaitu: 1) Penatalaksanaan Non Farmakologis: adopsis gaya hidup sehat oleh semua individu penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian yang tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan terapi non-farmakologis dalam menangani hipertensi pada lansia, terutama bagi mereka dengan peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan pada lansia. Beberapa cara berikut membantu menurunkan tekanan darah pada lansia: mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi intake garam pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Cara lain yang secara independen mengurangi resiko penyakit arteri terutama adalah berhenti merokok. Pada pasien dengan hipertensi ringan sampai sedang (tekanan diastolik 90-105 mmHg dan atau sistolik 160-180mmHg) terapi nonfarmakologi dapat dicoba selama 3 sampai 6 bulan sebelum mempertimbangkan pemberian terapi farmakologis. Pada hipertensi berat, perubahan gaya hidup dan terapi farmakologi harus dijalani secara bersama-sama. Pola makan makanan tinggi kalium dan kalsium serta rendah natrium juga merupakan metode terapi nonfarmakologis pada lansia penderita hipertensi ringan. 2) Penatalaksanaan Farmakologis: secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu: mempunyai efektivitas yang tinggi, mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal, memungkinkan penggunaan obat secara oral, tidak menimbulkan intoleransi, harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien, dan memungkinkan penggunaan jangka panjang. Saat ini, pemberian terapi farmakologis menunjukkan penurunan morbiditas dan mortalitas pada lansia penderita hipertensi. Berdasarkan penelitian terbaru pada obat- obat antihipertensi yang tersedia sekarang ini angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin-receptor blocker (ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe Tiazid, beta-blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit hipertensi. Diuretik tiazid merupakan terapi dasar antihipertensi pada sebagian besar penelitian. Pada penelitian-penelitian tersebut, termasuk Antihypertensive And Lipid Lowering Treatment To Prevent Heart Attack Trial, diuretik lebih baik dalam mencegah komplikasi kardiovaskular akibat penyakit hipertensi. Pengecualian datang dari Australian National Blood Pressure Trial, yang melaporkan hasil yang sedikit lebih baik pada pria kulit putih yang memulai terapi hipertensi dengan ACE inhibitor dari pada mereka yang memulai dengan diuretik. Diuretik menambah keampuhan obat-obat hipertensi, berguna untuk mengontrol tekanan darah dan lebih terjangkau dari pada obat-obat antihipertensi lain.

Pemberian obat anti-hipertensi/dokpri
Pemberian obat anti-hipertensi/dokpri

Diuretik seharusnya dipakai sebagai pengobatan awal terapi hipertensi untuk semua pasien, baik secara sendiri maupun kombinasi dengan 1 dari golongan obat antihipertensi lain (ACE inhibitor, ARBs, β-Blocker, CCB), karena memberikan manfaat pada beberapa penelitian. Namun jika obat ini tidak ditoleransi secara baik atau merupakan kontraindikasi, sedangkan obat dari golongan lain tidak, maka pemberian obat dari golongan lain tersebut harus dilakukan. Sebagian besar pasien hipertensi memerlukan dua atau lebih obat-obat antihipertensi lain untuk mencapai target tekanan darah yang diingini. Tambahan obat kedua dari golongan lain seharusnya dimulai jika penggunaan obat tunggal pada dosis yang adekuat gagal mencapai target tekanan darah yang diingini. Bila tekanan darah di atas 20/10 mmHg dari target, pertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat, baik pada sebagai resep yang terpisah maupun pada dosis kombinasi tetap. Pemberian obat antihipertensi dengan dua obat dapat mencapai target tekanan darah yang diingini dalam waktu yang singkat, namun mesti diperhatikan adanya hipotensi ortostatik, seperti pada pasien diabetes mellitus, disfungsi otonom, dan beberapa kelompok usia tua.

KOMPLIKASI

Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan per organ sistem, dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu antara lain Jantung; infark miokard, angina pectoris, gagal jantung kongestif. Sistem Saraf Pusat; stroke, hipertensive encephalopathy. Ginjal; penyakit ginjal kronik. Mata; hipertensive retinopathy. pembuluh darah perifer; peripheral vascular disease (Anonim, 2009).

ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Hidayat (2009) asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi meliputi: Pengkajian: 1) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan, riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan. 2) Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea. 3) Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda. 4) Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan). Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. 5) Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu). 6) Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir - akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik. Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria. 7) Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis). Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan kekuatan genggaman tangan. 8) Nyeri/ketidaknyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit kepala. 9) Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda: distres pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan. (krakties/mengi), sianosis. 10) Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.

asuhan keperawatan berupa pemeriksaan fisik/dokpri
asuhan keperawatan berupa pemeriksaan fisik/dokpri

Diagnosa. 1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular. 2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2. 3) Gangguan rasa nyaman: nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral. 4) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi (Doengoes, 2000).

Simpulan

            Diketahui bahwa penderita hipertensi di desa kaligawe cukup tinggi terutama penderita usia lanjut atau lansia, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pola hidup yang tidak sehat.

Daftar Pustaka

Alomari, A. et al. 2018 ‘Pedriatric Nurses’ Perceptions of Medication Safety and Medication Error: A Mixed Methods Study

Anonim. (September 2009). Penderita Hipertensi Rawan Lupa. Diakses pada tanggal 18 September 2010

Ariyani, A. R. 2020. Kejadian Hipertensi pada Usia 45-65 Tahun. HIGEIA (Journal Of Public Health Research And Development), 4(3), 506–518.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kota Pekalongan. 2020. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2019. Kota Pekalongan : Dinas Kesehatan Kota Pekalongan

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gunawan, Lany. 2016. Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Lalujan, F.C and Musharyanti, L. 2021 ‘ Factors Affecting the Role of Nurses in Medication Safety : a Literature Review’, jurnal keperawatan respati Yogyakarta

Mangole, E. J., S. Rompas dan A. Y. Ismanto. 2015. Hubungan perilaku perawat dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di cardiovascular and brain center RSUP prof. R.D. Kandou, (online), E-Journal Kperawatan (e-KP) Volume 3, No. 2.

R. Boedhi Darmojo, H. Hadimartono.  1999. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit

Riskesdas. 2018. Potret Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018.  Riskesdas RI. Jakarta.

Sobel, Barry J.  1999. Hipertensi: Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Penerbit Hipokrates.

Sugiyono. 2022. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Suwarsa. 2006. Kiat Sehat Bagi Lansia. Bandung: MQS Publishing.

WHO. 2018. A Global Brief on Hypertension (World Healthy Day)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun