Jenuh merupakan hal yang akrab kita dengar dalam pandemi seperti ini. Media kerap kali menyuarakan perintah untuk stay at home tetapi tetap saja ada orang-orang yang berkeluaran untuk sekedar nongkrong atau hangout dan membuat siapapun yang tetap di rumah menjadi geram.Â
Belum lagi semua orang merasakan hal yang sama sehingga mudah emosi dan bertengkar dalam sosial media. Melelahkan bukan? Rasanya ingin berhenti dari sosial media dan melakukan detox.
Meskipun kita cenderung tidak melakukan kegiatan fisik apapun selama stay at home, tidak dapat dipungkiri bahwa kita tetap merasa lelah. Terutama secara emosional.
Dikumpulkan dalam satu tempat dengan orang-orang yang itu-itu saja membuka peluang untuk bertengkar dengan keluarga, dan bagi yang terjebak dan harus stay at home sendirian pasti merasa begitu lelah karena merindukan interaksi antar manusia yang sesungguhnya, bukan melalui video call.
Beberapa minggu awal self quarantine kita pasti berpikiran bahwa semua akan berjalan dengan baik-baik saja dan bahwa ini hanya sementara. Tetapi setelah dua bulan menetap di rumah pasti sedikit demi sedikit kita mulai kehilangan minat kita untuk melakukan hal yang biasa dilakukan karena sudah benar-benar jenuh.
Seperti pada awalnya kita rutin menonton film atau serial tetapi setelah fasih bahasa korea atau spanyol karena terus menerus menonton drama Korea seperti "The World of the Married" dan series Spanyol seperti "Money Heist" kita kebingungan "mmmm apa lagi ya yang dapat ditonton sekarang?"
Kemudian kita akan berselancar di Youtube dan melihat video-video inspiratif contohnya seperti seseorang yang meng-cover sebuah lagu, dan ternyata lagunya enak tetapi kita tidak pernah mendengarnya kemudian secara tidak langsung kita menemukan lagu-lagu baru yang dapat kita nikmati dan memperlebar selera musik kita. Seperti pengalaman pribadi saya tidak pernah berpikir bahwa saya akan menyukai lagu lagu berbahasa tagalog.Â
Kasus lain yang dapat terjadi adalah mungkin saja ketika mencari lagu-lagu baru yang menarik untuk didengar, kita bersenandung dan kemudian terlintas di kepala bahwa "wow! Suara saya lumayan ya, ayo kita buat cover dari lagu ini!" dengan bantuan internet kita dapat dengan mudah mencari instrumental dan karaoke dari lagu yang ingin dinyanyikan dan boom! Kamu menjadi penyanyi dadakan.
Hal-hal tersebut di atas masih merupakan hal-hal awal yang mungkin terjadi. Tetapi setelah tiga bulan, mencari lagu baru, serial baru, film baru, dan mencoba menjadi penyanyi mungkin mulai membosankan.
Otakmu akan berkata "ayo! Kita cari sesuatu yang baru dan fresh!" lalu Youtube merupakan tempat terdekat dimana kita dapat mencari sesuatu yang baru untuk menyegarkan otak kita.
Tetapi pada tahap ini semua berubah sedikit demi sedikit. Kita akan mulai mempraktekkan apa yang kita lihat. Seperti pada suatu hari kamu melihat mukbang mac n cheese lalu tertarik untuk membuatnya sendiri karena cukup mudah dan ternyata lumayan enak jadi kamu memperluas kemampuan memasak kamu dan mengikuti trend membuat kue yang cukup sulit seperti fudgy brownies.
Tentu saja kita tidak ingin melewatkan tren cat rambut "egirl" dengan mewarnai hanya sedikit rambut yang telah dibelah dua di depan dengan warna warna mencolok seperti hot pink atau hijau neon, atau bahkan berpikir untuk merombak penampilan dengan memotong poni, mengecat rambut satu kepala dan mungkin membotakkannya.
Dengan asupan media sosial dengan timeline yang selalu berubah, kita juga dapat menemukan hobi baru yang dapat dijalani dan mungkin ditekuni seperti mencoba untuk menjahit, merajut, dan menyulam. Hal yang tidak pernah kamu bayangkan akan kamu lakukan sebelumnya.Â
Tidak terkecuali memasukkan "mesin jahit mini" ke dalam daftar barang barang yang akan kamu checkout setelah satu rangkaian skincare dan cat rambut meskipun keesokan harinya kamu harus berkutat di Youtube dengan mencari "cara membenarkan mesin jahit mini yang tidak mau menjahit" karena mesin yang kamu beli murah dan mudah rusak.
Secara tidak sadar kita menjadi orang berbeda dengan berbagai macam pengetahuan dalam pandemi ini. Bertengkar dengan anggota keluarga dan merusakkan berbagai barang elektronik memang memusingkan tetapi kita harus selalu mencoba untuk berpikiran positif dan maju.
Mencoba untuk tidak marah dengan keadaan tetapi mematuhi pemerintah untuk tetap dirumah saja dan menyelami diri sendiri, karena kita tidak akan pernah tahu bahwa setelah pandemi ini berakhir dan kita diizinkan untuk keluar dari rumah, kita menjadi seorang koki, penata rambut, penyanyi, produser film, fotografer, penjahit dan mungkin personal trainer untuk gym karena setiap hari melakukan olahraga untuk tubuh (sesuatu yang belum dapat saya lakukan).Â
Tetap semangat dan ayo berani coba yang baru!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H