Mohon tunggu...
Michelle Melanie Putri
Michelle Melanie Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Semoga Bermanfaat ^^

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tren Toxic Productivity di Kalangan Mahasiswa

15 Desember 2021   12:38 Diperbarui: 15 Desember 2021   13:08 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebagai seorang mahasiswa, menjadi produktif merupakan suatu hal yang baik agar dapat bertahan dalam dunia perkuliahan. Mungkin kita sering mendengar perkataan orang yang mengatakan bahwa saat menjadi mahasiswa waktu istirahat dan bermain kita akan berkurang karena banyaknya tugas. Selain tugas, banyak kegiatan lain seperti kegiatan organisasi atau kepanitiaan yang bertujuan untuk mengembangkan softskill mahasiswa. Kurangnya waktu istirahat dan semakin padatnya jadwal dapat berdampak pada kesehatan mahasiswa.

Kemajuan teknologi dan informasi yang pesat juga berpengaruh pada hal ini. Di masa dewasa ini, seseorang dapat dengan mudah mengakses sosial media untuk mendapatkan informasi, menghibur diri, atau melihat kegiatan yang dilakukan orang lain. Banyaknya hal yang bisa dilihat di media sosial terkadang membuat insecure. 

Abraham Maslow berpendapat bahwa insecure adalah suatu keadaan dimana seseorang yang merasa tidak aman, menganggap dunia sebagai sebuah hutan yang mengancam dan kebanyakan manusia berbahaya dan egois. Perasaan insecure ini dapat muncul saat seseorang melihat orang lain yang mungkin lebih pintar, lebih tekun dan akhirnya dirinya tidak merasa bersyukur atas apa yang dimiliki dan apa yang telah dicapainya.

Seorang psikolog klinis bernama Melanie Greenberg, Ph.D. mengatakan bahwa ada 3 penyebab umum seseorang merasa insecure, yaitu, insecure dapat terjadi saat seseorang mengalami kegagalan atau penolakan yang akhirnya menyebabkan penurunan self-esteem pada dirinya sendiri. 

Penolakan dan kegagalan seperti mendapat nilai yang lebih jelek daripada teman sekelas padahal sudah belajar dengan sangat keras atau gagal lulus ujian masuk perguruan tinggi disaat teman-teman yang lain berhasil lulus.

Insecure juga dapat terjadi karena mendapat kritik dari lingkungan sekitarnya. Contohnya, ketika seseorang mengupload konten bernyanyi atau make-up ke media sosial dengan percaya diri karena menurutnya hal tersebut bagus. Namun, karena tidak ada kesiapan, ia merasa cemas karena mungkin beberapa orang mengkritik suaranya atau gaya make-up. Hal ini menimbulkan kecemasan sosial yang akhirnya membuat seseorang menarik diri dari lingkungan sosial.

Seseorang yang memiliki sifat perfeksionis juga dapat memunculkan rasa insecure pada dirinya sendiri. Merasa semua harus berjalan sesuai rencana atau tidak ingin ada kegagalan dapat membuat seseorang menjadi tidak siap saat semuanya tidak sesuai ekspektasi. Mereka mungkin tidak mempersiapkan diri saat terjadi hal buruk atau kegagalan pada rencana atau ekspektasi yang terlalu tinggi.

Insecure juga dapat muncul saat kita membandingkan diri dengan orang lain. Berbagai konten media sosial membuat kita dapat mengenal berbagai jenis individu dengan status berbeda seperti pendidikan, status sosial, dan lain-lain. Secara tidak sadar, kita akan membandingkan diri dengan orang tersebut. Apakah kita lebih atau kurang dari orang tersebut. 

Dalam psikologi, perilaku ini dijelaskan dalam Teori Perbandingan Sosial (Social Comparison Theory) yang dikemukakan pertama kali oleh Leon Festinger.

Membandingkan diri dengan orang lain dapat memiliki dampak positif karena individu dapat melihat dan mengevaluasi kekurangan yang dimiliki agar dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya. 

Namun, jika individu membandingkan diri terus-menerus, yang akhirnya memunculkan perasaan insecure dan selalu merasa kurang serta menjadi kurang bersyukur, ia mungkin akan mendorong dirinya untuk bekerja keras agar dapat menjadi lebih dari individu lain.

Tanpa mengenal batas, seseorang akan terus memaksa dirinya hingga kurangnya waktu istirahat. Misalnya, jika melihat di sosial media sekarang, banyak mahasiswa yang berambisi untuk mengejar banyak peluang yang ada untuk meningkatkan kualitas dirinya. Mengikuti berbagai organisasi, kepanitiaan, dan lainnya.

Membandingkan diri dengan orang lain dapat memiliki dampak positif karena individu dapat melihat dan mengevaluasi kekurangan yang dimiliki agar dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya. 

Namun, jika individu membandingkan diri terus-menerus, yang akhirnya memunculkan perasaan insecure dan selalu merasa kurang serta menjadi kurang bersyukur, ia mungkin akan mendorong dirinya untuk bekerja keras agar dapat menjadi lebih dari individu lain tanpa berhenti hingga berhasil.

Menurut seorang psikolog klinis asal Selandia Baru, Dr. Julie Smith, Toxic Productivity merupakan obsesi dalam mengembangkan diri dan bekerja yang diikuti oleh perasaan bersalah dan merasa tidak cukup dalam menyelesaikan pekerjaan seberapapun banyaknya pekerjaan yang sebenarnya telah diselesaikan.

Toxic Productivity merupakan hal yang harus dihindari untuk tetap menjaga kesehatan mental. Seseorang dapat menghindarinya dengan beberapa cara seperti menerapkan Mindfulness dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum mindfulness dapat dikembangkan dan diterapkan, Individu perlu belajar menerima dirinya terlebih dahulu.

Menurut Garner (2009), penerimaan diri merupakan kemampuan seseorang untuk memiliki pandangan positif tentang siapa dirinya. Seseorang pasti memiliki kekurangan dan terkadang individu terlalu fokus untuk lari atau memperbaiki kekurangan dirinya tanpa melihat bahwa terdapat kelebihan lain yang telah dimiliki. 

Selain itu, individu perlu melatih pemikiran yang positif atas masalah-masalah yang sedang dihadapi. Dengan memiliki pemikiran positif, individu dapat lebih tenang dalam menghadapi dan mencari jalan keluar atas masalahnya. Setelah individu dapat menerima diri, dapat diterapkan Mindfulness dalam kehidupan sehari-hari.

Mindfulness pada dasarnya berarti memperhatikan dengan keterbukaan, keingintahuan, dan fleksibilitas. Mengembangkan Mindfulness dapat membuat seseorang mengenali apa yang dirinya butuhkan dan inginkan. Dengan begitu kemampuan berpikir secara logis dapat meningkat dan dapat menghindari individu terjebak dalam Toxic Productivity.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun