Mohon tunggu...
Michelle Mabelea Rieupassa
Michelle Mabelea Rieupassa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Menulis artikel mengenai dunia jurnalisme.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Fenomena Ice Bucket Challenge: Mengungkap Strategi Komunikasi yang Mendorong Partisipasi Global

16 Oktober 2024   22:30 Diperbarui: 16 Oktober 2024   22:42 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kampanye media sosial yang sangat menarik dan persuasif adalah kampanye "Ice Bucket Challenge" yang viral pada tahun 2014. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan dana untuk penelitian penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis). Dalam analisis ini, kita akan melihat bagaimana pesan tersebut menggunakan elemen-elemen retorika dan dialektika serta mengevaluasi efektivitas teknik tersebut dalam mempengaruhi audiens.

Elemen Retorika

1. Ethos (Kredibilitas)
Kampanye ini berhasil membangun kredibilitas melalui partisipasi banyak selebritas dan tokoh terkenal, seperti Bill Gates, Oprah Winfrey, dan Mark Zuckerberg. Dengan keterlibatan mereka, kampanye ini tidak hanya mendapatkan perhatian luas, tetapi juga menambah kepercayaan masyarakat terhadap tujuan kampanye. Kredibilitas tokoh-tokoh ini menciptakan asosiasi positif dengan misi yang lebih besar, yaitu mendukung penelitian ALS.

2. Pathos (Emosi)
Penggunaan elemen emosional sangat kental dalam kampanye ini. Tantangan yang diusung---menuangkan air es ke tubuh---menyiratkan rasa empati terhadap penderita ALS yang mengalami tantangan jauh lebih besar dalam kehidupan sehari-hari. Video-video yang menampilkan orang-orang tertawa dan bersenang-senang sambil melakukan tantangan tersebut juga menghadirkan suasana yang positif, sekaligus menekankan bahwa menyumbang untuk tujuan yang baik dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Ini berkontribusi pada penguatan ikatan emosional antara audiens dan pesan kampanye.

3. Logos (Logika)
Kampanye ini juga menyajikan argumen logis tentang pentingnya penelitian ALS. Dalam banyak video, terdapat penjelasan singkat mengenai penyakit ALS, dampaknya terhadap individu dan keluarga, serta bagaimana dana yang terkumpul akan digunakan untuk penelitian. Penyampaian informasi yang jelas dan terstruktur ini membantu audiens memahami urgensi masalah dan mendorong mereka untuk berkontribusi.

Dialektika


Kampanye Ice Bucket Challenge mengandalkan dialog sosial yang terjadi di media sosial. Ketika seseorang menantang orang lain untuk ikut serta, hal ini menciptakan interaksi dan partisipasi aktif dari audiens. Proses ini mendorong orang untuk tidak hanya menonton, tetapi juga berkontribusi dan terlibat dalam diskusi tentang ALS. Setiap tantangan yang dilaksanakan seringkali diiringi dengan penyebutan organisasi yang berfokus pada penelitian ALS, sehingga membangun jaringan yang lebih luas untuk memerangi penyakit ini.

Di sisi lain, ada juga elemen kritik yang muncul. Beberapa pihak menilai bahwa tantangan ini hanya bersifat "trendy" dan tidak memberikan dampak yang berarti. Namun, respons terhadap kritik tersebut justru semakin memperkuat pesan kampanye; pendukung berargumen bahwa setiap tindakan, sekecil apapun, tetap berkontribusi terhadap kesadaran dan penelitian. Ini menunjukkan bagaimana dialektika antara dukungan dan kritik dapat menciptakan ruang untuk diskusi yang lebih mendalam mengenai masalah sosial.

Evaluasi Efektivitas

Secara keseluruhan, teknik yang digunakan dalam kampanye Ice Bucket Challenge sangat efektif dalam mempengaruhi audiens. Dalam waktu singkat, kampanye ini berhasil mengumpulkan lebih dari $115 juta untuk penelitian ALS, yang menunjukkan besarnya dampak finansial dari strategi pemasaran yang berbasis media sosial. Selain itu, kesadaran global mengenai penyakit ini meningkat secara signifikan, dengan banyak orang mulai mencari informasi lebih lanjut dan berdiskusi tentang ALS di berbagai platform.

Keberhasilan kampanye ini juga terletak pada kemampuannya untuk menggabungkan elemen kesenangan dengan tujuan mulia. Dengan memanfaatkan humor dan tantangan, kampanye ini tidak hanya menarik perhatian tetapi juga mendorong partisipasi aktif dari berbagai kalangan, mulai dari individu biasa hingga tokoh publik.

Namun, meski kampanye ini mendapatkan kritik, efektivitasnya dalam menciptakan kesadaran dan penggalangan dana tidak dapat disangkal. Keterlibatan banyak pihak dan interaksi yang terjadi di media sosial menjadi bukti bahwa teknik retoris dan dialektika yang digunakan sangat sesuai dengan audiens target.

Sumber

"The Ice Bucket Challenge: A Viral Campaign for ALS." Journal of Social Media Studies, vol. 3, no. 1, 2015.
"Understanding the Impact of the Ice Bucket Challenge." Health Communication Journal, vol. 30, no. 8, 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun