Mohon tunggu...
Michelle Sebastiani Chang
Michelle Sebastiani Chang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah salah satu mahasiswa Universitas Airlangga. Saat ini saya sedang menempuh semester dua. Hobi saya adalah memasak dan baking, serta mendengarkan musik. Saya senang dengan konten-konten tentang memasak, traveling, dan konten tentang humor.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Membaik, Sudah Membaikkah Ekonomi Indonesia?

15 Juni 2022   19:23 Diperbarui: 15 Juni 2022   19:33 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudah lebih dari dua tahun pandemi Covid-19 menghantui negara kita, Indonesia. Pandemi ini membawa cukup banyak dampak negatif bagi kehidupan masyarakat bahkan negara Indonesia ini sendiri. Tidak hanya sektor kesehatan yang dikacaubalaukan oleh pandemi ini, tetapi sektor perekonomian juga menjadi sektor utama yang dilumpuhkan oleh ganasnya virus Covis-19.

Puji syukur, setelah waktu yang cukup lama ini, perlahan-lahan Indonesia dapat lepas dari belenggu pandemi Covid-19 ini. Sejak memasuki tahun 2022 ini, pandemi yang terjadi di Indonesia sudah berangsur-angsur melandai. Sektor kesehatan pun sudah mulai terasa lega dan kembali pada pelayanan seperti semula. Sektor pendidikan dan ketenagakerjaan juga sudah mulai kembali seperti sedia kala, meski tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Lantas, bagaimana dengan sektor ekonomi di negara ini? Apakah sudah membaik atau belum?

Menurut data BPS, Ekonomi Indonesia di triwulan I tahun 2022 tumbuh sebesar 5,01 persen (y-o-y) terhadap triwulan I tahun 2021. Pertumbuhan ini terdiri dari sisi produksi, dengan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,79 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,22 persen. Hal ini disebabkan oleh pelonggaran kebijakan berpergian bagi masyarakat, serta kebijakan-kebijakan lain yang dapat mempelancar kembali alur perekonomian.

Sedangkan, menurut survei keyakinan konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, masyarakat Indonesia cukup optimis bahwa ekonomi Indonesia akan semakin menguat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2022 menunjukkan angka 128,9. Angka ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang berada pada angka 113,1. Keyakinan konsumen meningkat didorong oleh meningkatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.

Peninngkatan ini terjadi pada persepsi terhadap penghasilan saat ini, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama. Penguatan keyakinan konsumen ini juga didorong oleh meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan, terutama ekspektasi terhadap kondisi usaha ke depan.  

Keyakinan konsumen ini juga tidak bisa dilepaskan dari semakin banyaknya kabar positif selama beberapa bulan belakangan ini. Dimulai dari menurunnya kasus positif Covid-19, semakin longgarnya mobalitas masyarakat dan komoditas, membaiknya ekonomi domestik, hingga keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk kalangan tidak mampu. Juga khususnya bagi masyarakat Muslim yang akhirnya di tahun 2022 ini dapat kembali merayakan Idul Fitri dengan meriah seperti dulu. Meskipun harus tetap melaksanakan protokol kesehatan, namun pemerintah sudah memperbolehkan masyarakat untuk pulang kampung atau berlibur, setelah dua tahun diterapkannya larangan berpergian saat Idul Fitri.

Selain itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) berada di angka 116,4 pada bulan Mei 2022. Angka ini adalah angka tertinggi yang pernah tercatat selama rentan periode sebelum Januari 2019 hingga April 2022. Lalu, indeks penghasilan saat ini berada di angka 123,3 pada Mei 2022, menjadi yang tertinggi sejak Juni 2019. Indeks ketersediaan lapangan kerja pun naik menjadi 113,7 di Mei 2022, menjadi yang tertinggi sejak Maret 2020. Sedangkan indeks pembelian barang tahan lama berada di angka 110,2 dan menjadi yang tertinggi sejak Februari 2020.

Lalu, Indeks Ekpektasi Kondisi Ekonomi mencapai angka 141,5 pada Mei 2022, menjadi yang tertinggi sejak Mei 2019. Indeks ekpektasi penghasilan juga naik di angka 139,4, tertinggi sejak Februari 2020. Kemudian, indeks ekspektasi kegiatan usaha ada di angka 142,9, menjadi yang tertinggi sejak Mei 2019. Indeks ekpektasi ketersediaan lapangan kerja bahkan mencapai 142,1 yang merupakan indeks tertinggi yang belum pernah tercatat selama periode Januari 2020 hingga April 2022.

Selain dengan adanya perbaikan dan peningkatan pada beberapa indeks yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, nayatanya pertumbuhan ekonomi Indonesia juga membaik. Menurut menteri keuangan, Sri Mulyani, ekonomi Indonesia berhasil tumbuh di 5,01 persen pada triwulan I tahun 2022. Capaian ini menunjukkan adanya pemulihan kondisi ekonomi Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang penuh risiko.

Meski petumbuhan ekonomi sudah mulai membaik, namun menurutnya ekonomi Indonesia belum sepenuhnya sembuh. Hal ini dikarenakan masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Tingkat pengangguran berada di angka 5,8 persen, yang masih lebih tinggi dibanding tingkat pengangguran sebelum pandemi yang berada di angka 4,9 persen. Pertumbuhan ekonomi naik karena ditopang oleh konsumsi investasi sebesar 4,1 persen yang mana masih belum cukup untuk mengurangi pngangguran.

Pertumbuhan ekonomi naik juga ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang bertumbuh 4,34 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan kasus positif Covid-19, yang berakibat pada kebijakan pemerintah yang sudah mulai melonggarkan masyarakat untuk kembali beraktivitas. Maka dari itu, kondisi pandemi yang sudah mulai membaik ini perlu dipertahankan agar pemulihan ekonomi dapat terus terjadi.

Selain itu, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia akan bertumbuh di angka 5,1 persen di tahun 2022 dan naik menjadi 5,3 persen di tahun 2023. Bank Indonesia juga memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 4,5 persen hingga 5,3 persen di tahun 2022. Angka ini lebih rendah dari proyeksi awal yang sebesar 4,7 persen hingga 5,5 persen. Hal ini karena kegiatan ekspor ke depannya yang akan terhambat oleh rendahnya pertumbuhan ekonomi global yang disebabkan oleh adanya perang Rusia-Ukraina. IMF juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka 5,4 persen. Angka ini juga turun dibanding sebelumnya yang berada di angka 5,6 persen.

Dari beberapa hal diatas, dapat diketahui bahwa sebenarnya kondisi ekonomi Indonesia sudah jauh lebih baik sekarang dibanding di tahun 2020 dan 2021. Namun, perbaikan kondisi ekonomi ini masih belum membawa ekonomi Indonesia pada kesembuhan ekonomi setelah diterjang oleh pandemi Covid-19. Ini diketahui dari tingkat pertumbuhan, tingkat pengangguran, dan indeks-indeks ekonomi yang belum bisa sebaik pada tahun-tahun sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Masih diperlukan berbagai usaha untuk menyembuhkan ekonomi Indonesia, terutama dengan penurunan kasus Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun