Apakah kalian semua tahu? Bahwa meskipun otot lurik memiliki inti namun otot lurik tidak dapat melakukan moisis dan regenerasi yang terbatas. Lalu bagaimana otot lurik dapat membesar? Otot lurk dapat membesar karena isa memiliki sel satelit. Apa itu sel satelit? Sel satelit adalah populasi kecil sel mononukleus berbentuk gelendong yang terletak dalam lamina basalis yang mengelilingi setiap serat otot matang. Untuk dapat melihat sel satelit kita harus menggunakan mikroskop mikro.
Setelah kita membahas tentang otot kita akan mulai membahas tentang obat anti-inflamasi. Yang akan saya jelaskan adalah bagaimana cara kerja obat anti-inflamasi baik yang steroid dan nonsteroid.
Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS) atau dapat kita kenal sebagai Non Steroidal Anti-Inflammatoru Drug (NSAID) merupakan obat antiinflamasi yang paling sering digunakan. Mekanisme kerja dari obat ini adalah anti-inflamasi non steroid (AINS) berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 menjadi terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform yang disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar COX-1 esensial dalam pemelihraan berbagai fungsi dalam keadaan normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna, dan trombosit.Â
Di mukosa lambung aktivitas COX-1 menghasilakan prostasiklin yang bersifat protektif. Siklooksigenase 2 diinduksi berbagi stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksindan growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2 yang disintesis oleh COX-2 di endotel malro vasikuler melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit. Dengan melihat dari cara kerjanya dapat dikatakan bahwa obat anti-inflamasi non steroid menyebabkan terhambatnya pembentukan prostaglandin. Diketahui bahwa prostaglandin digunakan untuk merangsang otak untuk memberi perintah tubuh untuk mengeluarkan senyawa sitokin yang dapat digunakan untuk merangsang otak untuk memberi perintah sistem imun tubuh untuk memperbaiki kerusakan pada otot. Dengan kata lain bahwa kerusakan pada otot masih dapat disembuhkan dan otot dapat bertambah panjang dan bertambah tebal.
Steroid atau lengkapnya disebut kortikosteroid adalah jenis hormon yang sangat berperan pada berbagai proses dalam tubuh kita. Hormon ini secara alami diproduksi oleh kelenjar adrenal yang terletak di sebelah atas ginjal dan menghasilkan dua macam steroid yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Fungsi dari kedua macam kortikosteroid ini berbeda di setiap jaringan tubuh. Karenanya ia juga memberikan manfaat yang berbeda pula, antara lain mengatasi radang (anti-inflamasi), menekan sistem imun dalam proses alergi, mengatur metabolisme protein dan karbohidrat, mempengaruhi kadar natrium dalam darah, dan lain-lain.
 Steroid adalah obat anti-inflamasi yang tidak boleh secara sembarangan dipakai bahkan jarang digunakan di dunia karena memiliki efek yang berbahaya. Mekanisme kerja dari obat anti-inflamasi steroid adalah obat ini menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakhidonat. Tidak adanya asam arakhidonat berarti tidak terbentuknya prostaglandin. Pada obat anti-inflamasi steroid tidak sama sekali terbentuk prostaglandin maka dapat dikatakan bahwa bila menggunakan obat ini otot kita tidak akan dapat memperbaiki kerusakannya, karena tidak ada rangsangan ke otak untuk memberi perintah tubuh untuk memperbaiki kerusakan pada otot. Maka otot juga tidak dapat menebal dan membesar.Â
Efek samping dari obat anti-inflamasi steroid atau dikenal sebagai kortikosteroid adalah peningkatan tekanan darah (sehingga perlu diwaspadai pada pasien hipertensi), menghambat pertumbuhan pada anak, peningkatan berat badan, deposit lemak pada wajah (moon face), dan osteoporosis. Lalu efek samping yang lainnya adalah
Penggunaan obat anti-inflamasi non steroid bersamaan dengan aspirin dapat meningkatkan resiko gangguan saluran pencernaan seperti hipertensi, gagal jantung, saluran cerna, nyeri orofasial dan dental. Obat ini harus digunakan secara hati-hati pada pasien pengidap hipertensi dan tekanan darah harus dimonitori sejak awal. Obat ini menurunkan antihipertensi tiazid. Retensi cairan dan edema telah terlihat pada pasien pengguna obat ini maka harus digunakan secara hati-hati. AINS dapat menyebabkan efek samping saluran cerna serius termasuk inflamasi, perdarahan, ulserasi, dan perforasi lambung dan usus yang dapat berakibat fatal. Umumnya pereda nyeri yang digunakan untuk gigi mengandung ibuprofen dan asetosal. Ibuprofen dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Diflunisal juga digunakan untuk nyeri dental.
AINS juga harus dihindari oleh ibu hamil. Obat ini masih baik digunakan saat trimester pertama dan kedua tetapi saat kehamilan trimester ketiga dapat terjadinya penutupan duktus arteriosus janin dan kemungkinan hipertensi pulmoner yang menetap pada bayi baru lahir. Juga dapat menunda bermulanya persalinan dan memperlama proses persalinan.
Menurut teori dan pendapat yang telah saya jabarkan, "apakah antiinflamasi menghambat pertumbuhan otot?" menurut saya jawabannya adalah "iya". Saat otot mengalami kerusakan, muncul rasa nyeri dan radang. Tidak hanya itu terkadang terlihat memerah pada bagian yang mengalami kerusakan. Semakin besar atau berat beban maka semakin besar pula kerusakan dan butuh proses penyembuhan yang lama. Untuk mengatasi nyeri tersebut, biasanya kita akan menggunakan obat anti-inflamasi berupa seperti painkiller yang disemprotkan pada bagian yang nyeri.Â
Namun pada penjelasan saya bahwa obat anti-inflamasi ini dibedakan menjadi 2. Obat anti-inflamasi nonsteroid yang sering digunakan oleh manusia di dunia dan obat anti-inflamasi steroid yang tidak boleh sembarangan dipakai dan memiliki efek samping yang buruk. Berdasarkan teori dan pendapat saya yang telah saya jabarkan, maka dapat disimpulkan bahwa obat anti-inflamasi steroid dan obat anti-inflamasi non steroid keduanya dapat menghambat pertumbuhan otot. Pada obat anti-inflamasi menghambat asam arakhidonat yang dapat membentuk senyawa prostaglandin yang digunakan untuk merangsang otak untuk memberi perintah tubuh untuk mengeluarkan senyawa sitokin dan memperbaiki kerusakan pada otot dan dari kerusakan tersebut otot menjadi tambah tebal dan besar. Sedangkan pada obat anti-inflamasi steroid tidak terjadi pembentukan prostaglandin sehingga otot tidak menebal dan membesar. Dilihat dari efek sampingnya saja, kita dapat melihat betapa mengerikannya obat anti-inflamasi bila terus menerus digunakan. Nyawa kita yang menjadi taruhannya. Maka dari itu saya menghimbau pada para pembaca agar lebih berhati-hati dalam menggunakan obat tersebut dan tidak menggunakannya dalam dosis yang banyak.