Mohon tunggu...
Mita Michan Supardi
Mita Michan Supardi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

pecinta kata, pagi, petualangan, fotografi, dan semua tentang seni, termasuk menyanyi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Si Ponsel Pintar' Mereduksi Kepekaan Sekitar

28 April 2011   00:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi memudahkan manusia untuk bisa saling terhubung antara satu dengan yang lainnya dengan mudah dan cepat. Sebut saja gadget-gadget canggih seperti smartphones merek terkenal, komputer tablet, dan lain-lain. Saya sendiri pun menjadi salah satu penggemar perangkat canggih tersebut, karena memudahkan segala aktivitas saya, terutama dalam hal berkomunikasi. Begitu pula dengan lingkungan saya. Sering saya perhatikan sekitar, banyak orang yang selalu menggenggam perangkat canggihnya, semisal ponsel. Rata-rata mereka memeriksa ponselnya beberapa kali dalam jangka waktu lima menit. Bayangkan saja, lima menit untuk beberapa kali mengintip ke layar ponsel. Hingga terkadang saya pun pernah melakukan hal yang sama. Satu pertanyaan yang tiba-tiba hadir di benak saya: Apakah harus sesering itu untuk 'mengintip' layar ponsel?

Salah satu sahabat saya pun mengemukakan hal yang sama. Dia berkisah tentang dirinya dan orang-orang yang menjadi penumpang angkutan kota. Rata-rata para penumpang di dalam mobil angkutan umum tersebut sibuk dengan ponselnya masing-masing. Berbagai ekspresi di wajah mereka pun berbeda-beda. Ada yang senyum-senyum dikulum, muka cemberut, ekspresi datar, dan terkadang ada yang mulutnya komat-kamit sendiri. Satu hal yang sama dari kesemua penumpang yang dilihat oleh sahabat saya ini, yaitu menjadi pribadi yang hanya asyik sendiri. Sampai saat ada seorang ibu yang kerepotan membawa barang belanjaannya dan dua anak balitanya hendak naik ke dalam angkutan kota tersebut. Saat itu sahabat saya duduk di paling belakang, jauh dari pintu. Sementara ada tiga penumpang yang duduknya paling dekat dengan pintu hanya acuh saja. Mereka sibuk dengan 'si ponsel pintar' -nya masing-masing. Sahabat saya pun akhirnya memutuskan untuk membantu ibu dan anak-anaknya tersebut.

Mendengar cerita seperti itu pun saya ikut tertampar sendiri. Karena mungkin saja saya juga menjadi salah satu dari mereka yang acuh. Lalu pertanyaannya apakah teknologi canggih sudah seharusnya mereduksi nilai kepekaan terhadap sekitar? Seharusnya kan tidak. Budaya ramah di negeri ini pun mulai terjadi banyak pergeseran, tentu jika melihat hal ini, bukan ke arah yang baik. Menurut saya, teknologi canggih seperti 'si ponsel pintar' ini harus tetap bisa diseimbangkan dengan perilaku sosial yang nyata, di hadapan atau sekitar kita.

Get a life, people!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun