Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pikiran dan Perasaan #15 - "Si Pelit Penderma"

25 Januari 2021   23:28 Diperbarui: 25 Januari 2021   23:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akan beda ceritanya lagi jika orang-orang yang pro dengan argumen A bertemu dengan juru parkir yang malas dan judes. Yang muncul hanya ketika kita ingin pergi, motor dalam posisi sama saat kita datang dan tidak mengucapkan apa-apa ketika diberikan uang lebih. Mungkin satu dua kali tidak masalah, namun saya yakin jika hal tersebut terjadi berulang-ulang diberbagai tempat, tidak menutup kemungkinan pro argumen A juga akan berpikiran seperti argumen B. 

Pengalaman lain juga yang mungkin sering terjadi di masa sekarang ini adalah ketika memesan makanan lewat aplikasi ojek online. Ada saat dimana terkadang beberapa driver menunjukkan usaha lebih dalam melayani pelanggannya. Contoh paling sederhana adalah dengan memastikan kembali apakah pesanan sudah sesuai dengan aplikasi, mengucapkan kalimat sederhana "terima kasih", bahkan ada driver yang rela untuk menunggu dalam antrian yang cukup panjang ataupun berkendara ditengah hujan lebat demi mengantarkan pesanan sang pelanggan. Hal ini tentu layak untuk diberikan apresiasi berupa tips  (jika ada rejeki lebih) baik secara langsung maupun dalam aplikasi. Namun ucapan "terima kasih kembali" pun sebenarnya sudah sangat baik untuk mengapresiasi para driver tersebut. 

Cerita tersebut diatas menggambarkan bahwa dibutuhkan sikap saling menghormati antara manusia demi terjalinnya hubungan yang harmonis dan mendorong untuk terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak. Tentu dalam kasus diatas, para penyedia jasa minimal perlu untuk menjalankan kewajibannya secara baik agar haknya terpenuhi dan tidak menuntut lebih atas usaha yang ditawarkan. Dengan kata lain, biarkan orang yang menilai seberapa "layaknya" usahamu dimata mereka dan bagaimana mereka dapat menunjukkan apresiasinya. Karena apresiasi datang dari diri sendiri dan tidak dapat dipaksakan. 

Sebagai pengguna jasa, kita pun juga harus menghormati para penyedia jasa yang kita gunakan dimana hak mereka perlu kita penuhi jika kewajiban sudah terlaksana. Ada baiknya jika kita mempunyai rejeki yang lebih dan memang bila layanan yang diberikan kepada kita diatas rata-rata atau diluar ekspektasi, tidak ada salahnya jika kita dapat memberikan apresiasi yang sesuai dengan kemampuan kita. Dan pada akhirnya kedua belah pihak akan merasakan keuntungan baik secara materil (uang, barang) ataupun secara batin (menderma, apresiasi verbal).  Keep respecting each other!

Salam hangat,

Michael The 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun