Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pikiran dan Perasaan #14 - "Renungan Awal Tahun"

20 Januari 2021   23:52 Diperbarui: 20 Januari 2021   23:53 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Salam Sejahtera, Assalamualaikum wr wb, Shalom Alaichem
Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan 

Tidak terasa tahun 2021 sudah berjalan hampir sebulan, namun rasanya begitu banyak berita duka yang datang silih berganti setiap harinya. 

Di awal tahun, kita dikejutkan dengan peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dengan rute Jakarta-Pontianak yang merupakan kota tempat tinggal saya. Masih segar diingatan ketika itu, hari sabtu sore sebelum berangkat ke gereja saya melihat berita Breaking News dari salah satu media nasional di handphone saya. 

Cukup membuat gempar dan panik tentunya seketika tahu bahwa pesawat tersebut dalam perjalanannya ke kota dimana saya berada. Saya pun langsung menyebarkan berita singkat dan belum jelas saat itu kepada kerabat dan keluarga untuk segera mengkonfirmasi apakah ada sanak keluarga atau orang terdekat yang berada dalam penerbangan tersebut. 

Tak berselang lama, data manifest penumpang SJ-182 pun sudah tersebar di beberapa grup media sosial dan puji Tuhan tidak ada kerabat atau keluarga saya dalam penerbangan tersebut. 

Saya atas nama pribadi ingin mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk para korban dan keluarga penumpang Sriwijaya Air SJ-182. Semoga amal para korban diterima disisi yang Mahakuasa dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan serta kesabaran dalam menghadapi peristiwa ini. 

Menyusul peristiwa tersebut, dalam tempo satu minggu belakangan ini pun banyak sekali bencana alam yang terjadi di Indonesia secara simultan. Gempa 6.2 SR yang menguncang Mamuju & Majene, Sulawesi Barat (disertai gempa susulan), banjir besar di Kalimantan Selatan, tanah longsor di Sumedang, Jawa Barat dan gelombang tinggi di Manado, Sulawesi Utara. 

Tak hanya di situ, beberapa gunung di Indonesia pun menunjukkan aktivitas yang cukup tinggi. Erupsi gunung berapi pun terjadi di Gunung Merapi (Jawa Tengah), Gunung Semeru (Jawa Timur) dan Gunung Sinabung (Sumatra Utara). 

Walau masih dalam batas normal, warga pun telah diberikan peringatan untuk tidak mendekat dalam radius tertentu dan selalu dalam keadaaan siap siaga dan waspada akan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba. 

Di daerah saya sendiri yaitu Kalimantan Barat pun tak lepas dari "amukan" alam. Banjir yang cukup besar melanda beberapa daerah diantaranya yang berada di kabupaten Bengkayang dan kabupaten Landak (Ngabang). 

Beberapa titik di salah satu akses jalan utama di kabupaten Bengkayang pun terputus diakibatkan oleh tanah longsor yang membuat warga sekitar kehilangan akses untuk beraktivitas dan membawa logistik ke daerah mereka. Namun sayangnya kejadian ini kurang terekspos oleh media nasional. 

Bagi saya pribadi, memang awal tahun 2021 ini terasa cukup berat. Seperti cerita saya di artikel sebelumnya bahwa di minggu pertama bulan ini saya mengalami sakit yang cukup membingungkan dan melelahkan. 

Tak hanya itu ibu saya juga sakit di akhir minggu kemarin dan puji Tuhan sudah pulih kembali. Berita duka pun juga datang dari beberapa kerabat yang orang terkasihnya sudah berpulang ke pangkuan Allah di surga. 

Kita tak pernah tahu apa yang direncanaka oleh Tuhan dan  sekarang seakan-akan Ia sedang menguji kita bertubi-tubi bukan secara personal melainkan sebagai satu bangsa besar, bangsa Indonesia. 

Tak hanya terfokus disatu titik, namun bencana-bencana tersebut hampir menyebar rata di seluruh penjuru negeri dari ujung barat sampai ujung timur. 

Pertanyaannya, apakah ini teguran keras dari Yang Mahakuasa atas tindakan-tindakan kita sebagai masyarakat suatu bangsa yang kerap kali bersifat munafik, saling membenci serta memfitnah saudara-saudari sebangsa dan setanah air kita akhir-akhir ini?

 Apalagi ditengah pandemi Covid-19 ini, banyak isu-isu liar yang dimanfaatkan oleh pihak tertentu dan berkembang di masyarakat yang menjauhkan kita dari persatuan yang seharusnya sangat kita butuhkan saat ini? 

Tentu menjadi bahan permenungan kita semua, bahwa di saat sulit inilah, Allah memberi jalan kepada kita sebagai bangsa Indonesia untuk kembali bersatu seperti sedia kala dan bahu membahu menolong sesama kita yang sedang membutuhkan uluran tangan kita tanpa memandang suku, ras, agama dan golongan tertentut (SARA).

 Menjadi tantangan bagi PEMIKIRIAN kita untuk menerima ini semua secara positif, namun seperti pepatah "Habis Gelap, Terbitlah Terang" harus kita pegang dengan penuh harapan. 

Yakinlah bahwa badai pasti akan berlalu dan kita sebagai bangsa perlu pondasi yang kuat dalam upaya bertahan melewati badai tersebut. Penting bagi kita sebagai komponen masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam membangun pondasi tersebut. 

Ada yang berkontribusi melalui tenaga, ada juga yag berkontibusi dengan menyalurkan donasi dan logistik dan bagi kita yang mungkin tidak bisa berkontribusi dalam kedua hal tersebut dapat ikut serta dalam selalu menyalurkan doa kepada Allah agar bangsa kita segera dipulihkan dalam segala hal. Semoga Indonesiaku segera pulih dan bangkit kembali dari badai ini. Tetap bersemangat!

Salam hangat, 

MT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun