Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pikiran dan Perasaan #7 - "Melek Investasi"

18 November 2020   23:52 Diperbarui: 19 November 2020   00:13 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Banyak sekali cerita pengusaha-pengusaha sukses yang beberapa diantaranya masih dalam usia relatif muda yang passive income nya bisa dikatakan dapat menghidupinya kedepan tanpa harus bekerja. Namun, di artikel ini saya ingin menceritakan sedikit pengalaman saya dari kecil sampai sekarang yang baru merasakan namanya melek investasi. 

Sedari kecil, orang tua saya memang sudah menanamkan kebiasaan untuk menabung. Celengan berbentuk binatang disediakan khusus untuk saya menabung sedikit demi sedikit uang jajan yang tersisa setiap minggunya. Waktu berlalu, saya sudah menginjak bangku SMP, orang tua saya membukakan saya rekening di suatu bank yang rekening tersebut dibuka atas nama saya namun dilmpahkan ke orang tua saya untuk mengelolanya. Rekening bank ini digunakan untuk menyimpan duit hasil dari angpao berbagai sanak keluarga setiap tahunnya. 

Karena sudah mulai mengenal bunga (keuntungan), sebagai dana kelolaan pribadi saya pun mulai membuka rekening simpanan di CU (credit union/ koperasi kredit) yang berada di lingkungan sekolah. Disitulah saya mulai merasa semangat untuk terus menabung karena semakin besar uang yang saya letakkan, semakin tinggi juga keuntungan yang saya dapatkan. Namun,semangat ini sempat berhenti ketika saya tamat SMA dan mulai kuliah. 


Saat saya di kuliah di Kuala Lumpur, hanya rekening bank yang saya punya miliki untuk menyimpan dana tabungan yang saya miliki (dimana bunga kecil disertai potongan admin dan pajak yang lumayan besar). "Kehampaan" saya di dunia tabung-menabung berlangsung selama empat tahun studi saya di KL dikarenakan sulitnya untuk mengembangkan tabungan dengan uang jajan kuliah (pas-pas-an) serta sulitnya transaksi rupiah dalam negeri saat berada di luar negeri (karena membutuhkan verifikasi melalui nomor handphone). 

Selasai kuliah, saya kembali ke Indonesia untuk bekerja membantu orang tua saya.  Dari saat itulah saya kembali mulai bertanya-tanya, harus diapakan kah uang di tabungan saya agar menghasilkan keuntungan lebih. Saya mulai mencari video-video tutorial di Youtube dan bertanya pada orang tua saya. Sulit bagi saya diawal untuk memahami dunia perinvestasian dikarenakan memang sedikitnya background ekonomi dan finansial yang saya miliki (mantan anak IPA). Namun, sedikit demi sedikit, jendela mulai terbuka lebar. 

Perjalanan investasi daya dimulai dengan menaruh sejumlah dana tabungan saya di deposito bank. Sambil pelan-pelan mencari informasi tentang produk investasi lain. Karena bunga deposito (di beberapa bank) yang kian lama semakin menurun, saya mulai memberanikan diri untuk mendalami tentang obligasi/ SBN (surat berharga negara). 


Pada akhirnya saya pun memindahkan sebagian dana saya diawal tahun ini untuk membeli obligasi pemerintah dengan serial SR012 yang mempunyai return yang cukup tinggi (6.3% per tahun) dengan tenor 3 tahun. Karena masih ada sebagian dana yang mengganggur dan tiap bulannya saya masih mendapatkan penghasilan, saya beberapa bulan belakangan ini mulai untuk mencari produk investasi lain yang lebih menguntungkan. 

Dari berbagai research yang saya lakukan, ada tiga jenis produk investasi yang menarik untuk saya yaitu, investasi emas, reksadana dan saham. Dengan berbagai pertimbangan PIKIRAN dan PERASAAN, akhirnya saya menaruh hati pada rekasadana. Alasannya cukup sederhana, ya, reksadana itu cukup sederhana. 

Bila dibandingkan, investasi emas yang akhir-akhir ini kurang stabil cukup beresiko untuk saya yang belum berpengalaman ditambah lagi tidak ada bukti fisik dari transaksi emas tersebut. Takutnya, emas yang diperjual belikan tersebut hanya bersifat "bayangan" dan jika salah memilih platform bisa saja terjebak oleh penipuan karena tidak dalam pengawasan pemerintah. 

Sedangkan untuk investasi saham sangatlah rumit untuk pemula seperti saya yang belum memiliki pengalaman bahkan pengetahuan mendasar tentang prinsip-prinsip investasi saham. Maka dari itu saya putuskan untuk berinvestasi di reksadana yang notabenenya tidak terlalu rumit untuk dipahami dan dapat menyesuaikan dengan pribadi masing-masing untuk resiko investasinya serta diawasi oleh pemerintah (melalui OJK). Karena baru pemula maka saya memilih untuk berada di zona resiko rendah dan sedang. 

Alhasil, kurang lebih sebulan telah berlalu, portofolio reksadana saya mendapatkan keuntungan yang cukup signifikan. Dengan jumlah dana yang sama, keuntungan saya di reksadana bisa tiga kali lipat dari imbal hasil yang didapatkan di dana kelolaan saya diobligasi SR012 (dikarenakan situasi pasar yang mulai pulih dari dampak pandemi Covid-19). Walau keuntungan tersebut bersifat kumulatif dan tidak langsung masuk ke rekening, namun hal itu cukup mendongkrak saya untuk semakin semangat dalam mendalami investasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun