Mohon tunggu...
Michael The
Michael The Mohon Tunggu... Lainnya - B.E(Civ)(Hons)

Manusia biasa yang suka menuangkan pikirannya terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Pro Kontra biasa asal disertai pemikiran dan perasaan yang beralasan. Selamat menikmati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pikiran dan Perasaan #3 - "Sukarela"

28 Oktober 2020   22:48 Diperbarui: 28 Oktober 2020   23:17 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Sejahtera, Assalamualaikum wr wb, Shalom Alaichem
Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan 

Hari ini saya ingin membahas fenomena yang sudah cukup sering terjadi pada saya maupun di masyarakat luas tapi saya angkat sekarang karena baru beberapa waktu ini kembali terjadi lagi. Fenomena mengenai sumbangan "sukarela" yang berhubungan dekat dengan fenomena pengemis tapi berbeda. Beritahu saya di kolom komentar di bawah apakah anda pernah mengalami hal serupa atau tidak. 

Dalam satu minggu terakhir ini saya mengalami dua peristiwa serupa yaitu orang tak dikenal datang ke tempat saya bekerja dengan alih-alih meminta sumbangan "sukarela" untuk tujuan tertentu. 

Ada yang mengatasnamakan suatu yayasan, kelompok maupun pribadi. Alasannya pun beragam mulai dari sumbangan sosial, acara tujuh belasan, memeriahkan acara meriam karbit (acara ketika malam takbiran di kota Pontianak), pembersihan saluran air, pembersihan sampah dan lain sebagainya. Terdengar cukup meyakinkan apalagi ditambah ketika beberapa oknum mengaku bahwa telah mendapat izin dari RT/RW setempat atau membawa dokumen proposal yang sudah ditandatangani oleh beberapa pihak yang berkaitan. 

Tentu kontribusi kita sebagai bagian dari masyarakat sangatlah penting untuk membangun kualitas hidup disekitar lingkungan tempat kita tinggal. 

Kalau di beberapa perusahaan, hal serupa mungkin bisa disamakan dengan program CSR (Coorporate Social Responsibility) yang sebenarnya dilakukan secara sukarela namun juga wajib dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Tapi apa sih itu sukarela? Menurut KBBI, sukarela diartikan dengan kemauan sendiri; dengan rela hati. Tindakan yang menuntut hati nurani kita untuk berbicara apakah kita mau melakukan suatu hal tertentu atau tidak. 

Fenomena yang saya ceritakan diatas terjadi cukup sering di masyarakat terutama di daerah pusat perbelanjaan dan restoran kecil, dimana oknum-oknum datang dan menyodorkan "senjata"(dokumen pendukung, kwitansi, bukti foto) mereka untuk secara tidak langsung meminta sumbangan "sukarela" kepada pemilik usaha. 

Tak jarang juga ditemukan beberapa oknum yang malah melakukan pemaksaan terhadap pemilik usaha untuk memenuhi target mereka dalam pengumpulan sumbangan. Mulai dari pemaksaan verbal (menyindir, nada tinggi) maupun pemaksaan yang bersifat fisik. Hal yang seharusnya tidak terjadi dalam pengumpulan dana yang bersifat sukarela. 

Salah satu contoh yang pernah saya alami sendiri. Suatu hari seorang pria tiba-tiba datang ke tempat saya bekerja dengan menggunakan sepeda motor, tanpa menggunakan helm, bercelana pendek dan memakai kaos biasa. Ia datang dan langsung menyodorkan kwitansi bernominal 20 ribu rupiah dan mengatakan bahwa dana dikumpulkan untuk sumbangan "sukarela" dalam mendukung acara meriam karbit di tepian Sungai Kapuas. 

Saya menolak untuk memberi dengan alasan bahwa saya tidak berhak untuk memberi sumbangan ditempat tersebut dan menyuruhkan pergi untuk menagih kepada atasan saya. 

Beberapa bulan kemudian, orang yang sama datang kembali ke tempat saya bekerja dengan perawakan yang sama dan kembali membawa kwitansi bernominal 20 ribu dan kali ini mengatakan sumbangan untuk acara tujuh belas agustus tanpa memberikan penjelasan kapan, dimana dan bagaimana acara tujuh belasan tersebut akan dilaksanakan. Kembali saya menolak dengan tegas dan ia segera pergi. Entah apa yang dia PIKIRkan sehingga terus datang ke tempat saya walau telah ditolak berkali-kali. 

Setelah saya telusuri rupanya memang orang tersebut masuk dalam kumpulan "preman-preman" yang memang suka berkeliaran disekitar daerah tempat saya bekerja. Total sudah empat kali dia datang ke tempat saya untuk meminta sumbangan dengan hanya bermodalkan kwitansi dan penampilan seadanya. Pertanyaan yang muncul adalah apakah kita harus meladeni orang-orang seperti ini? Mungkin ada yang berpikir, "ya sudahlah, kasi saja, tidak seberapa juga daripada kita kenapa-kenapa".  Tapi apakah itu tepat? 

Menurut saya, pernyataan diatas mungkin tepat jika kita sudah ada disituasi yang dianggap berbahaya (ketika mendapat ancaman atau perbuatan yang kurang mengenakkan) tetapi selama kita bisa menolaknya maka tolaklah dengan baik-baik. Sumbangan "sukarela" seperti ini harus disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat karena hanya akan menguntungkan oknum tertentu dan menurunkan mentalitas sebagian orang yang pada akhirnya menghalalkan penarikan sumbangan untuk keperluan pribadi. 

Hal ini akan membuat oknum-oknum orang malas untuk bekerja dan pada akhirnya hanya mengandalkan rejeki orang lain. Jika diPIKIR-PIKIR terkadang kita yang memiliki pekerjaan sudah bekerja keras untuk mendapatkan hasil dari apa yang telah kita kerjakan. 

Hasil tersebut harusnya kita pakai untuk memenuhi kebutuhan hidup kita sehari-hari namun ada saja cara orang yang tidak berPERASAAN rela untuk secara tidak langsung merampas hak kita untuk keperluan dirinya sendiri tanpa mengeluarkan usaha yang wajar. Hal inilah yang membuat oknum-oknum tersebut terlihat seperti pengemis. 

Ada baiknya kita lebih bijak dalam mengambil keputusan untuk memberikan hasil usaha kita kepada orang lain, bukan karena kita pelit dan kikir melainkan kita berusaha untuk menyisihkan apa yang kita punya kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan kita. Selama kita bisa menolak dengan baik oknum-oknum tersbut maka lakukanlah yang secara tidak langsung mungkin memberikan pelajaran untuk mereka bahwa tidak semudah itu mendapatkan uang, butuh niat dan usaha yang lebih bermarabat. 

Uang yang mungkin untuk sebagian orang telah disisihkan untuk berkontibusi ke lingkungan tiap bulannya bisa disalurkan ke lembaga-lembaga amal yang terpercaya, orang jalanan yang berkecacatan fisik atau pemulung. 

Semoga kita bisa semakin bijak dalam memilah mana yang perlu kita sukarelakan dari milik kita dan itu merupakan hak masing-masing pribadi. Namun pemilihan sasaran bisa benar-benar membantu atau malah menimbulkan kemanjaan bagi orang-orang tertentu. Biarkan hati nurani yang membantu anda mencari jalan dalam melakukan kebaikan. 

Salam hangat, 

MT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun