Mohon tunggu...
Michael Musthafa
Michael Musthafa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pengamat Budaya, Belajar di UIN Sunan Kalijaga jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Peace Leader Jogja. Tulisan selebihnya lihat di blognya: pojokmichaelmusthafa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malioboro dan Pesonanya

5 Desember 2018   00:33 Diperbarui: 5 Desember 2018   01:45 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar enam bulan lalu, saya pergi ke Malioboro, meluapkan segala kerinduan terhadap dunia malam Malioboro dan menghilangkan kejenuhan yang mengendap dalam diri saya sebab sudah beberapa hari hidup dengan sedikit kawan. 

Berhubung sedang libur semester, banyak teman yang memutuskan pulang kampung. Saya terbiasa keliling pasar hanya untuk melihat barang-barang unik dan murah di sana dan malam itu saya sempatkan membeli beberapa pulpen yang terbuat dari bambu. Barang itu sejak kemarin dipesan oleh keponakan saya.

Seperti tidak ada perubahan, Malioboro terasa selalu ramai dan tidak pernah sepi oleh orang-orang saat malam tandang. Seolah memang tidak ada jadwal libur untuk dikunjungi. Tidak hanya orang-orang asli Jogja yang berada di keramaian sana, dari luar Jogja juga banyak, apalagi dari luar negeri juga banyak. Inilah yang saya sukai. 

Malioboro bagai Negara Amerika kecil, yaitu menjadi tempat pertemuan ras. Di sana, kita mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan ras Amerika, China, Eropa, dll sepanjang waktu beraktivitas. 

Saya memaklumi kenapa banyak orang menyukai kehidupan di Malioboro, karena tempat itu memang tidak pernah menyajikan rasa bosan. Berbagai hiburan dan keunikan disuguhkan dalam segala macam bentuk seni oleh penghuni tempat itu.

Salah satu seni yang saya sukai semenjak pertama kali datang ke Jogja adalah grup Angklung, sebuah grup musik angklung yang bertujuan menghibur para pengunjung. Tetapi, sebenarnya grup juga berharap keuntungan dari para pengunjung. 

Makanya mereka meletakkan sebuah kotak untuk dilempari uang---entah receh ataupun kertas---bagi siapapun yang ikhlas memberi. Grup itu mempersilakan siapapun yang mau menari di depan penonton untuk menambah nilai hiburan. Saya sangat suka melihat tarian setiap penarinya. Mereka bukanlah penari profesional dan terlatih, jadi wajar tariannya aneh-aneh. 

Bahkan  kerap sekali saya menemukan gerakan yang belum pernah terbayangkan dalam pikiran saya untuk seorang penari dengan tarian wajar. Saya tidak habis-habisnya tertawa lepas. Tetapi, saya bersyukur itu setidaknya mengurangi beban pikiran saya.

Malam itu, seorang gadis bercelana jeans dan berkaos gelap ikut menari. Karena mempunyai pinggul 

besar, tariannya berhasil mencuri perhatian banyak penonton. Sontak saya menghidupkan kamera ponsel dan mengabadikan momen itu karena diakui atau tidak, saya sangat tertarik dan merasa terhibur. Saya yakin tidak hanya saya seorang yang terpancing untuk menyudutkan pandangan mata terhadap gadis itu, yang lain juga begitu. 

Terutama para pria. Gadis itu berhasil membuat lengkungan senyum dan mulut menganga. Semua pria pasti bisa menebak ketika ada seorang gadis seksi bergoyang pinggul, kemana arah mata tertuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun