Mohon tunggu...
Michael Musthafa
Michael Musthafa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pengamat Budaya, Belajar di UIN Sunan Kalijaga jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam. Aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Peace Leader Jogja. Tulisan selebihnya lihat di blognya: pojokmichaelmusthafa.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tentang Si Gadis Fajar

4 Desember 2018   02:32 Diperbarui: 4 Desember 2018   02:47 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wahyusuriani.blogspot.com

Malam ini, aku akan bercerita tentang si Gadis Fajar. Mengapa kupanggil dia "Gadis Fajar"? Apa karena dia bernama Fajar? Tentu, bukan. Mana mungkin wanita bernama Fajar? Lalu siapa? Naah... Sebelum kuceritakan itu, tolong bagi Anda yang membaca cerita pendek ini untuk masuk ke kamar tidur dan pasang selimut. Lewat cerita ini, Aku akan mengantarkan kalian ke alam mimpi dan menjemput pagi esok hari.

Baiklah kawan-kawan, aku akan mulai ceritanya.

Gadis itu bernama Ima. Anak jawa yang mempunyai paras cantik, postur tubuhnya kurus langsing, dan mempunyai senyuman manis. Oh iya, satu lagi. Dia sering menampilkan pipi yang merah merona. Se-merah apa? Kalia tahu warna merah fajar di ufuk timur? Ya, se-merah itu. Makanya, aku memanggilnya "Si Gadis Fajar".

Perlu kalian ketahui, dia adalah gadis yang periang. Kalau ketemu dengan teman-temannya di kelas, dia suka menyapa dan memberi senyum. Termasuk ketika kupandangi lekat-lekat wajahnya. Ia pasti tersenyum sipu. Warna pipinya semakin merona. Siapa yang tak akan tergoda?

Kebetulan aku satu kelas dengannya. Jadi, aku punya banyak waktu untuk menjumpainya. Bisa dibilang, semua jadwal kuliahku adalah semacam kesempatan untuk bertemu dengannya. Apa ini terasa berlebihan? Well, terserah kalian mau menilai apa. Intinya aku hanya mengungkapkan apa adanya.

Aku sering tak bisa menahan untuk tidak menatapnya. Dari sudut ruangan kelas  sekali-kali mataku akan melirik ke bagian tengah, tempat duduknya. Seolah merasa bahwa sedang dipandangi, dia menoleh ke arahku. Semakin kupertajam tatapanku, hingga akhirnya dia mengaku tindakanku ini menjengkelkan sekali.

"Apa sebenarnya maumu?" tanyanya.

"Aku hanya ingin kau membiarkanku menatap wajahmu" jawabku.

Dia diam sejenak. Lalu menghadapku.

"Aku bisa mengabulkan permintaanmu itu. Tapi kamu harus jawab pertanyaanku. Jujur." ujarnya dengan tatapan yang tajam.

"Apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun