Mohon tunggu...
Michael Nugraha Budiarto
Michael Nugraha Budiarto Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director of ASEAN Youth Organization | Founder eDUHkasi | Passionate Leader

Tertarik untuk berdiskusi, memperbincangkan topik yang pernah atau sedang menjadi polemik. Memiliki blog pribadi di www.huangsperspective.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Orang Tua Apatis, Masa Depan Miris

15 Oktober 2018   16:15 Diperbarui: 15 Oktober 2018   16:34 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak yang tidak biasa membaca saat kecil pada saat dewasa akan mengalami kebuntuan dalam hidup. Mengapa? Anak-anak yang tidak memiliki budaya membaca akan memiliki masalah dalam memahami bacaan dan dalam menggunakan ilmu yang mereka dapatkan. 

Anak yang tidak biasa membaca akan mengalami kesulitan dalam memahami bacaan, orang akan dengan mudah dibohongi karena memiliki wawasan yang sempit tentang dunia, alhasil pola pikir orang jadi sempit karena dunia selalu berkembang dan perkembangan itu saat ini selalu tertulis. Ketika orang tidak mau membaca, orang akan ketinggalan informasi aktual tentang apa yang sedang terjadi.

Menurut European Journal of Research and Reflection in Educational Sciences, kreativitas manusia akan meningkat drastis ketika dibiasakan membaca buku. Pola pikir kreatif ini tentu akan sangat mudah terbentuk ketika anak-anak mengembangkan pola pikir yang baik dan mampu merespon dengan tanggap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Pola pikir kreatif ini kembali lagi dapat dilatih dengan membaca buku. Orang yang kreatif tentu akan menjadi lebih produktif ketimbang orang lain.

Orang yang tidak tahu tentang informasi teraktual yang terjadi di lingkungan dan memiliki pola pikir yang kreatif tentu akan mengalami masalah di kehidupan sosial mereka pula. 

Orang yang tidak memiliki budaya membaca cenderung tidak bisa banyak berkomunikasi dengan orang sekitarnya karena pengetahuannya yang tertinggal. Orang yang suka membaca cenderung menarik untuk diajak diskusi dan berkomunikasi karena memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki pola pikir yang kreatif. Maka tidak memiliki minat membaca pun akan berdampak pula pada kehidupan sosial kita.

Dilansir dari Kompas.com, dalam menanggapi masalah krisis minat baca ini, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla berpendapat bahwa perpustakaan saat ini tidak bisa sekedar pasif menunggu pengunjung untuk masuk tanpa berusaha untuk mendatangi para pengunjung ini. Beliau memiliki pandangan bahwa perpustakaan harus memikirkan sistem yang mempermudah orang untuk meminjam buku tanpa perlu datang ke perpustakaan itu sendiri. Entah dengan cara digital atau layanan antar jemput peminjaman buku untuk memudahkan masyarakat.

"Bisa juga perpustakaan kerjasama dengan GO-JEK. 'Saya mau pinjam buku ini tolong diantar ke rumah.' Jadi semua bisa," kata Jusuf Kalla saat menghadiri acara di gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (26/3/2018)

Kompas Gramedia pula telah menerapkan gerakan #AkuBaca yang diluncurkan tepat dengan peringatan Hari Buku Nasional pada 17 Mei 2017. Gerakan #AkuBaca bekerjasama dengan berbagai pihak, contohnya Pemkot Surabaya. Pemkot Surabaya sangat mendukung gerakan ini, alhasil Kota Surabaya saat ini juga dikenal sebagai Kota Literasi. 

Surabaya memiliki Taman Bacaan Masyarakat yang jumlahnya tidak kurang dari 1400. Pemerintah kota Surabaya juga meluncurkan yang namanya mobil pustaka yang dilengkapi dengan 743 buku yang terdiri dari buku anak-anak, karya sastra, panduan pelajaran dsb. Mobil pustaka ini akan mendatangi titik-titik kumpul masyarakat dengan harapan bahwa masyarakat terutama anak-anak semakin akrab dengan buku.

Terlepas dari kebijakan pemerintah yang sangat gencar tersebut, semua didikan akan kembali lagi pada orang tua. Orang tua juga perlu menanamkan budaya literasi sejak dini. Segencar apapun pemerintah dalam mencanangkan kegiatan minat baca, bila tidak ada dukungan dari pihak keluarga dan orang tua sendiri, program pemerintah tentu tidak akan berjalan dengan baik. 

Pemerintah menerima krisis minat baca sebagai input, kemudian kebijakan-kebijakannya dikeluarkan sebagai menanggapi input tersebut dan terakhir minat baca yang meningkat atau menurun adalah output dari kebijakan yang diberikan. Kebijakan yang dibuat tentu akan menghasilkan output yang baik ketika dipahami dengan baik. Maka dari itu, perlu adanya dukungan seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan minat baca masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun