"Dalam lima tahun akan datang kita tidak hanya akan swasembada pangan. Tapi kita akan jadi net eksportir pangan untuk dunia. Kita akan menjadi lumbung pangan dunia"
Soeharto? dan apabila betul ini akan menjadi pola sejarah pastinya karena 2029 adalah Tahun terakhir Prabowo menjabat sebagai Presiden (2024-2029).
Kalimat tadi diucapkan Prabowo dengan penuh keyakinan di kongres PAN ke 6, namun ketika kalimat itu sampai ditelinga saya sontak teringat apa yang dilakukan bapak mertuanya ketika orde baru sedang dipuncak kejayaan. Apa itu? ya Swasembada beras 1984. Hipotesis saya selanjutnya adalah Apakah Prabowo ingin melakukan hal yang sama (swasembada pangan) ditahun 2029 nanti dengan meniru gayaAmran Sulaiman Menteri pertanian menyatakan program pemerintah berupa cetak sawah rawa yang merupakan pemanfaatan rawa-rawa menjadi lahan pertanian.  "Kita ada lahan rawa kita akan bangun, mungkin mudah-mudahan tahun depan bisa kami bangun 1 juta hektare target kami," ujar Amran tahun 2023. 2028 Indonesia optimis produksi 12,5 juta ton beras dengan lahan rawa-rawa sebanyak 5 juta hektare.Â
Coba kita kembali ke masa orde baru dimana saat itu Indonesia memproduksi 25,8 juta ton beras. Hal ini terjadi akibat Soeharto membangun Sejumlah waduk, bendungan, dan irigasi yang dimana program ini termasuk dalam rancangan pembangunan lima tahun (repelita). Wajar dipahami karena saat itu pembangunan belum semasif sekarang dahulu daerah Jakarta pun masih ada Sawah yang luas, namun sekarang tidak usah sawah lahan kosong untuk rumah pun sudah sulit. Jaman ini daerah penghasil beras termahsyur adalah Karawang yang dimana dahulu belum banyak pabrik terbangun disana.Â
Jadi sekarang apa kunci sukses untuk program ini? yang pertama dan utama adalah ketersediaan lahan. Kita semua tahu lahan di Indonesia lebih-lebih pulau Jawa tak sebanyak dahulu yang masih memungkinkan untuk dijadikan sawah. Ambil contoh Karawang dimana sekarang sudah tidak dimungkinkan lagi dibangun areal persawahan/irigasi disana karena pabrik yang merajalela dan limbahnya yang belum bisa dibuang/dialirkan dengan baik. Walaupun pulau Sumatera dan Sulawesi masih memungkinkan untuk dijadikan persawhan, namun bea transport untuk memindahkan beras itu cukup tinggi dan mau tidak mau pendanaan lebih boncos.Â
Selain itu ada pendanaan hal ini wajib dilakukan sebagai acuan dasar melaksanakan rancangan kenegaraan. Dana seringkali menjadi masalah bagi beberapa rancangan kenegaraan, padahal dana sudah dialokasikan. Kemana dana itu? Ya hanya Tuhan dan yang memakannya yang tahu, tetapi yang jelas Visi pangan emas 2029 (dapat saya ungkapkan) butuh dana dan tidak main-main. Saya yakin dan percaya dibawah kendali Prabowo masalah dana-mendana aman terkendali. Toh, kalau-kalau ada pejabat korupsi yang pasti besoknya tidak ada dimeja kerja dan rumahnya apalagi dilapas.Â
 Apakah Prabowo ingin melakukan hal yang sama (Swasembada pangan) ditahun 2029 nanti dengan meniru gaya Soeharto? Hal ini saya dapat pastikan secara subjektif Ya! karena Prabowo hidup diera orde baru dengan segala program kerjanya dan ketika dia menjadi presiden pasti akan meniru gaya kepemimpinan bapak mertuanya. Toh, hal ini cara paling efektif sebagai tindak lanjut menekan anggaran impor pangan. Akhir kata saya tidak sabar menunggu hasil dari rancang bangun pak Prabowo, Mentan, Menkeu, Menko dibidang apapun yang bertanggung jawab atas projek termasyhur abad ke 21 ini, bukan tidak mungkin "Sang macan asia" akan terbangun dari tidur panjangnya dan kembali menyaingi para elite global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H